Menuju Indonesia Tanpa Diskriminasi


Mengapa antidiskriminasi jadi penting bagi Indonesia

Bendera Kekerasan
Walau ingin,
Sulit bagi kami teriak, “Merdeka”
Selantang kamu.
Karena kamu di alam bebas.
Kami menjadi pengungsi
Walau Indonesia merdeka 67 tahun.
Kami syiah di Sampang
Ahmadiyah di Mataram
Muslim di Ambon
Kristen di Poso
Kaharingan di Kalteng
Hindu di Lampung Selatan
Anak-anak kami tumbuh dalam kekerasan

Puisi esai Denny JA ini merupakan lukisan esai digital yang pernah dipamerkan di peringatan Hak Asasi Manusia, Desember 2012 dan dipasang di dalam buku “Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi” halaman 121 dengan ilustrasi bendera merah putih yang terkoyak dan tertancap di tanah retak kering dan tandus dengan dibalut kawat berduri.

Lukisan esai digital ini bisa menjadi wake up call terhadap masyarakat Indonesia bahwa masih banyak penduduk Indonesia yang masih menjadi pengungsi. Perbedaan agama dan paham ikut menjadi penyebab. Sebuah agama ketika menjadi minoritas di sebuah daerah, termasuk Islam pun aka,n menjadi korban diskriminasi.

Kenapa Anti Diskriminasi penting dikampanyekan di Indonesia yang masyarakatnya plural? Ternyata ada beberapa alasan keharusan antidiskriminasi dalam buku ini yang menyebukan lima alasan pentingnya antidiskriminasi.

Pertama, diskriminasi memunculkan ancaman kekerasan primordial. Kemajemukan Indonesia adalah kenyataan yang tidak bisa diubah. Masyarakat Indonesia disarankan oleh Denny JA untuk bermanuver membuat strategi dan pilihan berbeda paada faktor penerimaan publik Indonesia terhadap pluralisme. Ancaman nasionalisme etnik dan disintegrasi hanya bisa diatasi oleh gagasan pluralisme di antara warga Indonesia yang menghargai perbedaan. (h.23).

Kedua, konsep Ideal Indonesia. Bagaimana pendiri Indonesia meyakini bahwa Indonesia adalah negara yang beragam dari segi etnis, bahasa, kebudayaan, agama, dan keyakinan. Namun, di mata hukum nasional, semua warga negara apapun identitas sosialnya, mendapat perlakuan, pengakuan, dan perlindungan yang sama. Semua ditempatkan secara sejajar. Tak ada warga negara kelas satu atau warga negara divisi dua berdasarkan identitas sosialnya (h. 25).

Ketiga, Demokrasi memerlukan kebebasan sipil. Fakta bahwa pilihan atas demokrasi adalah jalan yang benar. Pilihan atas demokrasi adalah suatu keharusan. Hanya saja demokrasi itu harus diimbangi dengan kebebasan konstitusional berupa penghormatan atas hak-hak individu dan perlakuan yang sama kepada semua warga tanpa diskriminasi. Agar demokrasi terkonsolidasi dengan baik, ada tiga prinsip dalam buku ini yang perlu ditegakkan, yaitu Kebebasan, pluralisme dan toleransi (h.30).

Keempat, Peradaban modern, peradaban nondiskriminasi. Kecenderungan peradaban modern saat ini melindungi hak-hak sipil, termasuk di dalamnya kelompok minoritas. Dulu, dunia hanya dibagi berdasar demokratis versus otoriter. Saat ini, peradaban modern tidak hanya dilihat dari sistem pemerintahan dan penyelenggaraan pemilu. Lebih jauh dari itu, negara juga diukur dari penghargaan dan perlindungan hak-hak sipil warga negara (h.32).

Kelima, Laboratorium Demokrasi Negara Muslim. Anti diskriminasi penting bagi Indonesia karena potensial menjadi laboratorium besar keberhasilan demokrasi bagi negara-negara Islam di dunia. Banyak ahli politik Amerika yang meragukan demokrasi bisa cocok dengan Islam. Tungtingon misalnya meragukan negara muslim bisa menerapkan demokrasi. Menurutnya, kegagalan demokrasi di Negara Muslim karena watak dan budaya masyarakat Islam yang tidak ramah terhadap konsep liberalisme barat (h.32). Walau kita lihat sampai saat ini, Demokrasi di Indonesia berjalan dengan baik-baik saja.

Dari semua data riset yang dikumpulkan Denny JA dalam bukunya ini menunjukkan bahwa Indonesia berada di “warning zone”, area agak berbahaya, di atas rata-rata walau bukan area yang terburuk.

Judul: Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi
Penulis: Denny JA, Ph.D.
Penerbit: Inspirasi.co
Cetakan: Maret 2014
Tebal: xxviii +336 halaman

Praktik diskriminasi pasca 1998 justru lebih luas dan beragam dibandingkan dengan masa otoriter dalam catatan Yayasan Denny JA. Pada 1998 – 2004 teradapat 915 kasus kekerasan diskriminasi, atau rata-rata dalam satu tahun terjadi 150 kasus diskriminasi baik kasus kekerasan agama, etnis dan keyakinan. Pada tahun antara 2005-2009 terjadi 1.483 kasus kekerasan, atau rata-rata dalam satu tahun terjadi 210 kasus kekerasan diskriminasi (h. 29).

Sementara itu, disebutkan data survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memperlihatkan sentimen agama tetap menjadi masalah di Indonesia apabila tidak dikelola dengan baik. Mayoritas publik Indonesia (75,6%) memang menyatakan mereka tidak masalah dan bisa menerima tetangga orang yang berbeda agama. Hanya 22,6% saja publik yang tidak bisa menerima. Tetapi hanya 51% masyarakat yang bisa menerima kalau di lingkungan mereka didirikan tempat ibadah dari agama lain. Data survei ini memperlihatkan bahwa mendirikan rumah ibadah, aktivitas dan upacara keagamaan tetap bisa memancing sentimen negatif (h.47)

Meski diskriminasi agama sulit diredakan, sejarah mencatat bahwa diskriminasi atas nama agama bisa didamaikan asalkan pihak-pihak yang terlibat dalam diskriminasi konflik tersebut bersedia menerima kehadiran orang lain yang mempunyai keyakinan berbeda. Salah satu keberhasilan perjuangan melawan diskriminasi yang berhasil adalah kesetaraan Kristen Protestan dan Katolik dalam kehidupan masyarakat Amerika.

Denny JA dalam buku ini mengungkapkan rumus yang dibuatnya tentang rahasia Amerika Serikat –juga beberapa negara lain- bebas dari diskriminasi adalah dua faktor penting yaitu faktor I (Infrastruktur, berupa undang-undang dan peraturan lainnya), serta faktor A (aktor yang selalu berjuang menghapus diskriminasi). Faktor I menyumbang 55% dan faktor A menyumbang 45% membentuk negara tanpa diskriminasi. Faktor itu dirumuskan dalam persamaan matematika: ND = I 55% + A 45%. Kombinasi dua faktor ini yang mampu mengubah Amerika menjadi negara yang bebas dari praktik diskriminasi. Di buku ini dijelaskan dengan rinci siapa sang aktor, dan apa peraturan yang mendukung. Penjelasan disajikan dengan rinci dan mudah dipahami.

Buku ini disajikan dengan bahasa yang enak dibaca dan diselipi kutipan-kutipan dan puisi yang memberi semangat bari wacana yang ditawarkan di dalamnya. Buku ini disajikan dengan data-data statistik yang memerlukan konsentrasi dalam membaca angka-angka. Buku ini dibagi dalam 5 bab yaitu pertama pertanyaan mengapa perlu Indonesia Tanpa Diskriminasi, Bab kedua, menjelaskan Data diskriminasi di Indonesia dan Dunia. Bab ketiga, menjelaskan penyebab diskriminasi. Bab keempat, menjelaskan pengalaman negara-negara maju dalam melawan diskriminasi. Dan bab kelima, Doadmap menuju Indonesia tanpa diskriminasi.

Buku ini memuat tiga tahap (roadmap) menuju Indonesia tanpa diskriminasi. Tahap pertama atau tahap jangka pendek adalah membatalkan semua Peraturan daerah (Perda) yang diskriminatif. Tahap kedua atau tahap jangka menengah adalah penguatan aparat hukum dalam melindungi keberagaman, dan tahap ketiga atau tahap jangka panjang adalah dengan cara penguatan kultur anti diskriminasi melalui civil society dan pendidikan.

Dari data, teori dalam buku ini diakui penulis sendiri, bahwa dinitakan ikut menyumbang kepada dua tataran, pertama visi sosial masyarakat yang koheren dan kedua membentuk gerakan sosial kemasyarakatan yang memperjuangkan visi sosial itu. Buku ini menyumbangkan visi sosial sekaligus bentuk gerakan sosial kemasyarakatan sebagai solusi menuju toleransi.

Di dalam buku ini ada teori baru Denny JA secara akademik yang menjelaskan fenomena diskriminasi di Indonesia juga di dunia. Riset ini tentu bisa dilanjutkan untuk dibantah, dilengkapi, atau pun mengkonfirmasi temuan yang ada.

Sebagai akhir, buku ini layak dibaca dan bisa menjadi panduan masyarakat Indonesia dan dunia dari berbagai lintas disiplin keilmuan yang peduli pada Toleransi di Indonesia.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

274 thoughts on “Menuju Indonesia Tanpa Diskriminasi

  1. pengamat
    May 25, 2014 at 5:19 am

    lebih tepat kalau judul bukunya ” dunia tanpa diskriminasi”, jadi bukan hanya indonesia saja. Diskriminasi harus dihapuskan di seluruh dunia termasuk juga di amerika sana.

  2. james
    May 25, 2014 at 5:51 am

    Menuju Indonesia Tanpa Diskriminasi…..perjalanan masih jaauuuuhhhhh sekali…….

Leave a Reply to james Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *