Jarum Suntik Tak Aman, 7000 Tenaga Kesehatan Terinfeksi Hepatitis B


Virus Hepatitis B masih menjadi masalah kesehatan yang sulit dikendalikan di Indonesia. Penularannya bahkan masih tinggi di kalangan tenaga kesehatan (nakes), seperti dokter, bidan dan perawat.

Penelitian yang dilakukan peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Lukman Hakim Tarigan, menemukan tahun 2013 lalu terdapat 7000 nakes yang terinfeksi Hepatitis B. Parahnya, sekitar 4.900 di antara nakes yang terinfeksi tersebut disebabkan karena kecelakaan tertusuk jarum suntik. Sedangkan sisanya tertular dari penderita lain.

“Dengan jarum suntik yang biasa digunakan sekarang ini, risiko penularan Hepatitis B kepada petugas kesehatan mencapai 20 sampai 40 persen. Paling tidak, mereka tertusuk jarum satu kali dalam setahun,” kata Lukman Hakim Tarigan pada acara temu media Kementerian Kesehatan, di Jakarta, Selasa (16/9).

Sayangnya, vaksinasi untuk mencegah penularan virus Hepatitis B pada nakes masih sangat rendah. Vaksinasi untuk dokter cukup lumayan karena mencapai sekitar 40,7 persen dari seluruh dokter di Indonesia. Tetapi pada bidan yang umumnya bekerja di fasilitas kesehatan dasar dan lebih banyak kontak dengan pasien justru cakupan vaksinasinya sangat rendah, yaitu hanya sekitar 16 persen.

Padahal, semakin besar proporsi yang dimunisasi, maka penularannya pun bisa dikurangi. Dikatakan Lukman, bila vaksinasi kepada nakes ditingkatkan hingga mencapai 90 persen, jumlah kasus yang terinfeksi karena kecelakaan jarum suntik setiap tahunnya bisa diturunkan dari 4900 menjadi hanya 1000.

Untuk pencegahan infeksi karena kecelakaan jarum suntik, di negara maju dan beberapa negara berkembang sedang dikembangkan penggunaan jarum dengan perangkat keamanan tinggi. Jarum suntik ini terbukti efektif mencegah penularan virus akibat kecelakaan jarum suntik pada nakes mencapai 60 hingga 70 persen. Berdasarkan sifatnya, jarum suntik aman ini terdiri dari beberapa jenis, seperti retractable needle, shielding needle, dan blunt needle.

Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan jarum suntik aman ini dapat mengurangi infeksi Hepatitis B jauh lebih besar, yaitu bisa mencapai 2000 kasus dalam setahun. Bila digabungkan sekaligus dengan vaksinasi, mampu mengeliminasi penularan Hepatitis B pada nakes.

“Jarum ini sangat sulit membuat tenaga kesehatan tertusuk. Kedua, punya pelindung di jarumnya, sehingga meski jatuh tidak menusuk ke mana-mana. Dibandingkan dengan jarum biasa yang kita gunakan di Indonesia sekarang ini, jarum ini jauh lebih aman,” kata Lukman.

Bahkan, ditambahkan Lukman, keuntungan jarum ini tidak hanya untuk melindungi nakes dari infeksi virus Hepatitis B, melainkan juga Hepatitis C dan HIV/AIDS. Karena kecelakaan tertusuk jarum suntik tinggi, maka risiko penularan ketiga virus ini maupun virus lainnya dengan sumber penularan melalui darah menjadi tinggi pula.

Tetapi risiko tertular Hepatitis B jauh lebih besar dari virus lainnya. Hal ini dikarenakan selain paling banyak kasusnya, secara biologis masa inkubasi virus Hepatitis pun lebih cepat. Mulai dari penularan hingga munculnya kasus pada Hepatitis B antara 3-6 bulan, sedangkan virus lainnya membutuhkan waktu lebih panjang.

Oleh karena itu, sangat disarankan penggunaan jarum suntik dengan perangkat keamanan ini diperkenalkan di semua sarana kesehatan. Lukman merekomendasikan Kementerian Kesehatan untuk mengadakan jarum suntik yang aman ini secara massal. Kalau pun tidak mampu disubsidi, paling tidak pemerintah menjamin ketersediaannya, sehingga memberikan opsi kepada masyarakat untuk menggunakannya.

Saat ini, menurut Lukman, jarum suntik tersebut hanya ada di beberapa rumah sakit besar, dan belum menjadi program pemerintah. Selain karena harganya mahal, Indonesia juga belum memiliki teknologi untuk memproduksinya. Lagipula, penularan virus melalui kecelakaan jarum suntik pun belum menjadi prioritas pemerintah.

“Di negara maju, seperti Amerika dan Eropa, termasuk Australia, sudah menggunakan jarum suntik yang aman. Karena dengan itu, bisa menurunkan risiko tertusuk jarum sampai 60-70 persen,” kata Lukman.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

444 thoughts on “Jarum Suntik Tak Aman, 7000 Tenaga Kesehatan Terinfeksi Hepatitis B

  1. james
    September 16, 2014 at 11:10 pm

    selain Jarum Suntik Aman juga sangat dianjurkan Jarum Suntik Sekali Pakai di Buang, meski Mahal Harganya akan tetapi di Bandung Penyakit Menularnya Mahal mana ??? dan selama ini Perihal Suntikan dan Sumbangan Darah maupun Dialisi di Indonesia Tidak Tertib dan Bersih sehingga masih banyak Kasus Penularan yang Tidak Dapat di Hindarkan, ini juga merupakan salah satu penyebab banyak Orang Indonesia yang Berobat ke Malaysia atau Singapore, karena sistim !!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *