Presiden Jokowi dan Pertumbuhan Ekonomi


Semakin dekat tutup tahun, proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional terus menyusut. Sedikitnya dua kali, angkanya di revisi. Pertanda buruk bagi ekonomi kita?

Hari-hari ini, Presiden Jokowi bakal sulit tidur nyenyak. Pasalnya, kondisi perekonomian negeri yang di pimpinya, tidak sementereng perkiraan. Kemarin, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro hanya berani mematok angka pertumbuhan sebesar 5,2% saja.

Bandingkan saat Presiden Jokowi berbicara di depan 1.200 investor Jepang dalam acara Japan External Trade Organization (JETRO) di Tokyo, akhir Maret lalu. Presiden asal Solo itu, kelihatan sumringah. Dipaparkan bahwa target pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2015 sebesar 5,7%.

“Ke depan, rencana pertumbuhan ekonomi kami adalah sebagai berikut, Tahun 2015 target kita pertumbuhan ekonominya adalah 5,7%, kemudian akan naik lagi, lagi, dan lagi sampai kita di atas 7 persen,” kata presiden.

Tentu saja, pernyataan presiden ini tidak dalam rangka bercanda. Tapi serius karena untuk menarik investor Jepang masuk ke Indonesia. Pada 2014, nilai investasi Jepang berada di posisi kedua setelah China.

Ternyata, keinginan presiden pun bisa saja tak seindah kenyataan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi terus tergerus. Dalam APBN-Perubahan 2015 disepakati angka pertumbuhan mencapai 5,7%. Namun karena perekonomian di Semester I hanya tumbuh 4,7%, angka tersebut direvisi menjadi 5,4 persen.

Dan kemarin, Menkeu Bambang melorotkan lagi menjadi 5,2% saja. Itupun masih bisa turun lagi, bergantung banyak hal. Bisa jadi, perkembangan ini membuat Presiden Joko Widodo menjadi susah tidur.

Apalagi, seabrek proyek infrastruktur yang digagas pemerintahan Jokowi-JK, teramcam tidak maksimal. Pasalnya, serapan anggaran dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sangat cekak. Dari Rp 118,5 triliun yang dianggarkan dari APBN-P 2015 baru terserap 14,8% atau setara Rp 17,5 triliun.

Padahal, strategi besar Presiden dalam mengerek perekonomian adalah dengan membangun infrastruktur. Lagi-lagi, dahi presiden harus mengkerut ketika mengetahui rendahnya serapan anggaran di Kementerian PUPR yang diberi tanggung jawab membangun infrastruktur.

Mantan Stafsus Presiden SBY yang kini menjabat Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR, Velix Wanggai bilang, minimnya serapan anggaran 14,8% merupakan realisasi keuangan semester I, di mana berbagai kegiatan dilaksanakan dengan biaya termin pertama. “Untuk semester II, sejak Juli hingga Desember 2015, serapan dana (anggaran) akan meningkat dan diperkirakan mencapai 93 persen,” kata Velix.

Kemudian Velix memaparkan sejumlah program strategis yang bakal dikebut Kementerian PUPR, seperti pembangunan yang di biayai Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp26,8 triliun, dipercepat realisasinya. Baik itu DAK jalan, irigasi, air minum dan sanitasi.

Nah, kalau serapan anggaran di Kementerian PUPR masih minim, yang merugi bukan hanya lembaga, karena anggarannya harus dipotong. Tapi rakyatlah yang susah karena tak jadi menikmati manisnya pertumbuhan ekonomi. – See more at: http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2219320/presiden-jokowi-dan-pertumbuhan-ekonomi#sthash.5GNEudPK.dpuf( inilah / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Presiden Jokowi dan Pertumbuhan Ekonomi

  1. Irwansyah Putra
    July 4, 2015 at 3:33 pm

    Gimana neh pak presiden?..dulu katanya semua gampang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *