Abbottabad,
PEMBUNUHAN Osama bin Laden oleh Amerika boleh saja menghempaskan Pakistan ke jurang krisis, tetapi para tetangga mendiang pemimpin Al Qaeda itu memastikan tidak ada kejadian apapun yang boleh mengganggu acara pernikahan mereka.
“Osama bukan urusan saya. Saya tidak peduli dia mati. Saya tidak bisa membatalkan pernikahan saya hanya karena kematiannya,” kata Suhail Nasir (38), yang tengah bersolek untuk acara pernikahannya nanti.
Pemerintah Pakistan sedang ditimpa masalah karena penggerebekan Osama oleh AS itu menyisakan pertanyaan apakah militer negara itu terlalu lemah sehingga tak mengetahui ada Osama di sebuah kota Pakistan, atau lebih buruk lagi bahwa negara itu memang melindungi Osama.
Peristiwa itu amat memalukan dan menghujat kredibilitas militer, sementara para pejabat pemerintah berusaha keras menjelaskan masalah ini kepada parlemen.
Namun Nasir dan keluarganya malah menghias rumahnya dengan ratusan lampu warna-warni dan tidak akan membiarkan satu pun hal kecil yang berkaitan dengan teroris paling diburu di dunia itu, menutup jalan kebahagiaan mereka.
Pesta pernikahan ala Pakistan itu akan digelar selama lima hari dan keluarga Nasir akan memulai pesta itu Rabu (11/5), di tengah perhatian media dunia yang masih berkemping di depan rumah mereka, sementara pasukan keamanan menjaga ketat pemukiman mereka.
Ketidakpedulian Keluarga Nasir itu mencerminkan sikap umum warga Pakistan.
Kematian Osama ditanggapi datar oleh rakyat Pakistan di mana sebenarnya Alqaeda mendapat sedikit dukungan dari warga Pakistan.
Para tetangga yang tinggal dekat rumah Osama bin Laden selama lebih dari lima tahun, masih berjuang keras untuk mempercayai pernyataan pemerintah (bahwa Osama tinggal di situ) dan teori-teori persekongkolan Amerika di balik kebusukan itu.
“Kami tidak percaya Osama tingal di sini. Percaya tidak Anda kepada drama ini?” kata Asim Shah, kawan karib Nasir yang terbang dari Turki untuk menghadiri pernikahan saudaranya itu.
“Ini drama palsu semata,” kaya Rizwan Khan, teman Nasir lainnya. “Amerika ingin menarik tentaranya keluar dari Afghanistan dan mereka sukses tampil di drama ini.”
Sang mempelai akan berangkat melalui sebuah prosesi berupa iring-iringan lusinan kendaraan yang telah dihiasi bunga-bunga, ke kota terdekat Taxila di mana mempelai wanita tinggal, sebelum kemudian acara utama digelar dengan menampilkan tarian, tetabuhan, dan nyanyian.
“Kami baru saja kembali dari Taxila dan membawa sang pengantin. Kami menikmati pernikahan kami. Inilah kehidupan kami. Kami melakukan apa yang biasa orang lakukan di pernikahan –musik, menari dan menyanyi,” kata Nasir yang dikelilingi teman-temannya.
Seminggu setelah pembunuhan Osama, yang membuat kota tenang itu mendadak terkenal ke seluruh dunia, kehidupan kembali normal.
Hotel-hotel kembali memutar musik di akhir pekan, sementara di satu aula pernikahan, seorang pelayan berkata bahwa tiga acara pernikahan telah diadakan selama sepekan itu.
Kemarahan kepada Amerika bukan hal baru. Hubungan kedua negara baru-baru ini memanas setelah pembunuhan kontraktor CIA Raymond Davis oleh dua orang di siang hari setelah ditahan selama tujuh pekan di Pakistan.
Perang melawan militan yang dicetuskan Amerika di wilayah barat laut Pakistan dan vonis 86 tahun kepada ilmuwan Pakistan Aafia Siddiqui karena upaya pembunuhannya terhadap para pejabat militer AS, adalah isu-isu lain yang turut memanaskan hubungan itu.
“Abbotabad adalah kota yang damai. Saya masih tidak mempercayai semua drama ini, oleh karena itu mengapa saya harus takut?” kata salah satu tamu di acara makan siang bersama yang digelar keluarga Nasir, ketika ditanyai apakah mereka mengkhawatirkan serangan bom bunuh diri skala besar bakal menyerang kumpulan besar orang-orang.
“Kami punya tentara yang sangat kuat dan Amerika ingin memfitnahnya. Ini konspirasi belaka,” kata Rashid Khan, tamu keluarga Nasir lainnya.
“Mengapa Amerika tidak membebaskan dokter Aafia? Mengapa Raymond Davis membunuh warga Pakistan tak berdosa? Obama sendiri telah melanggar hukum internasional,” katanya seperti dikutip AFP.
Di sebuah pasar, di mana para aktivis partai relijius terbesar Pakistan Jamaat-e-Islami meneriakan slogan-slogan anti Amerika dan membakar ban mobil, warga lain malah asyik membeli CD dan kaset.
“Haruskan kami meratapi kematian Osama? Dia dulu adalah agen CIA dan membantu Amerika mengatur drama ini,” kata Maqsood Jadoon sambil asyik memilih CD film India.