Jumlah Penumpang Turun Terus, Garuda Menuju Ambang Kebangkrutan


Empat tahun terakhir ini, jumlah penumpang Garuda terus menurun drastis.

Penurunan jumlah penumpang itu menyebabkan maskapai penerbangan milik pemerintah itu merugi.

Tingkat kerugiannya pada akhir Maret 2018 mencapai 67.572.839 dolar Amerika atau setara dengan Rp 878.446.907.000

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Center For Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi.

“Terlihat dari laporan kerja operasional PT Garuda, di mana pertumbuhan penumpang dari tahun ke tahun justru mengalami penurunan,” ucapnya kepada Warta Kota, Jumat (11/5/2018).

Dia merinci, dalam kurun waktu tahun 2013-2014, pertumbuhan penumpang Garuda hanya 4.174.038 orang.

Pada tahun berikutnya, tahun 2014-2015 pertumbuhan penumpang Garuda justru menurun drastis menjadi 3.821.750 orang.

“Terdapat penurunan yang sangat tinggi sebanyak 352.288 penumpang,” kata Uchok.

Sedangkan pada tahun 2015-2016, Garuda hanya sanggup mendapat 2.038.820 penumpang.

“Berarti maskapai penerbangan milik negara ini kehilangan pelanggan sebanyak 1.782.930,” ucapnya.

Uchok menyatakan, pada tahun 2016, Garuda benar-benar jatuh. Bahkan Rini Soemarno Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sampai turun tangan dengan mengganti Direktur Utama Garuda Arif Wibowo.

“Meskipun sudah diisi Dirut baru yakni Pahala N Mansury, di tahun selanjutnya 2017 kinerja Garuda masih terseok-seok,” katanya.

Pertumbuhan penumpang pada tahun 2017 masih mandeg di angka 2.936.181.

“Masih sangat jauh dari pencapaian 2013-2014 sebanyak 4.174.038 orang,” ucap Uchok.

Dia menjelaskan, merosotnya pertumbuhan penumpang dari tahun ke tahun, dampaknya sangat fatal.

“Bisa-bisa terbang tinggi menuju ke arah kebangkrutan. Karena Garuda ditaksir merugi sampai Rp 2 triliun pada akhir tahun 2017,” katanya.

Nasib Garuda terus terseok-seok jauh tertinggal dari maskapai milik negara tetangga seperti Singapore Airlines.

Gaji pilot senior maskapai penerbangan Garuda bisa mencapai Rp 150 juta per bulan.

Angka itu belum termasuk segudang fasilitas yang diterimanya. Misalnya, tunjangan kesehatan, asuransi, hingga tunjangan pensiun.

“Untuk pilot saja bisa sampai ratusan juta, lalu bagaimana dengan jajaran direksinya. Tentunya jauh lebih besar,” ucap Uchok.

Dia mencontohkan, pada tahun 2016, badan usaha milik negara (BUMN) ini per bulannya butuh Rp 1,7 miliar hanya untuk gaji satu orang direktur.

Menurutnya, untuk membayar gaji empat orang direktur Garuda, negara harus mengeluarkan Rp 20 miliar per tahun, belum termasuk uang tunjangan. ( WK / IM )

 

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

5 thoughts on “Jumlah Penumpang Turun Terus, Garuda Menuju Ambang Kebangkrutan

  1. Riyadi Sensie
    May 11, 2018 at 11:34 pm

    Ekonomi meroket

  2. Riyadi Sensie
    May 11, 2018 at 11:35 pm

    Cpt ganti presiden. Udah mules gw

  3. Perselingkuhan+Intelek
    May 12, 2018 at 11:48 pm

    Garuda tidak mampu mawas diri, harus dapat bersaing service dengan maskapai lainnya secara kontinu dan bermutu, papas habis itu tikus-tikus dalam organisasi Garuda sendiri, masih terlalu jauh bila dibanding dengan Singapore Air Lins sih karena Singapore masuk kelas dunia sebenarnya bukan hanya OMDO

  4. Budi Antoro
    May 13, 2018 at 2:14 am

    Managemennya harus diganti, dirampingkan dan rasionalisasi karyawan

  5. Si+Endut
    May 14, 2018 at 3:54 am

    tiket garuda kemahalan dibandingkan maskapai lain.

Leave a Reply to Budi Antoro Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *