Tanah Pengasingan Bagian ke-14


Sungai Ciang yang mengaliri pinggiran kota Guilin, cukup besar, tetapi tidak termasuk besar di lingkungan Tiongkok. Ada dua batang sungai besar Tiongkok yang bisa disejajarkan dengan sungai-sungai besar di dunia,  seperti dengan Sungai Nil, di Mesir dan Mississippi di AS dan Irawadi di India, yalah Sungai Kuning dan Sungai Yangtze. Panjang Sungai Kuning hampir
6000 km, sedangkan Sungai Yang Tze hampir 5000 km. Sungai Nil di Mesir hampir 7000 km. Sungai Ciang sepanjang hampir 1000 km, hampir sepanjang Pulau Jawa. Tanah Tiongkok cukup besar. Ketika aku masih menjadi penyiar Radio Beijing per- nah aku menyiarkan sebuah berita yang sifatnya pengenalan tanah Tiongkok.

Serombongan domba yang sangat baik, gemuk, penuh bulu bahan-wol, akan dibawa ke Kanton dari Urumqi, ibukota provinsi Xianjiang, daerah yang agamanya kebanyakan Islam. Domba ini akan diangkut dengan gerbong keretapi dengan pengawalan dan pemeliharaan para penggembala yang sudah terlatih. Sudah tentu pada tempat-tempat tertentu, kereta akan berhenti beberapa waktu buat keperluan perjalanan yang jauh. Dari Urumqi ke Kanton selama satu minggu! Tentu saja keretanya bukan kereta penumpang, jadi tidak sangat cepat. Tetapi bagaimanapun, kereta itu setiap hari jalan, tidak menginap di suatu tempat. Sesampainya di Kanton, rata-rata setiap domba timbangannya berkurang antara 10 sampai 15 kg! Ini sekedar gambaran bahwa Tiongkok itu begitu luasnya. Kalau kereta biasa buat penumpang, perjalanan itu memerlukan dua sampai tiga hari tiga malam!

Dari kota Guilin sekiranya perjalanan sungai ini akan menyusuri ke muara,  memerlukan ratusan kilometer lagi. Kami dalam perjalanan ini menyusur ke hilir, mudik. Dalam kapal-motor kami berpenumpang kira-kira 60 orang, semua pada pokoknya para turis dari Hongkong, Taiwan, Vietnam, dan kami, tak ada orang bulenya, kebetulan. Anak-buah kapal hanya tiga orang, jurumudi,  jurumasak, dan seorang lagi yang mondar-mandir membantu juru-juru lainnya
itu. Kami akan menjalani sungai ini hanya sepanjang 80 km saja, dengan mampir di kota-kota kecil, yang di peta tak tertulis sebab saking kecilnya. Perjalanan diren-canakan selama 8 sampai 9 jam. Bayarannya kami bertiga,  300 yuan, lengkap dengan makanan-kecil dan makan siang. Kami berlayar mulai jam 09.00. Hari sangat bagus, sinar mentari bulan Mei cukup hangat tetapi tidak sampai panas dan kepanasan. Kami penumpang kapal karena semuanya para turis, dan kebetulan saling bisa berbahasa Tionghoa, Inggeris, maka saling berkelakar tanya-menanya dan penuh dengan riang-gembira. Ketika hari sudah menjelang jam 11.00 belum ada tanda-tanda orang-kapal akan menyiapkan makanan siang. Kami saling bertanya, pada jam berapa kita ini akan makannya. Tetapi menurut jadwal yang kami terima sebelum naik kapal, jadwal makan antara jam 12.00 sampai jam 13.00.

Dan menghela nafaslah kami setelah kapal berhenti di sebuah pelabuhan kecil di suatu kota kecil. Orang kapal tampaknya membeli atau mengambil  perbekalan, berjenis ikan, berjenis sayuran dan daging ayam yang tampaknya baru disiangi, lalu berjenis buah-buahan. Barangkali semua
itu untuk kami, pikir kami para penumpang ini. Tetapi ketika itu hampir jam 11, 30, – nah kapan akan mulai masaknya?! Tampaknya orang kapal ini benar-benar sudah profesional. Mereka berdua segera mulai masak, sedangkan jurumudi tetap di posnya. Dan kami menyaksikan persis, antara mereka bertiga semuanya serba bisa, menjalankan kemudi, masak-memasak dan
sekaligus menjadi pelayan resto-kapal buat para turis! Dan ini yang mau kuceritakan itu. Betapa mereka menguasai pekerjaan dan menguasai keadaan,  dan sangat cepat. Baru saja jam 11, 30 membeli ikan, daging dan buah-buahan,  satu jam kemudian ada empat macam masakan sudah tersedia di meja masing-masing kami, yang satu mejanya buat 6 orang, persis sepuluh meja. Dan kami makan dengan lahapnya, enak, sedap dan sangat asik.

Di Tiongkok, apalagi Tiongkok Selatan seperti Guilin ini, di mana masakan tradisional masih kental, tidak dikenal kulkas dan pendingin! Karena semua makanan harus segar, harus baru, bukan dari tumpukan es! Nah, dari sinilah cara kerja mereka yang sudah sangat terdidik, menguasai persoalan dan keadaan keseluruhan. Lama sekali aku tercenung, mereka hanya bertiga, tetapi sudah meladeni kami sebanyak 60 orang, persis jadwal seperti yang dibagikan kepada kami sebelum naik kapal. Tak secuilpun antara kami yang yakin tadinya bahwa kami akan makan-siang persis jadwal yang tertulis. Bagaimana mungkin mereka hanya bertiga, merangkap anak-buah kapal, tapi juga merangkap sebagai tukang-masak,  dan pelayan resto-kapal sekaligus. Tapi inilah Tiongkok!

Dan kami sangat puas naik kapal sambil menyisir dan menyusur hilir, yang cukup sempit melewati bebatuan yang menonjol menyembul ke atas, bagaikan sengaja menghadang perjalanan kami. Tetapi jurumudi kapal sangat terampil,  berbelok, menghindar, memutar dan mengitar. Sedangkan para nelayan dengan perahunya yang kecil-mungil dengan sisinya penuh burung sejenis jenjang dan bangau, saling bersahabat. Mereka sangat tenang, sangat senang
tampaknya. Dan nyanyian nelayan yang sangat bebas dan sangat wajar dan merdu, berpuisikan nyanyian alam : Sungai Ciang mengalir ramah menghidupi kami berabad-abad sudah
perahu dan air burung dan ikan kami para nelayan saling memelihara alam dan manusia
haruslah saling memperhatikan.

OO ooi bagusnya gunung dipancar mentari

kencana alam lukisan dari tangan Tuhan

penaka gambaran orang yang sedang asik bercintaan.

Dalam bahasa Tionghoanya sebenarnya puisi yang dinyanyikan para nelayan itu sangat bagusnya. Tetapi bila diterjemahkan akan terasa hilang keasliannya,  dan kita hanya menangkap makna isinya, bukan lagi nafas-jiwa puisinya.Sekiranya tak ada kejadian yang tidak sedap dan menyakitkan itu, betapa indahnya Guilin dan sungai Ciang yang bagaikan permata-cantik-molek

di Tiongkok Selatan. Tapi tetap harus dicatat, Guilin tetap indah, bagus dan mengasikkan, hanyalah para pengelola urusan pariwisatanya yang cukup brengsek dan merugikan daya-jual wisatanya. Tadinya ada maksud kami buat mengirim surat kepada Sekda atau Pemda daerah provinsi Kwangxi, mengabarkan perkara yang kami alami selama menginap di Guilin, agar nantinya bagian pariwisatanya bisa memperbaiki kerjanya. Tetapi setelah dipikir-pikir, sudahlah jangan menambah urusan yang memang sudah cukup banyak ini. Baik sekiranya ditanggapi secara sungguh-sungguh dan mau memperbaiki diri, tetapi kalau dianggap kami ini mau turut campur-tangan urusan dalam negeri Tiongkok, lalu tambah runyamlah urusan! Dan kami niscaya akan dipertimbangkan baik-baik dan setelitinya apabila minta visa buat ke Tiongkok lagi, siapa tahu! Paris 12 April 1999 (bersambung)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *