Anda Bertanya, Ahok Menjawab


Gaya Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (47) seperti menjadi duet yang pas dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Berbeda dengan Jokowi yang tegas tetapi tetap kalem, lelaki asal Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung, itu dikenal berbicara langsung, tegas, dan apa adanya. Tak segan dia mengajak rakyat dan sesama pemimpin taat hukum.

Ia berpendapat, Jakarta butuh orang ”gila” sebab masalah di ibu kota negara memang sangat ruwet. ”Sebenarnya yang saya lakukan tidak ada yang ’gila’ karena saya hanya menjalankan sumpah jabatan saya. Menjalankan apa yang sudah seharusnya saya jalankan sebagai pejabat atau pelayan publik,” ujar mantan Bupati Belitung Timur itu.

Mereka yang tidak suka dan merasa terancam atas cara kepemimpinannya yang keras, tegas menyebutnya sebagai pejabat yang arogan. Namun, di sisi lain, ia juga mendapat banyak dukungan dari warga yang ingin Basuki membersihkan borok-borok di dalam pemerintahan Provinsi DKI Jakarta agar birokrasi berjalan baik dan memberi layanan maksimal kepada warga.

Meski demikian, ia tetap bisa bersama anak-anak dan istrinya berlibur ke Kepulauan Seribu atau ke tempat rekreasi yang banyak terdapat di Ibu Kota dan sekitarnya, termasuk menonton di bioskop.

 

Kenapa banyaknya motor tidak dirisaukan, tapi mobil murah dirisaukan?

(AH Marhendra, xxxx@yahoo.com)

Pembatasan kendaraan bermotor hanya solusi jangka pendek. Kuncinya pada pembenahan transportasi publik. Jika transportasi publik cukup kapasitasnya, nyaman, dan aman, maka orang-orang akan beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik.

Pengalaman waktu kecil apa yang masih membekas di ingatan dan Anda rasa pengalaman tersebut membentuk karakter menjadi seorang etnis Tionghoa yang nasionalis?

(Ari Wahyu Nugroho, Cakung, Jakarta Timur)

Papa saya rela mati ditembak oknum polisi khusus PT Timah karena beliau membela karyawannya yang dipukuli.

Apa sih yang Bang Ahok cari sebagai wakil gubernur DKI Jakarta? Apa yang tidak Abang temui selama menjadi bupati Belitung Timur dan anggota DPR?

(Aria Dhanu P, Tangerang, Banten)

Panggung di DKI jauh lebih efektif untuk mempertontonkan kepada masyarakat bahwa di Indonesia masih mungkin untuk pejabat bisa bersih. Pejabat bersih bisa bekerja dan berbuat banyak untuk rakyat.

Apakah ada pengalaman pribadi yang sangat berkesan dan memotivasi sehingga Bapak menjadi sosok yang sangat mengagumkan seperti sekarang ini?

(Ulfah Nur Fajriah, Malang)

Sejak kecil saya diajak Papa saya untuk melihat betapa banyak orang yang miskin dan mengajarkan bagaimana bukan tidak mungkin kami membantu mereka semua. Jika Rp 1 miliar kami hibahkan untuk bantu orang, masing-masing 500.000 saja, maka hanya akan bisa bantu 2.000 keluarga. Di desa kami ada 9.000 keluarga. Dan itu hanya cukup untuk satu bulan.

Maka, sejak kecil saya diajarkan, kalau mau berjuang untuk rakyat, jadi pejabat yang bersih supaya bisa
gunakan uang negara untuk bantu rakyat.

Jika Pak Jokowi dicalonkan menjadi Presiden 2014 dan menang, apakah yang akan dilakukan Pak Basuki ke depan untuk Jakarta?

(Irene Darmadji, xxxx@sunlife.com)

Yang pasti, saya akan melanjutkan apa yang sudah menjadi impian Pak Jokowi, yaitu menjadikan Jakarta yang modern tetapi manusiawi.

Bapak mengatakan, di Jakarta sudah banyak orang pintar, yang kemudian dibutuhkan adalah orang gila. Apa hal yang paling gila yang pernah atau akan Bapak lakukan saat memimpin Jakarta?

(Tiara Pudyadhita, Delanggu, Klaten, Jawa Tengah)

Sebenarnya gila dalam tanda kutip. Jika pejabat menolak dan melawan segala bentuk KKN hari ini dianggap gila. Jika pejabat kerja untuk melayani rakyat juga dianggap sesuatu yang gila.

Mengapa? Karena yang seperti itu sulit ditemui dan karena jika melakukan hal-hal tersebut pasti akan berhadapan dengan oknum melarat, oknum konglomerat, dan oknum pejabat.

Tetapi sebenarnya yang saya lakukan tidak ada yang gila karena saya hanya menjalankan sumpah jabatan saya, menjalankan apa yang sudah seharusnya saya jalankan sebagai pejabat/pelayan publik.

Tantangan terbesar apa yang Bapak alami sebagai (maaf) warga minoritas dalam memimpin kota Jakarta yang multietnis ini?

(Dr Rahmat Saputra, KGP Jakarta Utara)

Tidak ada yang khusus sebagai pejabat, apa pun latar belakangnya, agamanya, rasnya, sukunya, mereka semua adalah orang Indonesia. Jadi, tantangannya sama, yaitu bagaimana menjaga dirinya tetap lurus dan setia menjalankan sumpah jabatannya.

Siapa dalam hidup Bapak yang paling bisa dipercaya, dan mengapa?

(Brigitta Kurnia Setiabudi, Tangerang Selatan)

Tuhan, karena saya menyandarkan pengharapan hidup saya hanya pada Dia.

Siapa tokoh pemimpin sepanjang masa yang patut menjadi role model Anda?

(Aditya Chohirian, Pamulang Barat, Tangerang Selatan)

Nabi Isa. Sederhana saja, dia menjadi contoh bagaimana hidup sebagai manusia. Kita hidup bukan untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain.

Bagaimana pendapat Bapak tentang masih ada segelintir orang yang merasa terintimidasi jika pemimpin mereka ”berbeda” (agama, suku, ras, jender), padahal sebenarnya memiliki kemampuan untuk membangun bangsa?

(Wenny Sriwahyuni, Jakarta Barat)

Saya kira wajar karena perubahan cara berpikir adalah sebuah proses panjang. Tapi ke depan, saya yakin perlahan tapi pasti masyarakat kita akan sadar bahwa kepemimpinan itu betul-betul didasarkan atas integritas dan kemampuan si pemimpin. Integritas dan kemampuan tidak ada hubungannya dengan SARA.

Adakah cita-cita Anda yang belum kesampaian?

(Adrian Hernando, Cirebon)

Keadilan sosial di Indonesia. Kuncinya ada pada pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional di mana semua warga negara Indonesia dijamin, mulai dari kesehatan sampai masa tuanya. Ketika itu bisa diimplementasi dengan baik, keadilan sosial bisa terwujud sehingga tidak lagi ada orang yang harus mengemis untuk bisa hidup.

Apa yang menjadi motivasi Anda dalam memimpin Jakarta?

(Samuel, xxxx@yahoo.co.id)

Motivasi Pak Jokowi dan saya adalah untuk menunjukkan bahwa pemimpin yang bersih, lurus, punya tekad bulat, dan keinginan tulus untuk kerja akan bisa bekerja dengan berhasil mencapai tujuan dan mempertahankan integritas. Dengan demikian ke depan ini akan jadi contoh buat orang-orang lain untuk berani muncul.

Saya perhatikan cara Bapak dalam kepemimpinan selalu membuat sesuatu hal yang berbeda dari yang biasanya. Bagaimana cara agar saya juga begitu, Pak, berpikir dengan cara yang berbeda tapi hasilnya itu luar biasa?

(Wawan GC Simbolon, Medan)

Mau mendengar dan belajar dari orang lain dan pengalaman. Yang lebih penting lagi, konsisten mempertahankan integritas, apa pun harganya.

Pak, sebenarnya pendidikan seperti apa dari keluarga yang telah membentuk Anda menjadi orang yang tegas, pemberani, dan taat aturan?

(M Amin Nurdi, Kabupaten Semarang)

Setiap hari di meja makan, Papa saya selalu mengingatkan saya untuk bantu orang tidak boleh pamrih, jangan pilih-pilih, dan jangan tunggu kalau sudah memiliki uang/kelebihan. Jika ada yang harus dibantu harus langsung bantu.

Bang Ahok, di tengah kesibukan mengurus kompleksitas Jakarta bersama Mas Jokowi, adakah cara khusus yang Bang Ahok punya untuk mengendurkan urat-urat saraf?

(Saam Fredy, Salatiga, Jawa Tengah)

Saya memelihara tanaman buah-buahan, memelihara ikan dan kura-kura. Kalau ada kesempatan ajak anak-anak nonton di bioskop.

Dengan gaya kepemimpinan Bapak yang tegas, berani, dan terkadang kontroversial, pernahkah Bapak dan keluarga mendapat teror atau ancaman dari pihak yang tidak suka? Bagaimana memberikan rasa aman pada keluarga?

(Vianelda LL Koelima, Tangerang, Banten)

Keluarga sejak awal sudah disiapkan untuk kemungkinan terburuk dan sudah terbiasa juga berhadapan dengan hal-hal yang tidak menyenangkan. Yang pasti, kita hadapi dengan keyakinan bahwa apa yang kami lakukan adalah sesuatu yang benar dan sesuai nurani. Sisanya kami serahkan kepada yang Mahakuasa.

Bapak Ahok terkenal dengan sikap tegasnya dalam bertindak dan keras dalam berbicara. Apa Bapak enggak takut dicap sebagai pemimpin arogan?

(Rialita, Tangerang)

Pemimpin harus mengedepankan aturan dan integritas. Berani bicara dan bertindak sesuai aturan yang ada. Jika jadi pemimpin masih mengutamakan apa yang orang lain pikirkan atau takut mengecewakan orang, maka akan sulit berhasil.

Jika saya dianggap arogan karena menegakkan aturan dan melawan yang tidak benar, ya tidak masalah. Apa orang lebih mau pemimpin yang sopan tapi korup atau pemimpin yang keras tetapi adil dan bersih? Silakan pilih.

Bila dalam pekerjaan Bapak berbenturan/dihadapkan dengan pejabat negara yang lebih tinggi, apakah langkah yang Bapak lakukan?

(Timbang Hutagaol, xxxx@yahoo.com)

Pertama, fungsi dan kewenangan sudah diatur. Jadi, kita harus jalan dalam aturan. Kedua, komunikasi. Banyak persoalan bisa diselesaikan dan kesalahpahaman bisa dihindari jika ada komunikasi yang intens dan saling menghargai. Harus hindari ego dan mengakui bahwa kita saling membutuhkan.

Ketiga, kita lakukan yang terbaik yang memang menjadi fungsi dan kewenangan kita. Keempat, jika diperlukan betul, harus berani suarakan apa yang benar dan persoalan yang sesungguhnya.

Bagaimana asal mulanya Bapak dipanggil Ahok?

(Amiratul Alaniyah, Bondowoso)

Dari kecil dipanggil teman-teman Ahok. Nama Mandarin saya Tjung Ban Hok. (TRI/NDY)

BASUKI TJAHAJA PURNAMA (AHOK)

♦ Lahir: Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966
♦ Jabatan: Wakil Gubernur DKI Jakarta (2012-2017)
♦ Pendidikan:
• SD Negeri III Gantung, Belitung Timur (1977)
• SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur (1981)
• SMAK III PSKD, Jakarta (1984)
• Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Trisakti (1989)
• Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, Jakarta (1994)
♦ Perjalanan Karier dan Politik:
• Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparency (CDT 3.1)
• Direktur PT Nurindra Ekapersada (1992-2005)
• Staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan PT Simaxindo Primadaya (1994-1995)
• Membangun cikal bakal Kawasan Industri Air Kelik (1994)
• DPRD Kabupaten Belitung Timur dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (2004-2005)
• Bupati Kabupaten Belitung Timur (2005-2006)• DPR dari Partai Golkar (2009-2012)
♦ Penghargaan:
• Penghargaan 10 Tokoh yang Mengubah Indonesia dari Majalah Tempo (2006)
• Bung Hatta Anti-Corruption Award (2006)
• Pin Emas dari Forum Demokrasi (Fordeka) (2006)
• Tokoh Antikorupsi 2006 dari Koalisi Kebersamaan Tiga Pilar Kemitraan (2007)
♦ Keluarga:
• Istri: Veronica
• Anak: – Nicholas – Nathania – Daud Albeenner
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

8 thoughts on “Anda Bertanya, Ahok Menjawab

  1. Saleh Alhasni
    March 21, 2014 at 8:02 pm

    Kebutuhan air di pelabuhan sangat amat tinggi baik Volume maupun Harga …. saya sangat berharap pam jaya bisa berperan besar di Pelabuhan Tanjung Priok….ingat Harga dan Volume cukup TINGGI ….

  2. james
    March 22, 2014 at 5:32 am

    tanya jawab yang enak dan baik untuk dibaca dan dipelajari kalau perlu ditiru, agar Pejabat Pemerintahan yang lainnya mau mengikuti demi Perubahan Jakarta dan Indonesia

Leave a Reply to james Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *