Sebuah ambulans milik Rumah Sakit Kasih Ibu, Jimbaran-Kuta Selatan memasuki pelataran Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Sanglah, Denpasar, dengan kecepatan tinggi, Senin (31/3/2014) sekira pukul 08.00 Wita. Di antara para petugas medis yang membawa pasien ke dalam ruangan, terlihat Wayan Suwena, pecalang asal Desa Kedonganan, Jimbaran. Wayan sendiri turut bersama tim medis RS Kasih ibu mengantar pasien rujukan.
Usai mengatar pasien sampai ke dalam ruangan, Wayan terlihat berkomunikasi dengan anggotanya di lapangan menggunakan handy talky. Pria 52 tahun ini melaporkan bahwa pasien yang diantar dengan pengawalan pecalang telah sampai di RS Sanglah.
“Tadi pihak RS kasih ibu menghubungi pecalang kedonganan bahwa ada pasien yang akan dirujuk ke RS Sanglah. Karena ini Hari Nyepi, jadi harus dikawal oleh pecalang,” kata Wayan.
Menurut penuturan Wayan, mengantar pasien rujukan merupakan aktifitas yang rutin dilakukan tiap hari Nyepi. Bahkan pihak rumah sakit juga telah paham, apabila ada pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain maka harus didampingi pecalang.
“Dulu pernah ada ambulans yang ditahan ecalang desa lain karena tidak didampingi pecalang. Karena memang pada hari Nyepi keamanan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pecalang,” kata Wayan.
Tidak hanya pasien rujukan yang diperlakukan demikian, jika ada warga yang sakit dan Ingin dilarikan ke rumah sakit dapat langsung meminta bantuan pecang untuk mengantar.
Wayan sendiri saat tiba RSUP mengenakan pakaian khas ala pecalang. Udeng di kepala dan kamen (sarung) dengan motif kotak-kotak merah hitam. Menurutnya warna merah hitam dipilih karena sudah disepakati seluruh warga desa jelang pengarakan ogoh-ogoh, sehari sebelum Nyepi.
“Sesuai kesepakatan seluruh warga desa, pengarak ogoh-ogoh menggunalan kain poleng hitam putih maka pecalang akan mengenakan yang merah hitam, begitu pula sebaliknya. Supaya ada perbedaan antara warga dengan pecalang,” kata Wayan.
Selain kostum dengan warna khusus, di pinggang sebelah kiri juga terselip sebuah keris, sedangkan di pada rompi sebelah kanan disematkan bros desa adat berwarna keemasan.
Di Desa Kedonganan sendiri disiagakan 30 pecalang yang bertugas selama dua hari untul mengawal seluruh rangkaian proses hari raya Nyepi. Sedangkan polisi sifatnya hanya menunggu di pos saja. Jika dibutuhkan, pecalang akan langsung mengontak.
“Selama satu hari keamanan Bali di tangan pecalang,” kata Wayan.