Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, memberikan pidato perpisahan yang sentimentil namun optimistis, di hadapan sekitar 20.000 pendukungnya, di Convention Hall Chicago, Selasa (10/1) malam waktu setempat atau Rabu (11/1) pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
Berbalutkan jas hitam dilengkapi dasi berwarna abu-abu, Obama menyampaikan pidato sekitar 45 menit. Mengawali pidatonya, Obama mengatakan bahwa dia merasa sangat baik untuk berada di rumah (Chicago, red).
“Saya dan Michelle sangat tersentuh dengan semua kebaikan yang telah kami terima selama beberapa minggu terakhir. Tapi malam ini giliran saya untuk mengucapkan terima kasih,” kata Obama, yang langsung disambut dengan teriakan “We Love You” (Kami mencintaimu) dan “For More Years” (empat tahun lagi).
Obama sempat menghentikan pidatonya selama beberapa kali karena teriakan pendukungnya tersebut. Dia memberikan senyuman dan mengatakan, “Saya tak bisa melakukannya”.
Obama kemudian memulai pidatonya dengan mengulas saat ketika pertama kali dia bersama keluarga pindah ke Chicago ketika usianya 20 tahun. Dia menegaskan bahwa Chicaho menjadi awal tempat dia mencari tahu jatu dirinya dan mencapai tujuan hidupnya.
Dari Chigago pula, Obama yang mulai bekerja di kelompok-kelompok gereja dan menjadi pekerja pabrik, menegaskan bahwa dia belajar tentang perubahan yang hanya akan terjadi jika orang-orang biasa terlibat dan bergerak, dan bersama-sama berusaha memperjuangkannya.
“Setelah delapan tahun menjadi presiden, saya masih percaya bahwa itu bukan hanya keyakinan saya semata, tetapi merupakan detak jantung Amerika. Eksperimen yang berani yang menjadi dasar pemerintahan Amerika,” ujar Obama.
Dia menegaskan, selam 240 tahun, Amerika telah melalui banyak perjuangan yang membawa negara tersebut menjadi besar karena berbagai perbedaan yang bersatu. Amerika adalah bangsa yang luar biasa. Amerika tidak sempurna sejak awal namun berubah karena adanya kemauan untuk membuat hidup lebih baik.( SP / IM )
Related Posts
