KELUARGA BAHAGIA


Kabar itu kami terima beberapa hari yang lalu dari seorang saudara di Vancouver. Melalui trunk call ia mengatakan dengan nada sedih, suara seakan terjepit di tenggorokan bahwa oom dan tante telah bercerai. Kabar itu berupa suatu kejutan besar bagi kami. Sepasang suami isteri itu telah hidup bersama empat puluh lima tahun.

Dengan meningginya angka perceraian, diperkirakan 20% di Singapura, 40% hingga 50% di Amerika dan Kanada, kabar perceraian seharusnya tidak lagi berupa sebuah kejutan seperti halnya puluhan tahun dahulu. Masalahnya, seperti halnya dengan kematian; orang mati saban hari di seluruh peloksok dunia, bahkan kabar kematian akibat terror bombing dimana berpuluh, beratus jiwa hilang dalam satu ledakan juga hampir saban hari kita dengar, baik di Timur Tengah, di Pakistan, India di Moscow juga di Eropa Barat. Warta berita dunia penuh dengan kabar keganasan manusia terhadap sesamanya, jauh lebih ganas dan violent dibandingkan dengan yang ditayangkan di feature filem Hollywood. Namun, ketika kabar kematian menimpa keluarga dekat atau seseorang yang kita kenal, tetap menggugah perasaan, terasa susah dipercaya.

Demikian juga kabar berkenaan dengan perceraian dalam lingkungan

keluarga dekat atau jauh. Bahkan berita perceraian antara mantan Wakil Presiden Al Gore dan Tipper isterinya yang sama sama tidak kita kenal secara pribadi sempat mengejutkan. Masalahnya mungkin karena perkawinan mereka telah berjalan selama empat puluh tahun, dan Al Gore selama ini berprestasi sebagai pria yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, tidak pernah terkait dengan kasus berselingkuh seperti halnya dengan mantan Presiden Clinton. Namun, buktinya sampai hari ini Clinton dan Hillary masih bersatu, bahkan nampak hubungan bertambah erat dan akrab setelah berhasil melalui badai yang pernah menerjang rumahtangga mereka. Agaknya perkawinan mereka tertolong karena adanya kesukaan dan komitment mendalam yang searah bagi keduanya; yakni berkecimpung dalam arena politik.

Banyak perkawinan tidak terdapat unsur kekuatan yang menyatu; the gelling element bagi kedua suami isteri. Setelah bertahun hidup bersama,

Al-Gore and Tipper

berhadapan saban hari saban malam, tidak mengherankan jika unsur romantik sudah berangsur luntur, lalu diganti dengan bertambahnya anak dalam keluarga, tapi setelah empat puluh tahun umumnya anak anak juga sudah meninggalkan rumah dan berkeluarga sendiri. Dalam keadaan berupa tempurung kosong, apa yang masih dapat diharap antara keduanya?

Tentunya kita bicara tentang masyarakat di negara maju, dimana kedudukan perempuan dalam masyarakat terjamin. Dan persepsi orang terhadap perceraian tidak banyak terkekang oleh nilai tradisi mau pun nilai konsevatif yang erat mengikat. Sebaliknya jika tante dan oom kami yang sudah diatas 70 usianya hidup di Indonesia, apa lagi di kota kecil seperti Bondowoso misalnya, apakah mereka masih akan bercerai, apa pun alasan yang membuat mereka tidak puas lagi hidup bersama? Saya rasa tidak. Mereka malah akan diberi gelar sebagai model keluarga bahagia.(IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *