“Suara Anak Indonesia” Gagal Dibacakan di Depan Presiden


Deklarasi “Suara Anak Indonesia” yang semula akan dibacakan di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Puncak Peringatan Hari Anak Nasional 2010, Jumat (23/7) dibatalkan secara mendadak. Pembatalan diduga karena dalam salah satu poinnya, anak-anak meminta pelarangan iklan rokok. “Panitia bilang, tidak bisa dibacakan, mungkin karena poin itu,” kata pendamping dua anak yang akan membacakan deklarasi itu, Puspa Sari, di Jakarta, Jumat.

Poin yang dimaksud berisi permohonan peserta kongres anak agar anak-anak dilindungi dari bahaya rokok dengan melarang iklan rokok dan menaikkan harga rokok. Poin lainnya, antara lain berisi permintaan kepada pemerintah agar menyediakan rumah khusus untuk anak-anak terlantar dan korban kekerasan, mendahulukan proses mediasi dalam pengadilan anak, serta meminta jaminan kesehatan.
Semula, deklarasi tersebut dijadwalkan dibaca pukul 09.12 WIB. Deklarasi akan dibacakan dua remaja, salah satunya bernama Maesa Ranggawati. Namun, pada pukul 08.00 WIB, mereka mendapat informasi pembacaan itu dibatalkan. “Padahal, semalam sudah geladi resik,” kata Puspa Sari.

Meski kecewa, Puspa berharap, pembatalan pembacaan deklarasi tersebut bukan perintah dari Istana. “Semoga itu bukan dari yang berdiam di Istana, mudah-mudahan ini hanya masalah teknis,” katanya. Maesa Ranggawati, satu dari dua anak yang akan membacakan deklarasi, mengaku kecewa. Maesa mengaku tidak mengetahui kenapa deklarasi tersebut tak boleh dibacakan. “Padahal, kami hanya membacakannya tidak lebih dari lima menit,” katanya.

Akhirnya, deklarasi itu dibacakan di depan Menteri Pendidikan Nasional.
Kekecewaan anak-anak itu juga ditambah dengan perlakuan kekerasan terhadap CL, bocah perempuan yang ditoyor seseorang, yang diduga anggota Paspampres. CL dan orangtuanya sangat kecewa sebab insiden kekerasan itu dilakukan tepat pada Hari Anak yang seharusnya penuh dengan kasih sayang.

Deklarasi
Sementara itu, isi delapan butir “Suara Anak Indonesia” itu antara lain mengajak anak Indonesia bersatu padu berpegangan tangan, saling toleransi, menghargai perbedaan. Anak Indonesia memerlukan dukungan pemerintah untuk memfasilitasi forum-forum anak di daerah.”Kongres Anak Indonesia sebagai mekanisme nasional pemenuhan hak partisipasi anak,” ujar Maesya Rangga Wasti, perwakilan dari Jawa Barat itu.

Mereka juga meminta agar pemerintah menyediakan rumah perlindungan bagi anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus, seperti anak telantar, anak korban kekerasan, anak korban perdagangan anak, korban bencana, dan anak yang berhadapan dengan hukum di setiap kabupaten, kota, dan provinsi. Pada Puncak Peringatan Hari Anak Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan tiga hal, yakni memberikan perlindungan pada anak, mendidik anak, dan memberikan kasih sayang kepada mereka.

“Melindungi atau memberikan perlindungn kepada anak berarti kita melindungi mereka dari kekerasan, eksploitasi, diskriminasi, melindungi mereka dari pergaulan yang tidak sehat dan melindungi mereka dari perlakuan yang buruk,” katanya.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *