CHANGE


CHANGE

“Belok kiri, belok ke sebelah kiri, setelah itu belok kanan,” seru temanku sambil mengajukan telunjuknya kearah yang dimaksud.

May Swan - penulis

“Mosok iya ke kiri?” Jawabku tidak yakin.

“Betul, aku tahu pasti harus belok ke kiri.”

“Aku ingat di sebelahnya ada sederetan rumah petak, dari situ baru belok ke kiri. Tapi aku tidak melihat bangunan itu.” Aku tetap ragu.

“Akh, kamu ini ketinggalan jaman. Rumah petak itu sudah dirombak beberapa bulan yang lalu,” temanku menyentak.

“Ooh, sorry, aku tidak tahu.”

Pasar tradisional(wet market) di Singapore

“Tanah lapang yang baru kita lalui  itu tadinya adalah lokasi rumah petak dulu itu, maka kamu tidak kenal lagi.”

“Lalu dulu ada wet market di ujung sana, sekarang mana?”

“Itu juga sudah dibongkar, akan diganti dengan super market.”

Pembicaraan di atas terjadi ketika aku dan seorang teman naik mobil di daerah Balestier Road ingin mencari sebuah rumah makan yang pernah kami kunjungi setahun yang lalu. Pada waktu senggang, kegemaran orang Singapur kalau bukan shopping ya keluar makan.

Rumah temanku di daerah Novena, tidak berapa jauh dari tempat yangingin kami tuju, maka ia lebih tahu tentang daerah itu. Sedangkan aku jarang, karena memang tidak banyak alasan untuk ke sana. Masalahnya, banyak daerah yang tidak dikunjungi sekitar setengah tahun saja,

Daerah Novena - Singapore

wajahnya sudah berubah. Landmark yang sudah dikenal bertahun tahun, tiba tiba menghilang, atau diganti dengan gedung baru, biasanya gedung property condominium yang menjulang tinggi. Nah, inilah yang sering kali terjadi dengan wajah kota Singapur.

Kalau yang dimaksud “Change” oleh Obama adalah perobahan pimpinan politik atau perubahan health care system yang dikerahkan kepada Congress dan diperjuangakan dengan serunya, sekalipun hasilnya tidak selalu memuaskan, sementara “Change” yang terjadi di Singapur lebih berupa visual, dan berkepanjangan, sekalipun tanpa dendang seruan politik. Namun perubahan yang berlaku lebih bernada final, karena yang ditukar dan diganti adalah memori kehiudupan sehari-hari, sebagian dari ciri khas sejarah setempat dihilangkan, diganti dengan wajah baru yang tidak ada hubungannya dengan tradisi peninggalan masyarakat setempat. Singapur selalu tampak indah bersih dan senantiasa dynamis dengan bangunan baru, bagaikan anak gadis remaja yang tidak diberi kesempatan menjadi dewasa, apalagi menjadi tua secara alami.

William S W Lim seorang senior architect dan social activist yang sangat berprestasi di Singapur sudah lama mempromosikan pentingnya menjaga dan memupuk national identity berdasarkan sejarah masyarakat setempat. Menurutnya, yang perlu diabadikan bukan hanya peninggalan bangunan yang mencerminkan kekuasaan sejarah, tapi juga bangunan yang berhubungan erat dengan kehidupan rakyat sehari hari. Ia menentang ide pemerintah menggantikan wet market pasar tradisional dengan super market yang banyak didirikan dimana-mana. Ia mengingatkan, pasar tradisional telah menjadi institusi darah daging kehidupan masyarakat Singapur sepanjang masa, dimana terdapat suasana ciri khas setempat yang tidak terdapat di super market dengan pelayanan yang super efficient, namun dingin impersonal, sama dinginnya dengan hawa pendingin di dalam gedung. William menekankan perlunya bagi pemerintah memelihara budaya setempat, tidak hanya mementingkan kemajuan ekonomi. Dan ia tegaskan, meningkatnya angka permanent residents, mendatangkan orang asing dalam jumlah besar bermukim di Singapur hanya berdasarkan perhitungan ekonomi, akhirnya akan merobah demographic penduduk dan merusak pertumbuhan national identity yang dikehendaki(IM).

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *