dr. Chen Long Ji # 3


Perjalanan napak tilas.
Menjelang peringatan 100 tahun dibulan Juni 2001, kami selaku keturunannya
sengaja pergi ke Jepang untuk mencari bukti dari batu peringatan yang ditulis
olehnya. Sebelumnya kami hanya mendengar cerita saja tanpa pernah melihatnya.
Untuk itu kami sebagai keturunannya mengatur perjalanan ada yang dari Jakarta ,
ada yang dari Los Angeles , dan juga dari Tokyo . Kami menuju Chiba University
dekat Tokyo. Setibanya disana kami bingung harus cari kemana didalam kampus
sebesar itu. Lalu kami temukan Fakultas kedokteran dan menemui bagian
administrasi minta dipertemukan dengan dekannya, Dr. Fukuda.

Setelah tahu kami orang luar negeri yang datang dari berbagai negara, Dekan Prof. Dr.
Fukuda langsung menerima kami dengan hangat. Kami menuturkan maksud
kedatangan kami untuk melihat situs sejarah. Mula-mula beliau kebingungan
karena kejadiannya sudah hampir 100 tahun.

Puteri bungsunya, Ibu Sanita (Chen Chiu San), hanya membawa sebuah buku yang
berisikan nama-nama alumni saat pelantikan ayahnya lulus di Fakultas Kedokteran
Chiba University. Dekan Fukuda malah terperanjat, karena mereka sudah tidak ada
arsip buku itu di Fakultas. Mereka lalu memfotocopy buku itu untuk dibuat salinan
arsip.

Kami diajak keruangan arsip fakultas kedokteran Chiba University , dan setelah
dicari-cari maka ditemuilah album foto dari mahasiswa FK Chiba tahun 1907 ,
rupanya pada halaman pertama terpampang foto dari LongJi , ternyata pada saat
itu dia menjadi ketua kelasnya.

Pada bagian halaman yang lain terpampang foto
dari batu peringatan itu , dan langsung Dekan Fukuda menunjuk lokasi batu tulis
peringatan tersebut yang persis berada di hadapan gerbang masuk gedung FK
Chiba University, didalam suatu taman yang terawat rapih dan di pagar dengan
rantai .

Kami senang sekali bisa menemukan tempat itu, karena selama ini kami
hanya mendengar ceritanya saja. Kami berfoto disana, Ibu Sanita selaku puteri
bungsu dari dr. Long Ji mencatat semua tulisan yang diukir dibatu setinggi 2,5
meter itu . Kami takjub dan terheran-heran , sebab tidak menduga sama sekali
bahwa seorang Long Ji yang notabene sebagai mahasiswa asing, karya tulisnya
diberi penghargaan tinggi oleh Jepang, sampai-sampai prasasti itu ditempatkan
di muka gedung FK dan masih terawat dengan rapih. Sungguh jarang terjadi hal
seperti ini di negara-negara lain.

Terjemahan prasasti berbunyi:
Pengantar:
Revolusi Republik Tiongkok terjadi pada musim gugur tahun Xin Hai.
Mulai dari kota Wuhan, perang antara pasukan Selatan dan Utara berkecamuk
dahsyat.
Rekan-rekan mahasiswa yang khawatir atas jatuhnya banyak korban,
menghimpun kawan sependirian membentuk Korps Palang Merah.

Foto bersama dengan batu prasasti di FK Univ Chiba (Juni 2001)Dari Kanan Kekiri, Dr.Irawan, Dr.Idries Irawan, Ibu Sanita , Bryant Irawan, Tenny Suzuki

Bersama mahasiswa kedokteran yang belajar di Jepang,
berangkat kembali ke tanah air untuk membantu mengatasi petaka.
Kepala Sekolah dan para dosen yang mengetahui hal ini,
memberikan secara khusus pelajaran pertolongan atas luka dalam pertempuran,
bahkan membantu pengumpulan dana bagi biaya dan pembelian peralatan dan
obat.
Langkah ini telah sangat membantu meringankan perjuangan para serdadu.
Ketika peperangan berakhir dan kembali ke kampus, untuk memperingati semua
itu.
Didirikan batu prasasti untuk memperingatinya, dengan syair sebagai berikut :

Aturan raja mulai kendur, republik baru mulai berdiri.
Langkah negara tidak mudah, sering terjadi bentrokan senjata.
Mayat bergelimpang memenuhi sungai, darah membasahi rumput hijau.
Siapakah yang mendapat hasilnya atas penderitaan rakyat jelata?
Kokohkan semangat dua pasukan bendera palang merah.
Dalam kesulitan membantu derita hidup mati sesama manusia.
Hanya pada guru, teman sekalian bekerja, dengan kebersamaan mengatasi
penderitaan.
Kemanusiaan terabaikan, etika hanyut, membantu sesama tidak tergantikan oleh
pohon dan batu ribuan tahun.

Didirikan oleh para siswa Tiongkok yang kuliah di Fakultas Kedokteran
Universitas Chiba

Setelah Longji tamat kuliah tahun 1913, ia berencana kembali ke Tiongkok
membuka klinik, serta membuka kursus Perawat. Untuk rencananya itu, ia telah
menyiapkan buku pelajaran yang ditulisnya memakai maobi (kuas tulis).
Dia juga telah mengadakan perjanjian dengan seorang perawat trampil
bersertifikat, Yokoyama Toshi, asal Sendai (Kota Sendai 300 Km Utara dari
Tokyo, yang pada tanggal 11 Maret , 2011 disapu oleh tsunami) yang bertugas

di teaching hospital Fakultas Kedokteran Universitas Chiba, Mereka berpapasan

Chen Long Ji bersama Isteri, Yamahato Toshi

kereta api di Kamakura, setelah berbincang-bincang , diaturlah jadwal ke Tiongkok
untuk bekerjasama di Guangzhou. Sedangkan sang perawat itu tadinya berniat
bekerja di RS perusahaan kereta api di Harbin, Propinsi Heilongjiang Tiongkok
Timur Laut. Jalur kereta api ini dibangun oleh Russia dan tembus ke kota Dalian,
namun setelah Russia kalah dalam peperangan dengan Jepang, mengakibatkan
seluruh 3 propinsi Timur Laut Tiongkok dikuasai oleh Jepang, termasuk jalur
kereta api itu. Gaji sebagai perawat di RS KA itu jauh lebih tinggi dari gaji di
jepang, ini yang menarik banyak perawat yang ingin bekerja disana.

Pertama-tama mereka naik kapal laut ke Hongkong, setelah menempatkan perawat
itu di hotel, maka berangkatlah Longji ke Guangzhou melakukan survey. Ketika itu
sekalipun revolusi sudah menang dan dinasti Manchu sudah digulingkan, namun
pada masa transisi kekuasaan banyak terjadi kekacauan akibat banyaknya penguasa
setempat (War Lord), membuat situasi Tiongkok tidak aman. Maka Longji kembali
ke Hongkong, dan mengajaknya ke Batavia untuk membuka klinik. (dikemudian
hari menjadikannya isteri)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *