Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku memiliki pesaing berat saat bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2012. Dia bersama Joko Widodo bukan merupakan warga asli Jakarta, tetapi harus bersaing dengan Fauzi Bowo yang merupakan gubernur petahana (incumbent) asli Betawi dan birokrat Pemprov DKI.
“Dulu Pak Foke (Fauzi) kan pintar, lulusan Jerman, pernah jadi Kepala Dinas, Kepala Biro KDH KLN, Sekda, Wagub, dan jadi Gubernur. Wah pokoknya ahlinya. Sementara itu, Pak Jokowi kalau ditanya, jawabnya cuma modal he-he-he-he,” kata Basuki tertawa saat berdialog dengan siswa SMA Yayasan Al-Hidayah Jakarta Perguruan Tinggi Diponegoro, di Balai Agung, Balai Kota, Selasa (29/9/2015).
Meski hanya bermodal “he-he-he-he”, kata Basuki, Jokowi selalu menjanjikan untuk mengeksekusi segala program unggulan DKI.
Sebab, perencanaan yang dicanangkan DKI untuk menyelesaikan berbagai masalah telah tersusun dengan baik dalam rencana panjang jangka menengah daerah (RPJMD), seperti pembangunan enam ruas tol dalam kota, pembangunan MRT koridor timur dan barat, serta pembangunan tiga koridor layang transjakarta.
“Kalau kata Pak Jokowi, ‘Yang penting eksekusi.’ Ini karena kita enggak tahu Jakarta. Kami pilih bangun enam ruas tol dalam kota yang kemarin tidak dikerjain Pak Foke. Kami kerjain saja. Kalau tidak mau pilih kami lagi, emang gue pikirin,” kata Ahok, sapaan Basuki.
Pada akhirnya, Jokowi-Basuki mampu mengalahkan Foke-Nachrowi. Ada beberapa unsur terpenting dalam menjalankan pemerintahan, seperti tidak berpihak pada kepentingan tertentu dan tidak takut kehilangan jabatan.
“Kalau partai politik yang mendukung kamu sudah minta macam-macam, tinggalin saja. Sudah enggak penting lagi kan,” kata Basuki tertawa.( Kps / IM )