dr.Chen LongJi Bag. 5


Pabrik limun (soda).

Setelah Perang Dunia I dia bersama beberapa temannya berkongsi membuat pabrik limun soda, dengan
nama dagang „Lourdes“, nama ini terinspirasi dari air suci yang berasal dari kota Lourdes di Perancis,
dimana merupakan icon ziarah orang-orang beragama Katolik. Labelnya dengan simbol Ringgit Gulden
(salah satu mata uang Belanda waktu itu), labelnya dicetak di Amerika Serikat, maka sangat menarik.
Produknya terdistribusi luas, sampai ke antara lain Bangka. Pabrik yang pernah berlokasi di bilangan
Karang Anyar, Jakarta (disamping jalan kereta) ini , menggunakan mesin-mesin modern pada zaman itu.
Semua fasilitas ditunjang dengan technology ban berjalan. Akhirnya pada tahun 1965 ditutup karena
tidak ada pengelolanya. Sisa-sisa mesin dari pabrik soda ini sampai sekarang masih digunakan untuk

dr. Chen LongJi bersama isteri, Toshi.

produksi limun soda dibilangan Kramat, Jakarta, yang dikelola oleh keturunan mantan staffnya

Kegiatan Sosial:

Dibidang Pendidikan.

Seperti telah di ceritakan pada bagian terdahulu sebelumnya beliau pernah menjadi tenaga pengajar di
Borneo Barat, dan di Batavia juga pernah turut merintis sekolah THHK di tahun 1900’an, sampai menjadi
kepala sekolah THHK Cirebon, saat itu statusnya adalah sebagai karier.

dr.Chen-bersama-putera-puterinya-dari-isteri-Jepang

Sampai sudah menjadi dokter perhatiannya dibidang pendidikan tetap ada. Sosok dokter yang berjiwa
sastrawan ini tidak melulu sibuk di bidang layanan kesehatan, namun hatinya juga senantiasa terpanggil
untuk mengayomi generasi muda sebagai philantropis. Karena dr.Chen sadar akan pentingnya pendidikan
bagi generasi penerus.

Untuk itu dr.Chen Longji juga selalu aktif dalam bidang pendidikan, dengan kepeduliannya dan
kontribusi materinya menjadikan dia sebagai Komisaris merangkap Kepala Bidang Pendidikan Sekolah
Yi Cheng (kemudian ganti nama menjadi Yi Ping), sebuah sekolah yang didirikan oleh Rumah Abu Pusat
Keturunan Hakka di Batavia.
Sekolah ini berapa kali ganti nama :
1. Nama asal Yi Cheng, berubah menjadi Yi Ping, karena terjadi fusi dengan sekolah Ping Min di
Kongsi Besar;
2. Berubah menjadi Hua Qiao Gong Xue ketika Bapak Zhu Chang Mei menjadi Kepala Sekolah;
3. Ketika Hua Qiao Gong Xue mendirikan Sekolah Menengah, berubah lagi menjadi Hua Qiao
Chong Xue.

Dibidang HAM.
Tidak ketinggalan pengejawantahan Hak Asasi Manusia dia juga aktif berkiprah, dr. Chen merupakan
orang yang pertama pada tahun 1939 menetapkan peraturan bahwa guru perempuan harus diberikan cuti
melahirkan selama 56 hari. Ia juga memberikan bea siswa bagi banyak anak cerdas dari orang tua yang
tidak mampu finansialnya , tidak sedikit dari mereka yang kemudian sukses dalam hidupnya.

Dibidang Budaya dan Tradisi.
dr.ChenLongji juga merupakan salah seorang yang membuat petisi pemotongan Tao Cang pada rambut
orang-orang Tionghoa (kuncir orang Manchu). Alasannya adalah, tidak praktis dan kuno. Mungkin alasan
politis lainnya adalah tradisi itu sebenarnya berasal dari suku bangsa Manchuria.

Dibidang Politik.
Setelah peristiwa 18 September 1931. dr. Chen menyadari kemelut politik di Tiongkok tidak beres, dia
mulai melihat bahwa Chiang Kai Shek telah melenceng dari tujuan revolusi dan bertindak sewenang-
wenang. Maka pada Kongres ke-5 KMT di Nanjing, ia mengusulkan agar partai kembali kejalur San
Min Chu Ie, serta bertugas membuat draft untuk mereformasi pekerjaan Partai, sekalipun disahkan dalam
Kongres, namun tidak diimplementasikan dengan benar.

Dr. Chen sebagai seorang Ayah dan Suami.

San Min Chu I

Longji sekalipun praktek pagi dan sore, serta bergiat dalam pendidikan Huakiao, pada malam hari dia
tidak lupa untuk membantu pelajaran dari 3 anak perempuannya. Demi untuk meningkatkan kemampuan
bahasa Inggris anak-anaknya, ia mengundang guru bahasa Inggris memberinya pelajaran setelah makan
siang, hasil pelajaran itu ditularkan ke anak-anaknya pada malam hari. Nama guru bahasa Inggris itu
adalah Liang Suyan.

Perhatiannya kepada kesenian sangat besar. Salah satunya adalah memanfaatkan kesempatan menonton
pertunjukan kung fu dari orang-orang Shantung yang menjual kain cita. Dikarenakan bila dia belanja
cita dalam jumlah yang tidak sedikit , untuk anggota keluarga dan karyawannya , maka penjaja cita
keliling yang kebanyakan dilakukan oleh orang Shantung saat itu pada umumnya mereka ahli dalam
jurus-jurus Kung Fu , maka sekalian dipanggilah kawan-kawannya yang dari Shantung kerumah untuk
membuat pertunjukan dan mempertontonkan kepada seluruh anggota keluarga. Maklum pada zaman itu
masih belum banyak ragam hiburan.

Dicintai dan Dikecam.
Sejauh ini dr. Chen Longji selalu disukai dan dicintai orang karena jiwa sosial dan kepeduliannya kepada
masyarakat dan cepat tanggap. Dia tidak pernah punya musuh, hanya isterinya Yokoyama Toshi yang
menyimpan kekecewaan yang mendalam kepadanya, pasalnya dia mulanya tidak pernah bilang bahwa dia
pernah punya istri sebelumnya. Sampai suatu hari disekitar tahun 1920 anak sulungnya dari isteri pertama
datang ke Batavia. Toshi begitu terkejutnya setelah tahu bahwa dia sebenarnya adalah isteri kedua dari
Longji. Suaminya terpaksa hanya bisa menerima kecaman dari Toshi seumur hidupnya. Longji hanya
berkilah bahwa isteri pertamanya dinikahinya sewaktu mereka remaja, dan itupun karena melaksanakan
perintah dari orang tuanya yang menjodohkannya. Namun dr.Chen Longji yang arif bijaksana tetap
melakukan yang terbaik, dengan mengatur kasih sayang yang adil terhadap anak-anaknya, bahkan cucu-
cucunya juga tanpa pandang bulu. Isteri tuanya tetap tinggal di Tiongkok sampai akhir hayatnya, dan
Toshi yang dicintainya dan telah membantunya selama ini sampai sukses, tetap hidup berdampingan
dengannya selama sisa hidupnya.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *