BAHASA IBU


Ketika Singapura mulai meluncurkan Speak Mandarin Campaign pada permulaan tahun 1970, banyak di kalangan minoritas non Chinese; Melayu, Indian Tamil dan Eurasian merasa terganggu,

May Swan - penulis

seakan dianaktirikan, bahkan di kalangan masyarakat Chinese sendiri banyak yang mengeritik kebijaksanaan tersebut. Sekalipun Speak Mandarin Campaign ditujukan hanya pada masyarakat Chinese di mana Mandarin dikategorikan sebagai bahasa ibu, masyarakat non Chinese lainnya tidak terpengaruh, tapi suasana campaign tersiar di mana mana, disebarluaskan mass media dengan gencarnya, terlebih pula di kantor kantor dan institusi pemerintah baik besar maupun kecil.

Seiring dengan maraknya campaign tersebut, sehingga dicantumkan kedalam peraturan kurikulum sekolah. Bahasa ibu dikategorikan sebagai mata pelajaran bahasa kedua, dimana terdapat ketentuan bagi mereka yang tidak lulus dalam mata pelajaran bahasa ibu, tidak dapat diterima masuk ke sekolah setaraf SMA apalagi perguruan tinggi, tidak peduli apakah mata pelajaran lainnya bagus cemerlang. Tegasnya kalau tidak lulus

Singapore icon

mata pelajaran bahasa ibu, tidak bisa meneruskan pelajaran ke seolah tinggi. Ketentuan education policy ini sangat mengkawatirkan banyak masyarakat Chinese.

Pertama, sebagai tanah jajahan Inggeris yang baru merdeka belum lama, masyarakat Singapura sudah terbiasa dengan pendidikan yang menggunakan bahasa Inggeris. Mereka menggunakan bahasa Inggeris dalam kehidupan sehari hari baik di sekolah, di tempat kerja maupun di rumah. Terlebih pula bagi Chinese Peranakan yang banyak menduduki posisi kepemerintahan. Bahasa Inggeris juga merupakan lingua franca dalam kehidupan bermasyarakat diantara multi racial di Singaputa. Nah, dengan dicantumnya ketentuan pelajaran bahasa ibu dalam institusi pendidikan, mereka jadi

Chinese characters

kewalahan, karena sekalipun secara legalitas bahasa Mandarin adalah bahasa ibu, namun kenyataannya bagi mereka, itu adalah bahasa asing. Dan Mandarin diakui sebagai bahasa yang sangat sukar untuk dipelajari bagi yang sudah dewasa.

Kedua, masyarakat Eurasian juga terkena dampak negatifnya. Hukum Singapura banyak mengikut hukum undang undang Inggeris, satu antaranya dalam menentukan nama keluarga. Dalam perkawinan, yang diambil adalah nama ayah. Jadi sekalipun ibunya orang Eropa misalnya, tapi ayahnya Chinese, maka anaknya terhitung Chinese dengan nama keluarga Goh, Tan, Lee atau Lim dll. Nah, payahnya anak anak dari latar keluarga yang demikian juga masuk dalam kategori harus lulus dalam mata pelajaran bahasa Mandarin. Sedangkan bagi mereka, Mandarin berupa bahasa bulan.

Selain serangkaian masalah yang tersebut di atas, ada lagi sisi masalah yang tidak banyak

Roman characters

diperhatikan. Dalam satu keluarga umumnya terdapat tiga generasi hidup bersama; kita pakai saja ukuran grandparents, parents dan anak anak. Parents dan anak anak bicara dalam bahasa Inggeris baik di luar maupun dalam keluarga, tapi grandparents hanya dapat berbicara dalam dialect Hokkien atau Kongfu. Ini pun sebenarnya no problem, karena sudah biasa dari kecil, seperti seorang nenek berbahasa Jawa dengan cucunya, terasa akrab dan intim. Payahnya, sejalan dengan Speak Mandarin Campaign, yang ditekan adalah Mandarin bukannya dialect, malah dialect dilecehkan. Maka grandparents juga terpaksa berkomunikasi dengan para cucu dalam bahasa Mandarin. Bagi orang luar mungkin mengira Chinese belajar bahasa Mandarin itu mudah. Ini pandangan yang keliru, apa lagi bagi generasi grandparents yang menggunakan dialect sepanjang hidupnya. Dengan adanya campaign tersebut, putuslah hubungan komunikasi antara nenek dan cucu melalui jembatan dialect yang indah dan kaya dengan warisan kebudayaan.

Berhadapan dengan rumitnya masalah pendidikan, demi kepentingan masa depan anak anak mereka, pada masa itu banyak keluarga professional; dokter, lawyer, engineer, accountant, guru sekolah merasa frustasi, mengambil keputusan meninggalkan Singapura pindah berdiam dan bekerja di luar negeri, umumnya Australia dan negeri Inggeris.(IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *