Detik-detik Menegangkan di Pesawat SBY Saat Menembus Kabut Asap


Pintu pesawat mulai ditutup. Semua penumpang duduk dengan rapi. Waktu menunjukkan pukul 12.14 WIB, Sabtu 15 Maret 2014. Melalui pengeras suara, pramugari mengumumkan tujuan penerbangan menuju Bandara Pekanbaru, Riau.

Dari Lapangan Udara Adi Sumarmo Solo, lama penerbangan ditempuh dengan waktu 1 jam 47 menit dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki. Siang itu Presiden SBY akan bertolak ke Pekanbaru untuk memimpin langsung penanggulangan bencana asap.

Presiden SBY menumpang pesawat Kepresidenan Garuda Boeing 737-800. Pagi harinya, SBY meresmikan Pabrik Tekstil PT Sari Warna Asli (Sritex Grup) di Boyolali, Jawa Tengah.

Baru saja 1 jam mengudara, staf Garuda mendapat laporan bahwa Bandara Pekanbaru tidak bisa dilalui. Sebab, jarak pandang (visibility) hanya 700 meter. Langit Pekanbaru benar-benar tertutup kabut asap.

Padahal sebelum take off, Garuda mendapat laporan Bandara Pekanbaru memiliki visibility di atas 1.000 meter. Angka tersebut sesuai dengan batas minimal dari Standard Operating Procedur (SOP) penerbangan Garuda.

Suasana mendadak sibuk ketika itu. Koordinasi terus dilakukan oleh para koordinator perjalanan. Mereka di antaranya adalah Komandan Paspampres Mayjen Doni Munardo, Sekretaris Militer Mayjen Benny Indra, Sekretaris Pribadi Presiden Kustanto dan Chief de Mission penerbangan VVIP Garuda Prasetyadi.

Mereka menghadap Presiden untuk melaporkan bahwa pesawat tidak mungkin mendarat di Bandara Pekanbaru akibat kabut asap yang pekat. Ketika itu, posisi pesawat sudah di atas Provinsi Jambi. Dari kaca jendela pesawat, terlihat asap pekat berwarna kekuningan

Ada tiga opsi yang sudah disiapkan sebelumnya kemudian ditawarkan kepada SBY saat itu. Pertama, pesawat turun di Lanud Padang. Kedua, pesawat langsung menuju Yogyakarta untuk melanjutkan agenda Presiden selanjutnya. Ketiga, kembali ke Lanud Halim Jakarta untuk mengisi bahan bakar sambil menunggu langit Pekanbaru jernih.

Opsi lain disiapkan ketika pesawat turun di Lanud Padang. Presiden akan melalui jalur darat menuju Pekanbaru. Perjalanan diperkirakan menghabiskan waktu hingga 7 jam. Sejumlah lokasi sudah disurvei untuk tempat SBY beristirahat atau bermalam.

Perjalanan melalui jalur laut juga sudah disiapkan dari Padang. Rencananya SBY dan rombongan akan menumpang kapal laut KRI menuju Dumai. Perjalanan diperkirakan akan menghabiskan waktu hingga 6 jam. Namun saat itu informasi terbaru dilaporkan bahwa Bandara Padang juga tidak bisa dilalui karena visibility hanya 700 meter sehingga tidak dimungkinan dilakukan pendaratan di sana.

Tampaknya SBY kurang sreg dengan opsi-opsi yang ditawarkan. SBY memiliki analisa sendiri. “Coba pelajari Batam. Berapa visibility-nya?” tanya SBY seperti ditirukan seorang di antara koordinator perjalanan itu.

Para koordinator perjalanan kemudian kembali berkoordinasi. Suasana semakin menegangkan karena di luar dugaan SBY tidak menerima berbagai opsi yang ditawarkan. Koordinasi dengan berbagai pihak di darat terus dilakukan untuk mendapat informasi terbaru. Kini pilot juga dilibatkan untuk memberi masukan.

Awalnya pilot menyatakan kesiapannya untuk mendarat di Pekanbaru meski visibility di bawah SOP Garuda. Sang pilot merasa siap mendarat jika itu adalah instruksi SBY. Namun niatan itu buru-buru disanggah. Pilot diingatkan oleh seorang perwira tinggi TNI bahwa dalam kondisi apa pun, SOP tidak boleh dilanggar.

Perwira tinggi TNI ini ingat betul dengan peristiwa kecelakaan pesawat yang dialami oleh Presiden Polandia Lech Kaczynski pada April 2010 silam. Saat itu kondisi cuaca berkabut. Pesawat berjenis Tupolev Tu-154 tersebut bertolak dari Warsawa dan jatuh saat mendekati bandara Smolensk di Rusia barat. Presiden Polandia, istri dan semua penumpang yang berjumlah 87 orang itu tewas seketika

“Pak Sesmil bilang tidak ada kata coba-coba, kalau bisa turun, kalau tidak ya tidak. Walaupun visibility 950 meter, tidak bisa,” tutur Chief de Mission penerbangan VVIP Garuda Prasetyadi.

Setelah berdiskusi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak di Pekanbaru, Padang, dan Batam, ternyata didapatkan informasi langit Batam sangat cerah. Visibility-nya saat itu 10.000 meter. Akhirnya diputuskanlah mendarat di Bandara Hang Nadim Batam.

Tepat pukul 14.14 WIB, pesawat kepresidenan landing dengan mulus di Bandara Hang Nadim. Sejumlah penumpang yang ikut rombongan pun sempat tak sadar jika saat itu pesawat turun di Batam. Padahal, melalui pengeras suara, pramugari sudah mengumumkan sebelum landing.

Presiden SBY dan rombongan sempat turun dan beristirahat di ruangan VVIP. Namun hal itu tidak berlangsung lama, hanya sekitar 15 menit. Informasi terbaru saat itu Pekanbaru baru saja diguyur hujan. Asap mulai menipis dan visibility mencapai 1.500 meter.

Tanpa berlama-lama, SBY dan rombongan kembali naik ke pesawat. Pesawat take off pukul 15.20 WIB dengan ketinggian jelajah mencapai 24.000 kaki. Penerbangan Batam-Pekanbaru ditempuh dengan waktu 36 menit.

Pesawat kepresidenan mendarat di Bandara Roesmin Nur Jadin Pekanbaru pukul 16.05 WIB. Kabut asap masih menyelimuti langit Riau. Namun kondisinya masih bersahabat. Jarak pandang masih jelas. Udara yang dihirup tidak terlalu menyesakkan. Landasan udara tampak basah. Namun hujan sudah tidak turun.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

2 thoughts on “Detik-detik Menegangkan di Pesawat SBY Saat Menembus Kabut Asap

  1. james
    March 27, 2014 at 5:14 am

    baguslah biar SBY nya nyaho bagaimana rakyat menderitanya dengan Kabut Asap itu

  2. james
    March 28, 2014 at 4:46 am

    ini juga kemana Pengamat yah ??? ini juga Bukti yang tidak bisa di Sangkal

Leave a Reply to james Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *