Sikap Pemerintah Singapura Kepada Para Penipunya yang Mengherankan ( video )


Kasus penipuan yang dialami oleh seorang turis asal Vietnam, Pham Van Thoai (28) ketika berbelanja iPhone 6 di Mobile Air, Sim Lim Square, Singapura (04/11/2014) merupakan kasus terbaru yang diberitakan dari entah berapa banyak kasus yang selama bertahun-tahun ini sudah sering diwartakan dari Negeri Singa itu. Tetapi, anehnya pemerintah Singapura terkesan justru tutup mata, lepas tangan, membiarkan warganegaranya menipu entah berapa banyak turis yang berbelanja di negaranya selama bertahun-tahun ini.

Lebih memprihatinkan adalah penipuan-penipuan tersebut dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan elit. Dua pusat perbelanjaan yang sudah lama menjadi pusat para penipu memakan korban turisnya adalah Lucky Plaza dan Sim Lim Square.

Sikap pemerintah Singapura yang selama ini terus membiarkan kejadian-kejadian seperti itu terus terjadi seolah-olah mereka memang mengumpulkan para penipunya itu untuk membuka toko-tokonya di sana, sekaligus memberi semacam perlindungan kepada mereka. Karena selama ini, kita tidak pernah mendengar kabar kalau para penipu untuk dikenakan sanksi hukum apapun.

Slogan “Singapura adalah sorga belanja (bagi para turis),” harus diubah menjadi “Singapura adalah neraka belanja bagi para turis)”, khususnya di toko-toko yang menjual berbagai gadget di kedua pusat perbelanjaan itu. Berbelanja di Singapura, sungguh menjadi semakin tidak nyaman dan aman.

Sikap pengadilannya juga tidak kalah anehnya. Jika kasus penipuan itu digugat ke sana. Mereka hanya mewajibkan penipunya mengembalikan kurang dari separoh jumlah uang yang sudah diambil dari para korbannya itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

Sim Lim Square, Singapura (jalanjalansingapura.com)

Kasus penipuan yang dialami Pham Van Thoai ketika berbelanja iPhone 6 di Mobile Air, Sim Lim Square itu lebih menarik perhatian dunia karena kejadiannya “unik” daripada biasanya. Karena dia sampai menangis dan berlutut di toko tersebut, memohon agar uangnya dikembalikan utuh karena telah membatalkan transaksi jual-beli iPhone 6 tersebut, yang sesungguhnya adalah modus sebuah penipuan. Tragisnya, pemilik dan penjaga toko Mobile Air itu tidak tersentuh hati nuraninya, mereka malah menertawakan Pham.

Seperti yang sudah ramai diberitakan, kisah pilu Pham Van Thoai itu bermula dari dia membeli sebuah iPhone 6 yang ingin dihadiahkan kepada pacarnya yang berulang tahun, yang juga saat itu mendampinginya berbelanja di Mobile Air.

Dia membayar 950 dollar Singapura (sekitar Rp. 8,9 juta) sebagai harga iPhone 6 tersebut. Namun, ketika dia hendak meninggalkan toko itu, pegawai Mobile Air itu memintanya untuk membayar lagi 1.500 dollar sebagai biaya garansi 1 tahun iPhone 6 tersebut. Pham sangat terkejut, karena dia tak mengira yang namanya garansi itu harus membayar lagi, bahkan hampir dua kali lipat dari harga barangnya.

Tentu saja Pham menolak membayar biaya tambahan yang sangat tidak masuk akal itu. Sedangkan pihak toko bersikeras Pham harus membayarnya karena sudah menandatangani surat garansinya itu. Akhirnya, Pham memutuskan membatalkan pembelian tersebut, dan meminta uangnya kembali. Tetapi, Mobile Air tidak mau mengembalikannya, dengan alasan transaksi sudah terjadi, tidak bisa dibatalkan. Boleh dibatalkan, tetapi uangnya tidak bisa dikembalikan.

Pekerja pabrik asal Vietnam itu mengadu nasibnya di wartawan koran lokal berbahasa China, Lianhe Zaobao, pada Senin, 3 November lalu, dan dari sinilah berita ini menyebar ke seluruh dunia.

“Saya hanya seorang pekerja pabrik, dengan penghasilan sekitar 200 dollar Singapura per bulan. Angka 950 dollar Singapura merupakan upah untuk beberapa bulan. Itu merupakan harga yang besar buat saya. Saya benar-benar sedih,” katanya

Dia mengatakan, dirinya telah diminta untuk menandatangani sebuah perjanjian yang disebut sebagai garansi, tetapi tidak menelitinya karena bahasa Inggrisnya tidak begitu bagus, dan dia berpikir Singapura merupakan tempat yang aman untuk berbelanja. “Ketika mereka bertanya, apakah saya ingin garansi satu tahun atau dua tahun, saya berasumsi bahwa garansi satu tahun itu gratis, jadi saya jawab satu tahun. Dia tidak mengatakan saya harus membayar,” katanya kepada Zaobao.

Pham memohon-mohon, tetapi penjaga toko itu, tetap tak mau mengembalikan uang Pham. Sampai Pham menangis dan berlutut di hadapannya, tetapi malah ditertawakan para penjaga toko itu.

 

 

 

 

 

Pham Van Thoai (Lian-he Zaobao )

Mereka  akhirnya mau mengembalikan hanya 600 dollar Singapura kepadanya, tetapi pacarnya menolak. Dia mau uang mereka itu harus dikembalikan utuh, kemudian dia menelepon polisi.

Ketika polisi tiba,  penjaga toko Mobile Air mengatakan, Pham telah menandatangani perjanjian dengan mereka, jadi, uangnya tidak bisa dikembalikan. Namun, menawarkan untuk mengembalikan uangnya hanya 70 dollar Singapura.

Setelah ada intervensi dari Asosiasi Konsumen Singapura (Case), dia mendapat pengembalian sebesar 400 dollar Singapura, sisa sebesar 550 dollar tetap menjadi milik Mobile Air.

“Saya akan pulang dalam dua hari, dan saya tidak ingin ada masalah, jadi saya memutuskan untuk menerima pengembalian parsial itu,” kata Pham. Dia menambahkan, dirinya tidak yakin Case akan bisa mendapatkan pengembalian penuh dari dananya itu.

Beberapa netizen mengadakan aksi pengumpulan dana untuk Pham. Sampai Selasa sore (04/11) sudah ada 1.400 donor yang total sumbangannya mencapai 11 ribu dollar (sekitar Rp. 133,7 juta). Tetapi, lihatlah betapa mulianya hati Pham: Dia hanya mau menerima 550 dollarnya yang dimakan Mobile Air itu, lebih dari itu dia menolaknya.

“Saya hanya akan menerima 550 dollar Singapura yang didonasikan oleh orang-orang baik ini. Tidak lebih. Saya bersyukur dengan semua kebaikan kalian, tapi saya tidak ingin mengambil lebih banyak dari uang saya yang hilang,” ujar Pham kepadaLian-he Zaobao.

Sedangkan pemilik Mobile Air, Jover Chew, bebas menikmati uang haramnya yang berjumlah 550 dollar Singapura dari Pham itu.

*

Sebelumnya, seorang turis perempuan asal Tiongkok yang disebut dengan nama Ms Zhou juga menjadi korban dengan modus yang sama di toko yang sama itu (Mobile Air, Sim Lim Square). Untuk kasus Ms Zhou ini, menurut pengakuan Direktur Eksekutif Asosiasi Konsumen Singapura (Case) Seah Seng Choon, sedang diadakan penyelidikan apakah Mobile Air melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Seah berkata seperti ini seolah-olah ini merupakan kasus baru pertama kali terjadi di Singapura. Padahal dia sendiri juga mengaku, dari Juli sampai September tahun ini, untuk Mobile Air saja, pihaknya sudah menerima 14 pengaduan.

Ms Zhou membeli iPhone 6 di Mobile Air dengan harga 1.600 dollar Singapura. Seperti yang dialami Pham, dia ditawari toko itu apakah mau garansi 1 tahun atau 2 tahun. Ms Zhou memilih 2 tahun garansi, lalu menandatangani “surat garansi” yang disodorkankan kepadanya itu.

Setelah itu Ms Zhou sangat terkejut ketika Mobile Air menagih lagi untuk pembayaran 2 tahun garansi itu sebesar 2.400 dollar Singapura, padahal harga iPhone 6-nya saja hanya 1.600 dollar! Ms Zhou marah, membatalkan pembelian itu, dan minta uangnya dikembalikan seluruhnya. Tetapi Mobile Air hanya bersedia mengembalikan 1.000 dollar.

Ms Zhou kemudian melaporkan kasus ini ke Small Claims Tribunal, pengadilan khusus untuk menangani kasus-kasus bernilai di bawah 20.000 dollar Singapura.

Tetapi, aneh tapi nyata, pihak pengadilan hanya mewajibkan Mobile Air mengembalikan 1.010 dollar kepada Ms. Zhou. Padahal jelas-jelas modus yang dipraktekkan Mobile Air itu adalah sebuah kecurangan, penipuan.

Mengehrankan sekali, negara yang tidak disiplinnya sedemikian tinggi, kok bisa pemerintahnya begitu toleran terhadap praktek-praktek penipuan yangdapat merusak reputasinya sendiri ini.

Apakah cara-cara menipu seperti ini di Singapura merupakan sesuatu yang legal?

Ketika Ms Zhou hendak mengambil uang tersebut di tokonya, pemilik Mobile Air, Jover Chew, dengan sengaja memberikannya dalam bentuk uang koin seluruhnya yang diisi dalam sebuah kantong sampai penuh. Lebih kurang ajar lagi, kantong berisi uang koin itu tidak diserahkan dengan baik-baik, tetapi dilempar begitu saja ke lantai. Sambil berkata kepada Ms Chou, “If we refund you in coins and you don’t like it, then don’t take it!”

 

 

 

 

 

 

 

Saat dengan menahan perasaannya Ms Zhou mengumpulkan koin-koin yang berserakan di lantai itu, Jover Chew dan para penjaga tokonya itu malah mengejek-ejeknya dengan kata-kata yang mencemoohnya. Atas ulah mereka itu,  Ms Zhou memanggil polisi. Polisi datang, tetapi tidak berbuat apa-apa. Alasannya itu urusan bisnis antara Ms Zhou dengan pihak Mobile Air.

Chew tidak merasa bersalah atas sikap pihaknya kepada Pham dan Ms Chou, yang dinilainya terlalu banyak bertingkah. Dia juga menolak tuduhan tokonya telah melakukan penipuan dengan menjual iPhone jauh di atas harga normal itu, dengan menganalogikan tokonya dengan hotel mewah.

Katanya, kalau anda membeli nasi ayam di hotel mewah, tentu saja harganya jauh lebih mahal daripada kalau anda membeli nasi ayam di food court. “Apakah hotel mewah yang menjual nasi ayam dengan harga jauh lebih mahal itu telah melakukan penipuan?” katanya membela diri.

 

 

 

 

 

Pemilik Mobile Air, Jover Chew (therealsingapore.com)

Mobile Air, Sim Lim Square, Singapura (www.doisongphapluat.com)

 

 

 

 

 

 

Analogi ini tentu saja tidak bisa diterima, karena harga nasi ayam di restoran hotel mewah itu sudah tercantum dengan jelas berikut tax (pajak)-nya, peraciknya juga dari chef yang dibayar mahal, dan cara menjualnya tidak dengan trik licik memperdayai konsumennya dengan “garansi” yang harganya malah dua kali lipat atau lebih dari produknya sendiri. Lagipula di mana-mana di planet bumi ini, yang namanya garansi itu pastilah gratis.

Penipu jenis seperti Chew ini layak mendapat hukuman yang berat. Dari wajahnya saja sudah kelihatan menyebalkan.  Kecuali, pemerintah Singapura memang toleran terhadap penipu-penipu jenis begini. Atau di Singapura, dagang cara begini bukan suatu penipuan?

Menyikapi kasus yang dialami Ms Zhou ini, Kementerian Luar Negeri Tiongkok bertindak cepat. Di laman resmi Kementerian itu diumumkan peringatan kepada seluruh warga Tiongkok untuk berhati-hati jika berbelanja di Singapura.

“Ada banyak laporan insiden tentang penipuan dari turis kami yang membeli ponsel dan elektronik di Singapura,” bunyi pengumuman tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

Di Indonesia, meskipun warganya juga sudah banyak yang menjadi korban penipuan seperti itu di Singapura, Kementerian Luar Negerinya hanya diam saja. Padahal kesaksian para korban itu sudah tersebasr di berbagai media dalam negeri, koran dan media sosial.

Bertolak dari kasus yang menimpa turis asal Vietnam, Pham Can Toai itu, diKompas.com, Ryan Filbert, seorang praktisi dan inspirator investasi muda Indonesia menulis pengalaman, tip mencegah dan melawan ketika menjadi korban penipuan seperti itu di Singapura.

Rupanya, tiga tahun lalu,  Ryan dan istrinya juga pernah menjadi korban dengan modus penipuan yang sama ketika berbelanja BlackBerry Torch di toko “G3 Advance Trading”, di Lucky Plaza, Singapura. Di dalam tulisannya di Kompas.comitu, selain berbagi pengalaman buruknya itu, Ryan juga memberi tip, bagaimana melawan para penipu elit yang dipelihara pemerintah Singapura itu. Juga tip bagaimana supaya berbelanja di Singapura, tidak sampai menjadi korban penipuan berikutnya.

Namun, bagi saya pribadi, alangkah lebih baik lagi, jika tidak benar-benar terpaksa, tidak membeli gadget apa pun di Singapura, termasuk produk-produk audio video-nya, yang juga banyak di jual di dua pusat perbelanjaan di Singapura itu. Alasannya, bukan semata-mata karena takut menjadi korban penipuan, tetapi bukankah barang-barang tersebut semuanya ada juga dijual di Indonesia? Kenapa harus beli di Singapura?

Jika itu produk baru, yang baru ada di Singapura, asalkan sabar saja, dalam tempo beberapa bulan saja, pasti juga sudah dijual di Indonesia juga. Mengenai harganya yang katanya lebih murah, seberapa banyakkah selisihnya? Justru karena jauh lebih murah, kita harus langsung waspada, lebih baik lagi jika tidak membelinya.

Alasan lain juga mengenai garansi dan servis perbaikannya. Untuk produk-produk audio-video, biasanya garansinya hanya berlaku di Singapura. Jika kita memakainya di Indonesia, kemudian rusak, maka pusat servis resmi di Indonesia tidak mau menerimanya. Atau, kalau pun menerimanya akan dikenakan servis tambahan. Itu juga belum tentu bisa diperbaiki di Indonesia, karena ada perbedaaan spesifikasi, onderdilnya hanya ada di Singapura. Masa iya, hanya karena peralatan yang anda beli itu rusak, anda akan ke Singapura hanya untuk memperbaikinya?

Jika tidak sabaran, tetap mau beli saja di Singapura, saran saya beli di toko-toko penjualan resminya, atau yang reputasinya sudah diketahui. Belanja di Bandara Changi juga merupakan alternatif yang baik, karena kecil kemungkinan, di sana pun ada penipunya. ***

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

237 thoughts on “Sikap Pemerintah Singapura Kepada Para Penipunya yang Mengherankan ( video )

  1. James
    November 7, 2014 at 7:19 pm

    ha ha ha itu sih baru sebagian kecil Penipuan di Singapur, kalau dibandingkan dengan di Indonesia, bagaimana dengan Penipuan yang dialami olehPenduduk Indonesia sendiri oleh Warga Indonesia sendiri ??? begitu banyak Komplen Konsumen Indonesia dalam kolom pembaca Kompas.com isinya setiap hari hanya Pengalaman di TIPU dalam segala Bidang dan Tidak Ada Tindak Lanjutnya oleh Aparat Indonesia, kan jadi bukan di Singapur saja tapi justru di Indonesia jauh lebih Banyak

    1. James
      November 8, 2014 at 8:47 pm

      karena di Indonesia itu jauh lebih banyak Penipuan dalam Kenyataan !!! maka saya sarankan coba baca Kolom Surat Pembaca Kompas.com, kebanyakan isinya setiap hari hanya Keluhan Konsumen yang di Tipu di Rugikan dalam segala Bidang, itu baru Kompas.com saja, bagaimana dengan Kolom Surat Kabar Lainnya kalau di Jumlahkan ??? Numplek deh

  2. see
    November 8, 2014 at 4:39 am

    @ James knp anda selalu merendahkan nama Indonesia.Penipuan itu ada di mana2. Artikel ini memperingatkan pembaca utk hati2 kalau belanja di singapur. Artikel ini juga memperingatkan pembaca utk membaca dulu kontrak sblm tanda tangan, enggak ngerti tanya.

    1. James
      November 8, 2014 at 8:48 pm

      See tuh jawabannya di atas, ralat klik nya

  3. pengamat
    November 8, 2014 at 10:16 am

    si james udah jadi warga negara USA, makanya dia agak sombong dikit.

    1. James
      November 8, 2014 at 8:49 pm

      mana Sombong ??? gak sama sekali cuma dikit Angkuh karena jelas USA jauh lebih Keren dari Indonesia

      1. pengamat
        November 9, 2014 at 2:49 am

        makanya james loe jangan lihat keatas terus, masih ada negara lain yang lebih melarat.

        1. James
          November 9, 2014 at 5:07 pm

          Indonesia masih termasuk Negara Melarat tapi Tidak USA, yang ada di USA hanya orang Malas saja

  4. pengamat
    November 8, 2014 at 10:16 am

    dikit aja james ngga banyak2 wkwkwk….

    1. James
      November 8, 2014 at 8:49 pm

      dikit juga gak sombong, hanya Angkuh doang

  5. wisman
    November 8, 2014 at 2:56 pm

    Memang sangat keterlaluan,engga bisa d diamkan enak kali cara tipenya..buat bangsa indonesia jangan belanja d singapore..belanja d negeri sendiri aja..biar bangkrut ne ga ra sg..tarik deposit d sana buat yang kaya2 indonesia ..mau liat bisa apa singapura kalau engga ada nasabah kaya indo d sana

    1. James
      November 8, 2014 at 8:51 pm

      gak mungkin kalai Warga Indonesia gak Belanja di SG, karena Gengsi Orang Indonesia itu Buesar sekali, Genngsi dong beli di SG

  6. Dedy
    November 9, 2014 at 8:51 am

    Itu james ngaku2 warga USA. Padahal kaga diaku di USA, ngomong bahasa inggris aja kaga becus.

    1. James
      November 9, 2014 at 5:10 pm

      Still better and advance than your self Dedy. stupid Cupid, what you know about English ? Zero in your bloody brain ! You even got a bad motherlanguage and idiotic mind, learn and educated more junk !

      1. dono
        November 10, 2014 at 5:18 am

        idiot

        1. James
          November 10, 2014 at 5:31 am

          yes you right that you are Idiot 1000%, because you never confess the truth in reality

  7. pengamat
    November 12, 2014 at 9:10 am

    hahaha gue setuju dedy. Si james ini dari dulunya emang suka ngaku-ngaku. Dulunya suka nongkrong di tunjungan plaza surabaya. Pas apply visa turis di embassy ngaku-ngaku pengusaha. Emang suka ngaku-ngaku dianya.

    1. James
      November 12, 2014 at 10:00 pm

      loe kan sudah kuwa Tantang datang ke CA untuk check tempat tinggal guwa dan check buktikan status guwa, loe gak mampu kan beli tiket ??? jadi namun bagaimanapun guwa lebih keren dari pada loe yang di Indonesia ngaku lulusan ITB tapi boke !!!! gak bakal maju-mmaju orang seperti loe sih !!! dasar Pengamat Dengkul !!!

  8. pengamat
    November 12, 2014 at 9:17 am

    oh james please…….I wonder how you got your citizenship. I don’t think you’re qualified for that.

    1. James
      November 12, 2014 at 10:02 pm

      oooo Pengamat, I challenged you before but you Unable to Come to proof my hometown and my status citizenship, what a poor Nation you are, educated from Uni but your mind is still short minded

  9. Sue
    November 13, 2014 at 2:56 pm

    I just went and visited this place few weeks ago, the last time I went I was 8 years old and knew nothing about this country. Banyak orang Indo denger2 bilang…Singapore maju Dan hebat.
    Well, let me tell you something…as soon as you arrive ,start from the immigration officer…or when you asked for direction, they have this face like why are you bothering me,stupid tourist? Never been to 5 stars hotel that charged $15 SD per bottle of water, it usually free and they poisitionrd the bottles in a way that you think is free until you settle your biill…an American tourist right next to me confirmed the same thing and thought it’s really cheesy…. Never had to pay $.20 cents when you asked for a tissue at coffee shops, I bet you that even if you eat at any warteg in Indo, tissue or napkin is free.
    After a miserable few days there, I asked one Singaporean, so, what is this country’s culture and heritage? He gave me a blank look….huh?

    After days of observing this place and people, really ..they do not have any cultures nor original heritage that they can be proud of, except a pot of melting pot of people who has to work their ass off everyday due the need of keeping up with the appereance of we are super power, better than you other Asian people, look at us, we have all the goods that you guys want and drool for, we are superior, Eventhough we do not have any natural resources nor heritage, but our culture is to sell…sell…and sell to you all stupid tourist…we even have our souls sold ,too so we can make our high monthly apartment payment and the high cost of living here, but still …they wake up every morning and walked around with such an attitude of look at us…!
    Personally, I think they think their shit don’t stink…delusional! And the funny thing is, I met many of Singaporeans in Bali!!! They told me they love to go to Bali to shops! I laughed ..and feel sad…isn’t it such an irony? Lot of Indonesians glorifying their country for best shopping?

    Oh…almost forgot one thing, a taxi cab driver who stated and pointed out to me the ‘favorite Bridge’ for Singaporean who committed suicide and every year he said the number of people who jump off that bridge are higher …escalating….
    So with all that I saw and the energy of these people , I made sure that I did not purchase any goods from there except food. I will be the Biggest Fool if I did that.
    Singapore maju Dan hebat? Preettt lah! ( imitating some Indonesian). I am not impressed and will tell all my colleagues not to visit this country…ever…

Leave a Reply to pengamat Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *