Demo Kawal Paripurna HMP Bupati Jember Diwarnai Aksi Saling Semprot Disinfektan


DPRD Jember melalui rapat paripurna resmi memberhentikan bupati Jember, dr Faida melalui Hak Menyatakan Pendapat. Pemberhentian ini nantinya akan diputuskan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) setelah mendapatkan fatwa dari Mahkamah Agung (MA).

Ini adalah peristiwa pertama kalinya dalam sejarah Jember, seorang bupati yang dimakzulkan oleh parlemen. Suasana emosional tampak terasa usai DPRD Jember merampungkan paripurna tersebut. Pimpinan DPRD Jember pada sore harinya, menemui massa demonstran yang berorasi di depan gedung DPRD Jember sejak awal rapat paripurna berlangsung pukul 11.00 WIB.

Ketua DPRD Jember, Itqon Syauqi memberikan kabar langsung kepada demonstran bahwa pihaknya sepakat untuk mengeluarkan Hak Menyatakan Pendapat (HMP) kepada bupati Faida. Sebelumnya sembari menunggu, massa demonstran melantunkan salawat dengan dipimpin oleh KH Baiquni Purnomo, pimpinan Majelis Sholawat Al-Ghofilin, salah satu kelompok pengajian yang cukup besar di Jember.

“Kami sampaikan bahwa DPRD Jember telah memastikan untuk memberhentikan bupati dari jabatannya. Mohon doanya, karena perjalanan masih panjang,” ujar Itqon yang juga berlatar belakang sebagai pengasuh di sebuah pesantren yang ada di Jember.

Lebih lanjut, Ahmad Halim, Wakil Ketua DPRD Jember yang ikut mendampingi Itqon menjelaskan, bahwa keputusan HMP dari dewan ini masih harus berlanjut ke tahap selanjutnya. “Karena itu kami mohon doanya dari para kiai, santri dan kita semua, semoga proses di pengadilan nanti, yakni Mahkamah Agung bisa dimudahkan. Hanya kepada Allah tempat kita meminta,” ujar Halim yang disambut takbir jamaah.

Suasana haru mewarnai para demonstran ketika Itqon dan Halim menjelaskan hasil keputusan DPRD Jember tersebut. Tak hanya Halim dan Itqon, para jamaah terutama kaum ibu, banyak yang meneteskan air mata atas keputusan DPRD Jember tersebut. KH Baiquni Purnomo atau yang karib disapa Gus Baiqun, juga ikut menangis. Saat itu Gus Baiqun berdiri di samping Halim dan Itqon.

Sejak awal, massa demonstran yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Jember (AMJ) menegaskan berupaya maksimal untuk mematuhi protokol Covid-19. “Kita akan berusaha keras dan mewajibkan semua yang turun aksi untuk memakai masker dan tertib menjaga jarak. Sebisa mungkin kita lakukan itu,” ujar Kustiono Musri, salah satu koordinator AMJ.

Namun, dalam pelaksanaannya, aturan jaga jarak sulit terlaksana sepenuhnya. Terlebih, jumlah massa yang turun diperkirakan lebih dari seribu orang yang berasal dari berbagai pelosok desa di Jember. Karena itu, muncul gagasan penyemprotan disinfektan.

Menariknya, penyemprotan disinfektan dilakukan oleh dua pihak sekaligus. Pertama polisi yang menyemprotkan disinfektan kepada massa demonstran dan juga jalanan yang digunakan sebagai tempat aksi. Berikutnya, beberapa relawan juga ikut menyemprotkan disinfektan, baik kepada massa maupun kepada petugas kepolisian.

“Mari kita tunjukkan bahwa kita taat aturan termasuk aturan protokol pencegahan Covid. Setelah pak polisi memberikan semprotan disinfektan, kita juga berbalik semprotkan disinfektan baik kepada polisi maupun kita sendiri,” ujar salah satu orator melalui pengeras suara.

Sebanyak 35 alat semprot disinfektan sengaja disiapkan oleh Polres Jember untuk ‘menyambut’ aksi demo hari ini. “Karena sekarang masih dalam suasana Pandemi Covid-19. Apalagi ini juga mau dipakai salat duhur berjamaah,” ujar Kompol Agus Supariyono, Kabag Ops Polres Jember.

Setelah penyemprotan, massa kemudian menggelar salat Zuhur berjamaah, persis di jalan protokol depan gedung DPRD Jember yang biasanya ramai di lalui kendaraan bermotor.

KH Baiquni Purnomo atau Gus Baiqun menjadi imam salat jamaah. “Kita sengaja turun ke jalan meminta bupati diberhentikan, karena banyak kebijakannya yang kita rasakan merugikan rakyat secara langsung,” ujar Baiqun.

Salah satu diantaranya adalah sikap eksekutif yang dinilai sengaja tidak mau membahas APBD 2020 bersama DPRD Jember. Akibatnya, banyak program pemerintah yang tidak berjalan. “Ini sudah mau akhir Juli, tapi APBD belum ada. Akibatnya, petani menjerit karena kesulitan mencari pupuk bersubsidi,” papar Baiqun.

Pantauan Merdeka.com, sejak awal aksi berjalan cukup kondusif dan tidak ada gesekan apaun dengan aparat yang berjaga. Polisi memang sejak awal memberikan perhatian khusus untuk pengamanan pada rapat paripurna ini. Kapolres Jember, AKBP Aris Supriyono dan Dandim 0824 Jember, Letkol La Ode Muhammad Nurdin, turun langsung memantau jalannya pengamanan.

Bahkan, empat perwira menengah dari Polda Jatim, juga ikut turun untuk memastikan pengamanan berjalan dengan baik. Mereka adalah Kombes Pol I Ketut Gede Wijatmiko (Dansat Brimob Polda Jatim); Kombes Pol Slamet Hariyadi (Dirintelkam Polda Jatim); Kombes Pol Muhammad Firman (Karo Ops Polda Jatim); serta Kombes Pol R Pitra Ratulangi (Dirkrimum Polda Jatim). Empat perwira melati tiga di pundak itu tiba di Jember sejak pagi dengan menggunakan helikopter yang mendarat di Alun-Alun Kota Jember.( Mdk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *