Depok, 
PERINGATAN Hari Sumpah Pemuda di Kota Depok diwarnai aksi tawuran sejumlah pelajar SMA dan SMK. Bahkan pada aksi Jumat (28/10) sekitar pukul 12.00 ini para pelajar tersebut mengeroyok tiga wartawan televisi yang meliput aksi tawuran. Sikap para pelajar itu pun menuai kecaman.
Tawuran pelajar di Hari Sumpa Pemuda itu terjadi antara pelajar STM Budi Utomo yang bergabung dengan pelajar SMA Yapemri dengan pelajar SMA Ganesha di Jalan Kejayaan, Sukmajaya, Depok. Tawuran pelajar itu menarik perhatian sejumlah wartawan yang segera turun ke lapangan untuk mengabadikannya.
Namun wartawan SCTV,  yakni Nahyudi, wartawanTrans7 Fahmi, dan wartawan JakTV, Damar Pamungkas dihalangi pelajar SMK Budi Utomo dan SMA Yapemri. Bahkan salah satu pelajar tersebut berusaha merampas kamera Damar. Damar pun berusaha melawan. Namun pelajar tersebut dan lainnya membalas dengan melempari batu para wartawan. Kontan ketiga wartawan itu pun kabur.
Puluhan pelajar yang membawa gir dan clurit itu mengejar ketiga wartawan televisi itu. Beruntung warga setempat mampu menghalau para pelajar, sehingga ketiga wartawan itu selamat dari amukan para pelajar yang sudah brutal tersebut.
“Saat itu kami lagi rolling gambar, Damar dan Ami di depan, saya di belakang mereka, tiba-tiba pelajar itu melarang kami liputan. Terus mereka melempari kami, hidung saya kena timpuk. Kami pun kabur,” kata Nahyudi.
Menurut Nahyudi, saat itu polisi dari Sukmajaya, Depok tengah berusaha membubarkan tawuran dan berhasil menangkap seorang pelajar yang membawa gir sepeda.
Dikatakan Nahyudi, tawuran pelajar itu terjadi bermula para pelajar STM Budi Utomo dan Yapemri sedang nongkrong di sekolah mereka. Pelajar STM Ganesha yang melintas kemudian meledek pelajar dari dua sekolah itu. Para pelajar itu marah dan akhirnya tawuran pun tak terhindarkan.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dinas Pendidikan Kota Depok, Siti Chaeriyah akan menindaklanjuti kasus tawuran pelajar dan penyerangan terhadap wartawan. Jika terbukti maka masing-masing kepala sekolah akan dikenakan sanksi, begitupun para pelajarnya.
“Kami akan menindaklanjutinya apakah benar pelajar dari ketiga sekolah itu yang melakukan tawuran dan penyerangan terhadap wartawan. Jika terbukti akan kami berikan sanksi,” tandasnya.
Demo Sumpah Pemuda Sudah Keluar dari Konteksnya
‎​Aksi demonstrasi kemarin yang dilakukan para aktivis mahasiswa dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda sudah keluar dari konteksnya. Bahkan aksi ini dinilai sarat dengan muatan politik.
Pernyataan ini dikemukakan oleh mantan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Janabadra, Yogjakarta ‎​Pangihutan B Haloho, SH dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, baru-baru ini.
“Spiritnya sangat tidak mengena. Bila ditilik dari sejarah sumpah pemuda pada tahun 1928 dimana waktu itu lahir semangat untuk bersatu di kalangan pemuda Indonesia adalah sebuah keharusan sejarah,” kata Pangihutan.
Menurutnya, semangat sumpah Pemuda tahun 1928 adalah bentuk manifestasi pembentukan identitas pemuda Indonesia pada masa kolonial yang menelorkan ide-ide kemerdekaan, dan persamaan hak. Proses estafet gerakan dan pemikiran pemuda inilah yang membawa Indonesia ke gerbang pintu kemerdekaan.
“Dimana, Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan tanda baru sekaligus penanda dalam sejarah republik Indonesia bahwa kita sebagai bangsa sama dengan bangsa-bangsa belahan dunia lainya,” ujar dia lagi.
Hari ini jika dilihat spirit pemuda dalam merefleksikan dan memperingati hari sumpah pemuda dengan sejarah kelahiranya sangatlah berbeda. Aksi memperingati sumpah pemuda kali ini, sarat dengan muatan politik dan juga intrik.
“Pemuda seolah-olah kehilangan tema bahkan cendrung mengalami disorientasi. Pemuda hari ini harus mampu menjaga momentum strateginya dalam konteks strategis perjalanan bangsa, harus punya nilai dan cara baru dalam menjawab tantangan zaman yang berkembang dinamis,” demikian Pangihutan menjelaskan.
Related Posts
