Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Mohamad Sabrar Fadhilah belum mau berkomentar terkait informasi yang menyebut jika Helikopter jenis Bell 205 A1 yang jatuh di Sleman sedang melakukan pengamanan kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Yogyakarta.
“Saya kira, saya belum bisa bicara terlalu jauh. Sebaiknya saya tidak bicara dulu biar tidak bias dan tidak salah,” kata Fadhilah di Media Center Dipenad, Jakarta, Jumat (8/8).
Dia menjelaskan helikopter buatan negeri Paman Sam itu biasanya digunakan untuk banyak hal. Termasuk, memonitor keamanan lewat jalur udara.
“Waktu Helikopter atau pesawat yang diberikan BKO (bawah kendali operasi), memang dibutuhkan, pertama terkait dengan banyak hal yang bisa digunakan,” ujar dia.
Disinggung total kerugian dari insiden maut itu, Fadhilah belum bisa memastikannya. Apa lagi, kata dia, ada hal-hal yang tidak biaa dihitung secara materiil semisal nyawa korban.
“Tapi ada hal-hal yang juga tidak bisa diukur secara material tentu saja. Apalagi soal jiwa,” ungkapnya.
Fadhilah meminta semua pihak bersabar dan menunggu hasil investigasi. Dia berjanji, Mabes TNI akan secepatnya mengusut tuntas dan memaparkan penyebab jatuhnya Helikopter.
“Tentu ada tim gabungan, yang jelas dari penerbad akan ada, kemudian kaitannya dengan penerbangan itu (KNKT), mabes TNI akan masuk dalam tim, termasuk saksi-saksi,” tegasnya
Kronologi jatuhnya helikopter TNI AD di Sleman
Sebuah Helikopter milik TNI Angkatan Darat jenis Bell 205 A1 jatuh di Dusun Kowang, RT01/RW01, Desa Taman Martani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Helikopter itu jatuh menimpa dua rumah warga.
Kadispenad Brigjen TNI Mohamad Sabrar Fadhilah mengatakan, pihaknya turut berduka dan merasa prihatin atas jatuhnya helikopter tersebut.
“Kami mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa dan luka berat dalam insiden jatuhnya helikopter TNI-AD type Bell 205 A1,” kata Fadhilah di Media Center Dispenad, Jakarta, Jumat (8/8).
Fadhilah mengungkapkan, pihaknya kehilangan kontak dengan helikopter itu sekitar pukul 15.14 WIB, setelah sebelumnya sempat melakukan start engine sekitar Pukul 15.00 WIB dan take off sekitar Pukul 15.06 WIB.
Sempat beberapa kali melakukan kontak, sekitar pukul 15.14 WIB, pihaknya mulai kehilangan kontak helikopter tersebut. Tepat pada Pukul 15.16 WIB, helikopter dinyatakan hilang di atas Dusun Kowang.
“Sekitar pukul 15.16 WIB, heli dinyatakan hilang di atas Dusun Kowang dan jatuh menimpa rumah masyarakat atas nama Bapak Heru,” jelas Fadhilah.
Fadhilah menuturkan, akibat jatuhnya helikopter tersebut, 3 orang meninggal dunia dan 3 lainnya luka berat. Korban yang meninggal, dua di antaranya merupakan personel TNI AD, yakni Letda Cpn Angga Juang dan Serda Yogi Riski Sirait. Sedangkan satu lainnya wanita bernama Fransiska Agustin.
“Tiga orang luka berat, Kapten Cpn Titus Sinaga, Serka Rohmat dan Kopda Sukoco,” tutup dia.( Mdk / IM )
yah gak mau komentar karena measa Malu besar bagi TNI AD, Helikopter untuk Tugas Negara dipakai untuk Warga Sipil (kormersil atau unsur esek2 ?), Heli berusia 40 tahunan, besi tua, overload dan overdue maintenance, yah disitulah letak kesalahannya yang seharusnya dapat dihindari