Wali Kota Risma Tolak Perpanjangan PSBB, Ungkap Optimisme Kota Surabaya Terhindar dari Resesi


Pertumbuhan ekonomi Surabaya di atas pertumbuhan nasional, karena 92 persen usaha di Surabaya itu ekonomi menengah, jadi tidak terpengaruh.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memiliki strategi agar Kota Surabaya, Jawa Timur, terhindar dari resesi atau kelesuan kegiatan dagang, industri, dan lainnya, di tengah pandemi Covid-19.

“Saya tidak mau ada perpanjangan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) lagi. Karena kita akan lakukan new normal atau tatanan baru,” kata Wali Kota Risma seusai meninjau Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Kota Surabaya, Selasa (1/9/2020).

Dengan tak diperpanjangnya PSBB tahap III tersebut, ia berharap para pelaku usaha di Surabaya bisa kembali beroperasi, namun dengan protokol kesehatan ketat.

Risma menilai jika PSBB itu diteruskan bukan tidak mungkin banyak pelaku usaha di Kota Pahlawan yang gulung tikar.

Risma mengatakan hingga akhir tahun 2020 perkembangan ekonomi di Kota Surabaya masih terbilang positif.

“Itulah kenapa kemarin hasil data penelitian evaluasi Surabaya itu kita di titik masih bisa bertahan di positif nanti InsyaAllah di akhir tahun. Kenapa? Kalau aku kemarin terlambat sedikit ya nyungsep (terpuruk) beneran yang punya perusahaan, yang punya usaha,” kata Risma.

Apalagi, lanjut dia, jika pelaku usaha itu sudah menggunakan modal usahanya untuk kebutuhan sehari-hari keluarga.

Tentu saja hal itu akan semakin menambah beban ekonomi pelaku usaha tersebut, bahkan berdampak pada gulung tikar.

Karena itu pihaknya merumuskan kebijakan berbagai sektor seiring dengan tak diperpanjangnya PSBB di Surabaya.

“Kalau sudah modal dipakai makan, bagaimana dia (pelaku usaha) bisa bangkit lagi, kecuali kalau dia dapat insentif, tunjangan, atau bantuan. Makanya kemarin aku beranikan, kesehatan kita pantau benar-benar tapi yang untuk usaha boleh bergerak,” ujar Risma.

Untuk itu ia memastikan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memaksimal upaya menjaga ekonomi di Kota Pahlawan agar tetap positif.

Sementara itu menghadapi isu resesi yang ramai diperbincangkan, Risma berharap warga Surabaya tidak panik.

 

Sebab pada tahun 1998 dan 2008, ekonomi Surabaya mampu bertahan dan positif ketika hal itu terjadi.

Apalagi sekitar 92 persen usaha di Surabaya itu tergolong ekonomi menengah ke bawah, sehingga tidak terpengaruh dengan perekonomian global.

“Pertumbuhan ekonomi kita di atas pertumbuhan nasional. Kenapa begitu? Karena 92 persen usaha di Surabaya itu ekonomi menengah, jadi tidak terpengaruh kepada perekonomian global,” katanya.

 

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan ratusan usaha mirko kecil menengah (UMKM) di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur tetap bisa bertahan meski harus berjuang di tengah pandemi Covid-19.

“Tuhan memberikan kesempatan kepada semuanya untuk belajar dalam kondisi yang tersulit sekalipun,” kata Wali Kota Risma di Surabaya, Senin (1/6/2020).

Menurut dia, situasi seperti saat ini mungkin UMKM di Surabaya berada di situasi yang kurang bagus.

Namun, lanjut dia, harus diingat bahwa ketika dahulu pihaknya memulai program Pahlawan Ekonomi pada 2010 kondisinya juga tidak terlalu bagus.

Hal ini, lanjut dia, dikarenakan kebanyakan para pelaku UMKM yang tergabung dalam Pahlawan Ekonomi terkadang tidak punya kepercayaan diri, kapasitas yang bagus dan kualitas produk yang pas-pasan.

“Itu saya merasa memang berat dan apakah saya mungkin bisa? Ternyata sudah 10 tahun berlalu kita berhasil dan sukses. Bahkan mungkin melebihi mereka yang memiliki modal besar dan bahkan bisa dikatakan sekarang kita bisa bersaing dengan mereka,” ujarnya.

Risma mengatakan pada saat ini mungkin pelaku UMKM merasa mendapatkan cobaan.

Namun, lanjut dia, kalau dilihat lebih jernih dan secara jauh lagi, justru saat ini Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar dalam kondisi yang tersulit sekalipun.

Sehingga, kata dia, apabila nantinya mendapatkan cobaan atau gangguan selain pandemi ini, maka sudah bisa bertahan.

“Jadi, kalau suatu ketika dalam perjalanan usaha kita mendapatkan cobaan, kita sudah lebih siap dan lebih bertahan karena kita sudah bisa bertahan dan mendapatkan pelajaran dari Tuhan,” ujarnya.

Risma juga mencontohkan apabila dulu belum berpikir untuk melakukan transaksi daring, maka harus dipikirkan untuk memanfaatkan lebih efektif lagi transaksi daring.

Termasuk pula ketahanan pangannya yang sebelumnya hanya bisa bertahan sebulan, harus dipikirkan bisa bertahan tiga bulan tanpa menggunakan bahan kimia.

“Termasuk cara mengemasnya juga harus dipikirkan kalau seandainya mau dikirim melalui perahu atau pesawat. Termasuk pula manajemen keuangannya juga harus dipikirkan,” kata dia.

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surabaya Wiwiek Widayati sebelumnya mengatakan selama pandemi pelaku UMKM di Surabaya diajak berkolaborasi mulai dari pembuatan masker, Alat Pelindung Diri (APD) seperti baju hazmat dan face shield, hingga produk olahan makanan yang kemudian disalurkan kepada warga terdampak Covid-19.

“Kami terus berupaya memberdayakan UMKM. Apalagi situasi saat ini sektor ekonomi dan dunia usaha berdampak begitu besar,” katanya.

Wiwiek merinci untuk produk kering tempe, Pemkot Surabaya melibatkan hampir 165 UMKM. Sedangkan abon, ada sekitar 10 UMKM, dan sambal pecel 49 UMKM.

Untuk pembuatan APD ada 11 UKM dan masker kurang lebih ada 41 UKM.( WK / IM )

 

 

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *