DICARI 24 JUTA PEREMPUAN UNTUK DIKAWINI !


BEIJING — Lain ladang lain belalang,kalau di Indonesia bayi perempuan dianggap modal yang akan
kembali jika kelak setelah dewasa berhasil menggaet beruang sebagai suami, apalagi jika berdarah biru
macam pangeran William. Di China berbeda keadaannya. Akibat dari kebijakan satu anak yang ketat
diterapkan pemerintah guna menekan angka kelahiran ditengah masyarakat yang menginginkan keturunan
laki-laki sebagai penerus marga dan pencari nafkah, bayi lelaki yang belum tentu akan menjadi manusia
berguna seperti yang diharapkan, dimanjakan bagai kaisar cilik. Sementara calon ibu yang mengetahui
janin yang dikandungnya adalah perempuan, akan menggugurkannya atau meninggalkan bayi perempuan
yang baru dilahirkan dipinggir hutan atau sungai.

Lebih dari 24 juta pria Chinese usia produktif akan kesulitan menemukan calon istri pada tahun 2020
kelak, hal ini disebabkan ada lebih banyak penduduk laki-laki daripada perempuan dinegeri ini. Studi
yang dilakukan Chinese Academy of Social Science tahun lalu mengungkapkan ketimpangan jenis
kelamin antara bayi lelaki dan perempuan yang dilahirkan telah menyebabkan masalah serius dinegeri
berpenduduk 1,3 milyar jiwa ini, demikian the Global Times melaporkan.

“Aborsi bayi berjenis kelamin perempuan adalah hal umum, terutama didaerah pedesaan dimana
masyarakat Chinese lebih memilih anak laki-laki daripada anak perempuan dalam keluarga mereka”,
demikian ujar Wang Guangzhou, seorang pemerhati masalah kependudukan. “Ketidak-seimbangan
antara jenis kelamin pria dan wanita menyebabkan sulitnya seorang pria dengan penghasilan rendah untuk
mencari jodoh, hal ini juga menyebabkan perbedaan usia yang sangat mencolok diantara calon pasangan
suami istri”, lanjutnya. Wang Yuesheng, juga seorang pemerhati menyampaikan hasil studinya yang
mengungkapkan bahwa pria yang tinggal didaerah yang kurang makmur baru dapat menikah saat berusia
senja setelah berhasil mengumpulkan modal atau tidak akan pernah menikah sama sekali yang mana akan
menyebabkan terputusnya garis keturunan.

The Global Times melaporkan telah terjadi kasus-kasus penculikan dan penjualan perempuan dikota-kota
yang memiliki lebih banyak penduduk laki-laki. Perkawinan paksa maupun prostitusi juga merupakan
satu masalah besar dikota-kota ini. Data yang diperoleh dari National Population and Family Planning
Commission menyebutkan rasio antara pria wanita di China adalah 107 pria untuk setiap 100 wanita.
Laporan terkini yang diumumkan tahun 2005 menyebutkan ada 119 bayi laki-laki yang dilahirkan untuk
setiap 100 bayi perempuan. Bahkan dibeberapa daerah, surat kabar the Mirror Evening melaporkan
perbandingan penduduk pria wanita adalah 130 pria untuk setiap 100 wanita. Laporan ini juga mendesak
pemerintah untuk melonggarkan kebijakan satu anak bagi warganya serta mempelajari kemungkinan
diserukannya pria lajang untuk menikahi wanita dari negeri lain.

Terkecuali bagi para petani didaerah terpencil dan kelompok minoritas seperti Tibet, Miau dan Mongol,
pemerintah China mulai menerapkan kebijakan satu anak bagi penduduknya pada tahun 1979, tiga tahun
setelah wafatnya ketua Mao. Kebijakan satu anak ini telah berhasil menekan populasi China menjadi
hanya 1,3 milyar jiwa saat ini. Diluar angka resmi, disinyalir ada 6 juta anak-anak perempuan yang tidak
memiliki akta kelahiran karena kelahiran mereka tidak terdaftar pada dinas kependudukan. Anak-anak ini
lahir diluar keinginan orang tua mereka karena berkelamin perempuan dan dititipkan pada sanak keluarga
yang tidak memiliki keturunan dan tinggal dipedesaan, demikian orang tua mereka akan berusaha
untuk hamil lagi hingga berhasil mendapatkan bayi lelaki. Bagi pasutri yang memiliki uang dan ingin
mempunyai lebih dari satu keturunan, mereka biasanya menyogok dokter kandungan untuk membuat
surat keterangan bahwa bayi yang dilahirkan adalah kembar, demikian di China kerap dijumpai anak-
anak kembar yang berbeda usia. Ketimpangan jenis kelamin pria dan wanita pada bayi yang dilahirkan
mulai muncul pada era 1980-an ketika penggunaan teknologi ultrasound yang dapat memdeteksi jenis
kelamin janin digunakan. Teknologi canggih ini membuat banyak calon ibu menggugurkan janin

perempuan. Berlimpahnya pria lajang yang tidak kebagian perempuan juga telah menghawatirkan
pemerintah Rusia, tetangga China diutara. (IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *