Budidaya udang di Babel prospektif, jalur ekspor impor melalui pelabuhan
dilaporkan: Setiawan Liu
Budidaya udang di Babel prospektif, jalur ekspor impor melalui pelabuhan
dilaporkan: Setiawan Liu
Bangka, Peluang usaha budidaya udang di pulau Bangka, provinsi Bangka Belitung (Babel) diyakini prospektif dengan beberapa pertimbangan, terutama lahan yang relative murah, salinitas kadar air, biaya pengiriman dan kondisi geografis dengan jalur perdagangan triangular trade position Jakarta, Singapura, Malaysia. Sehingga kalau usaha dan investasi tambak udang skala besar dibarengi dengan pabrik pengolahan untuk ekspor, benefit nya menjadi ganda. “Pendirian pabrik udang tentu dibarengi dengan kepemilikan tambak udang terlebih dahulu,” penggiat agribisnis di Bangka, Wira Chrisma Talia mengatakan kepada Redaksi.
Kegiatan budidaya udang vaname simultan dengan upaya pemprov Babel buka jalur ekspor impor melalui Pelabuhan Tanjung Gudang yang posisinya di ujung utara pulau Bangka. Kegiatan distribusi hasil panen hanya memakan waktu sekitar 3 jam dari pusat kota pangkal pinang Bangka. Namun di Babel sendiri, sementara ini belum ada pabrik pengolahan udang vaname. Hal ini menjadi salah satu peluang bisnis investor jika mampu membuat pabrik pengolahan udang berkualitas ekspor. Tambak udang yang existing tersebar di beberapa titik di Bangka dan Belitung. Sebagian milik pribadi dan perusahaan swasta, serta tambak tradisional milik warga perorangan. Ada juga kelompok binaan dinas kelautan pemprov Babel yang mengolah tambak. “Hasil panen bisa diserap untuk supply ke pabrik pengolahan udang. Pengiriman barang (udang), secara teknis lapangan juga sudah ada hitung-hitungannya. Kalau mau ekspor ke Jakarta, seperti yang sudah dilakukan PT Wirantono (di Bangka), udang tetap fresh dengan system pembekuan. Jumlah es, proses pengemasan pasti menjamin kualitas udang walaupun lama pengiriman sekitar 24 – 26 jam (Bangka – Jakarta),” kata Wira Chrisma Talia melalui sambungan telpon
Dengan hitung-hitungan yang sudah dibuat, Bangka feasible untuk usaha budidaya udang. Sebagai perbandingan dengan Lampung yang juga dianggap lebih feasible, keekonomian juga sama. Proses pengiriman Pelabuhan Bakauheni (Lampung) – Pelabuhan Merak (Jakarta) memakan waktu tujuh jam. Perbandingannya, pengiriman Pelabuhan Pangkal Balam (Pangkalpinang, Pulau Bangka) – Jakarta, memakan waktu 24 – 26 jam, (tapi) hitungan sudah termasuk (kegiatan) pengemasan di kapal. Keseluruhan lamanya proses pengiriman, mulai dari pengepakan di dalam kapal, packing di kapal, posisi fiber udang sudah di dalam truk, tetap feasible. “Sehingga truk yang masuk ke dalam kapal, siklusnya truk berangkat dari Bangka – Jakarta membawa udang. Truk masuk kapal pulang dari Jakarta ke Bangka membawa pakan, obat-obatan dan peralatan tambak. Bahkan proses sampai tiga hari, (kondisi udang) masih bagus dan fresh,” kata Wira Chrisma Talia. (sl/IM)