DPR Sesalkan Hibah 24 Pesawat F-16


Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin meminta agar pemerintah mengkaji ulang soal hibah pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat karena itu merupakan tindakan mubazir.

“Saya nilai mubazir menerima tawaran hibah dari AS karena akan mengeluarkan biaya yang besar untuk meng-“upgrade” pesawat bekas tersebut,” kata Hasanuddin di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, pada awalnya Komisi I setuju dengan penerimaan bantuan 24 pesawat F-16 dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan perhitungan awal jika Indonesia menerima tawaran hibah dari AS, maka Indonesia akan mendapatkan 24 unit pesawat F-16.

Sementara bila membeli yang baru, Indonesia hanya akan memperoleh 6 unit pesawat. Tapi pesawat hibah adalah jenis Block 32 grounded yang lebih rendah dari Block 52 yang sudah canggih.

Namun, lanjut dia, untuk mengoperasikan satu pesawat F-16 block 32 menjadi block 52 sama dengan mengkanibalisasi atau merombak empat pesawat.

Terlebih, pesawat bekas itu hanya bisa beroperasi paling lama empat ribu jam terbang atau rata-rata delapan tahun.

“Namun, jika membeli pesawat baru bisa dipakai hingga 30 tahun dengan biaya perawatan lebih rendah. Kalau kita membeli senjata, apalagi bekas dengan kualitas yang kurang bagus, maka percuma saja,” kata anggota DPR dari Fraksi PDIP itu.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS Al Muzzammil Yusuf menilai lebih baik membeli pesawat F16 yang baru daripada harus menambah biaya “upgrading” pesawat bekas F16 dari 450 juta dolar AS menjadi 750 juta dolar AS.

Menurut Muzzammil Yusuf, selain masalah biaya yang membengkak, pemerintah juga harus memperhatikan keselamatan nyawa prajurit terbaik.

“Saya menyarankan kepada teman-teman di Komisi I agar mempertimbangkan kembali kesepakatan untuk menerima hibah 24 pesawat F-16 karena biaya ’upgrading’ membengkak dari perkiraan sebelumnya,” katanya.

Muzzammil mengatakan bahwa membeli pesawat F-16 yang baru lebih menguntungkan Indonesia daripada menerima pesawat hibah dalam kondisi bekas. Dari sisi keamanan, jam terbang, dan kualitas teknologi lebih tinggi daripada pesawat bekas.

Sementara dengan membeli pesawat baru, pemerintah dapat meminimalisir peluang kecelakaan pesawat angkatan udara TNI  yang selama ini sering terjadi.

“Dari data yang kami terima sejak tahun 2000-2009 ada sekitar 30 pesawat Angkatan Udara TNI jatuh dan menelan korban jiwa baik dari pihak tentara maupun sipil dalam jumlah besar,” ujar politisi PKS ini.

Fakta lainnya, dari 114 pesawat TNI yang kita miliki terdapat 50 pesawat dalam kondisi rusak. “Tidak kah kita belajar dari pengalaman ini. Saya khawatir dari 24 pesawat hibah itu usianya tidak lama. Peluang pesawat rusak, jatuh, kemudian menelan korban jiwa. Ini harus diantisipasi sejak dini oleh Pemerintah. Jangan mengorbankan nyawa prajurit dan penerbang terbaik kita,” ujarnya.

Dalam pandangan Muzzammil, pesawat yang rawan kecelakaan bisa menurunkan mental prajurit dan mereka harus berperang melawan alutsista sebelum melawan musuh.

“Bagi saya, harga prajurit terbaik kita lebih mahal daripada alustsista, bukan sebaliknya,” ujar anggota DPR dari Daerah Pemilihan Lampung I ini

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *