WHO Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin sebagai Obat Virus Corona


Badan Kesehatan Dunia ( WHO) menyatakan, mereka menghentikan sementara uji coba hidroksiklorokuin sebagai obat potensial melawan virus corona. Kabar itu disampaikan Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus, merespons hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet.

Jurnal yang dirilis pekan lalu itu menyebutkan, hidroksiklorokuin bisa meningkatkan risiko kematian bagi penderita virus corona.

Menyikapi jurnal itu, kelompok eksekutif bernama Solidarity Trial, berisikan ratusan rumah sakit di seluruh dunia, memilih membatalkan uji coba sebagai pencegahan. “Grup Eksekutif menerapkan penghentian sementara hidroksiklorokuin di Solidarity Trial, dengan datanya ditinjau oleh Dewan Pemantau Keselamatan Data,” jelas Tedros.

Dilansir AFP Senin (25/5/2020), dia menerangkan bahwa penelitian terhadap obat lain untuk mengalahkan Covid-19 masih terus dilakukan.

Normalnya, obat itu digunakan bagi penderita arthritis. Namun, Presiden AS Donald Trump mengaku mengonsumsinya sebagai obat virus. Presiden 73 tahun itu mengklaim, dia meminum obat itu sebagai pencegahan.

Tapi dalam wawancara yang disiarkan Minggu (24/5/2020), dia mengaku sudah berhenti. “Selesai, sudah selesai,” ujar Trump.

“Omong-omong, saya masih di sini. Lebih jelasnya, saya tidak apa-apa,” lanjut sang presiden. Kementerian Kesehatan Brasil juga merekomendasikan hidroksiklorokuin pekan lalu, bersama obat klorokuin, untuk mengobati gejala ringan Covid-19.

Dalam studi yang dirilis di The Lancet, penggunaan obat itu bisa memberikan efek samping yang serius, seperti gangguan ritme jantung (arrhythmia).

Dan sejauh ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan pasien, berdasarkan catatan atas 96.000 penderita yang tersebar di ratusan rumah sakit. Tedros mengatakan, penggunan hidroksiklorokuin relatif aman terhadap penyakit tertentu, misalnya adalah autoimun dan malaria.

Ketua Peneliti WHO, Soumya Swaminathan, dalam jumpa pers Solidarity Trial menuturkan, yang dia lihat adalah efek hidroksiklorokuin, bukan klorokuin.

Keputusan untuk menunda pemberian obat yang sempat dikonsumsi oleh Trump itu merupakan “kebijakan sementara”, papar Swaminathan.

“Asumsi yang berbahaya” Wabah virus corona, yang dimulai di China akhir 2019, telah menginfeksi 5,5 juta dan membunuh 350.000 orang di seluruh dunia.

Sementara belum ada obat untuk menyembuhkannya, langkah drastis dilakukan pemerintah dunia dengan menerapkan lockdown untuk memutus rantai penularan.

Sementara mulai banyak negara melonggarkan aturan karantina wilayah, WHO menekankan agar pembatasan fisik terus dijalankan. Selain itu, otoritas negara juga diminta tetap melakukan tes dan segera menggelar pencarian begitu menemukan ada kasus positif.

“Semua negara harus terus waspada. Virus ini akan mengambil kesempatan untuk menggandakan diri,” jelas pakar WHO, Dr Maria van Kerkhove.

Adapun Ketua Kedaruratan Michael Ryan menerangkan, dia meminta publik tak berasumsi pandemi ini akan beralih sifatnya menjadi musiman.

“Berasumsi patogen ini akan berbahaya lagi pada Oktober dan November. Saya pikir ini adalah asumsi yang berbahaya,” jelasnya.( Kps / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *