Mengintip Proyek Tanggul Raksasa Jakarta “Garuda yang Megah”


Investasi yang dibutuhkan mencapai Rp99-110 triliun.

Dalam kurun waktu 50 tahun ke depan, permukaan air laut akan berada setinggi 3-5 meter di atas permukaan jalan ibu kota. Pada 2015, sebagian sungai dan saluran air di kota akan berhenti mengalirkan air ke laut secara gravitasi.

Kondisi tersebut terjadi apabila pemerintah pusat maupun daerah tidak melakukan upaya apa-apa untuk pencegahan.

Fakta tersebut dikutip VIVAnews dari dokumen Cetak Biru Proyek Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS), Jumat 22 November 2013.

Dalam dokumen dipaparkan kedua hal tersebut terjadi karena cepatnya penurunan permukaan tanah yang terjadi saat ini.

Salah satu sebab semakin rendahnya kontur tanah yakni menyusutnya air tanah, akibat pengambilan air tanah secara besar-besaran guna memenuhi kebutuhan warga ibu kota.

Pada November 2007, di Jakarta Utara pertama kalinya dilanda banjir besar yang berasal dari laut. Penurunan permukaan tanah menjadi penyebab utamanya.

Berdasarkan penelitian, turunnya kontur tanah terjadi rata-rata sebesar 7,5 cm per tahun. Bahkan, di beberapa daerah penurunan permukaan tanah tersebut mencapai 17,5 cm.

Pada 2008, pemerintah telah membangun tembok laut di daerah pesisir pantai ibu kota. Namun, saat ini terjadi penurunan tanah dinding tembok yang sudah masuk tahap elevasi yang rendah atau kritis dan berpotensi dilewati oleh air laut.

JCDS merupakan cetak biru yang akan dilakukan dengan 3 tahap dalam periode 20-30 tahun ke depan. Tahap terakhir akan berupa suatu dinding tembok belait di teluk Jakarta yang menutupi perairan teluk yang menciptakan suatu area penampungan air berupa danau yang luas.

Dinding tembok laut tersebut dikenal dengan sebutan tembok laut raksasa atau Giant Sea Wall.

Cetak biru tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh proyek pengembangan terpadu pesisir ibu kota negara (National Capital Integrated Coastal Development/NCICD).

Hampir semua kementerian di Indonesia dan institusi pemerintahan DKI Jakarta turut terlibat dan bekerja di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi.

Proses perencanaannya juga didukung oleh tim ahli Indonesia, baik dari swasta dan juga dari universitas teknik terkemuka, seperti ITB, Bandung. Tenaga ahli dari negara lain seperti Belanda, juga dilibatkan dalam perencanaan proyek ini.

Antara lain 40 orang ahli dalam bidang teknik, keuangan, perkotaan dan organisasi serta ahli teknik dari lima perusahaan konsultan utama asal negara kincir angin tersebut.

Dinding tembok tanggul raksasa dari sisi luar akan membentang seluas 35 km sepanjang teluk Jakarta. Biaya investasi yang akan dikeluarkan diperkirakan memakan anggaran sebesar US$9-10 miliar atau Rp99-110 triliun. Anggaran tersebut sudah termasuk stasiun pompa dan pintu air.

Guna menutupi besarnya biaya investasi yang cukup besar itu, di kawasan tanggul raksasa akan dibangun real estate yang bekerja sama dengan swasta di lahan seluas 4.000 hektare.

Nantinya, akan ada sekitar 1-3 juta penduduk dan pekerja yang menghuni tanggul raksasa, jaringan jalan dan sistem transportasi umum akan dikembangkan.

Garuda yang Megah
Dinding tembok laut mengikuti bentuk cekungan garis kedalaman laut secara alamiah di Teluk Jakarta, menciptakan bentuk seperti sayap. Dinding tembok laut bertansformasi menjadi bentuk Garuda yang megah sebagai lambang kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desain ini bukan hanya sebuah ornamen atau petunjuk, Garuda yang megah disimbolkan melindungi ibu kota Indonesia dari ancaman yang bisa terjadi di laut.

Desain ini juga menciptakan kesan pertama NKRI yang akan dilihat oleh para orang asing dan warga negara Indonesia yang berada di luar negeri, ketika mereka mendarat dan melintasi Teluk Jakarta.

Ketelitian dalam menggunakan lambang negara ini sangat diperhatikan secara akurat, jumlah bulu pada sayap dan badan dibuat mendekati jumlah pada lambang negara.

Garuda yang megah menjadi lokasi utama para investor untuk berinvestasi berbagai proyek yang disediakan di lokasi tersebut.

Bagi penduduk setempat, kawasan ini merupakan tempat untuk menghindar dari kepadatan kota tanpa melakukan perjalanan selama berjam-jam, dan memanfaatkan waktu di tepi laut dengan kondisi laut yang bersih dan udara yang segar.

Karena itu, megaproyek ini diklaim bukan hanya sebuah dinding laut raksasa yang jauh lebih dari sekadar perlindungan terhadap banjir.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *