Amuk Massa di Sulteng Kapolres Dikalungi Celurit


Palu
Amuk massa di Pulau Tiaka, sebuah kawasan pengeboran minyak lepas
pantai hasil kerja sama (joint operating body) Pertamina-Medco E&P
Tomori di Teluk Tolo, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Senin
(22/8) nyaris merenggut nyawa Kapolres Morowali AKBP Suhirman. ”Dua
kali saya dikalungi celurit,” katanya.
Tindakan mereka (massa perusuh) betul-betul brutal. Mereka merusak,
meledakkan bom molotov, menyandera aparat dan mengancam dengan
benda-benda tajam. ”Anggota akhirnya terpaksa melepas tembakan
sehingga menyebabkan seorang tewas dan enam orang lainnya luka-luka
karena membela diri,” ujarnya.
Kerusuhan di pulau yang menghasilkan sedikitnya 3.500 barrel minyak
mentah setiap hari itu berawal pada Sabtu (20/8) pagi, ketika puluhan
warga datang ke pulau yang dihuni sekitar 60 karyawan JOB
Pertamina-Medco itu. Mereka menyampaikan beberapa tuntutan kepada
perusahaan untuk menghentikan operasinya sampai mereka memenuhi
tuntutan warga yang telah pernah dijanjikan.

Tuntutan itu antara lain
soal penyediaan sarana seperti listrik dan fasilitas umum lainnya.
Namun, kata Kapolres, aksi massa itu berakhir dengan perusakan
sebagian fasilitas perusahaan, namun berhasil dihalau petugas yang
berjumlah sekitar 70 orang dari kepolisian dan TNI, lalu warga kembali
ke desa mereka.
Namun, Senin (22/8) sekitar pukul 11.00 wita, kata Suhirman, datang
dua buah kapal membawa ratusan orang. Belum lagi kapal itu merapat di
pantai, massa di atas kapal sudah mengacung-acungkan senjata tajam
berupa parang, tombak, celurit, katapel dan bom molotov.
”Saya sambut mereka dan menanyakan kalian dari mana dan mereka
mengatakan dari Desa Kolo Bawah,” ujar Suhirman. Saat bersalaman itu,
beberapa di antara warga mengarahkan tombak kepadanya dan ada pula
yang menarik katapel dan membidiknya, namun tidak jadi dilakukan.
”Bahkan salah seorang mengalungkan celurit ke leher saya,” ujarnya.
Kapolres dan massa kemudian berjalan ke arah kantor perusahaan, namun
kemudian massa mulai anarkis dan merusak apa saja milik perusahaan
yang masih berdiri, baik kantor maupun fasilitas lainnya, bahkan ada
yang melempari sumur minyak menggunakan bom molotov.
Setelah puas melakukan perusakan, massa kembali naik ke kapal dan
meninggalkan Pulau Tiaka sekitar pukul 15.00 wita. Namun belum jauh
dari pulau itu, kapal mereka kehabisan bahan bakar. Mereka kemudian
mengirim pesan singkat ke perusahaan agar mengirim bahan bakar dengan
janji mereka akan melepas sandera.

Karena pihak perusahaan takut untuk
menemui mereka, maka disepakati pihak kepolisian yang membawa bahan
bakar itu ke kapal yang ditumpangi perusuh. Saat di tengah laut, massa
melepaskan sandera mereka namun juga menyerang petugas yang membawa
bahan bakar. ”Terjadilah saling serang di tengah laut antara massa
itu dengan aparat kami yang terbatas. Massa melempari petugas dengan
tombak dan parang, bahkan bom molotov, sehingga anggota terpaksa
melakukan perlawanan untuk mempertahankan diri dengan melepaskan
tembakan,” ujarnya.
Salah satu di antara massa itu tewas tertembak dan enam lainnya
luka-luka. Namun, Suhirman belum mengetahui persis data diri para
korban tersebut.

Belum Ditepati

Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol. Dewa Parsana menyatakan kerusuhan
di Pulau Tiaka dipicu oleh tuntutan warga Desa Kolo Bawah, Kecamatan
Mamosalato yang telah beberapa kali dijanjikan namun belum
direalisasikan oleh investor minyak JOB Pertamina-Medco E&P Tomori.
”Informasinya dulu perusahaan menjanjikan kepada warga soal
penyediaan listrik dan fasilitas umum lainnya, tetapi sampai sekarang
belum terealisasikan,” kata Kapolda Dewa Parsana, Senin malam

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *