Soal Ulat Telanjur Disemprot, Warga Menyesal


Ulat bulu yang menyerang jambu mete, mangga, kedondong, dan tanaman lain di Karangasem ternyata merupakan ulat sutra emas yang masih liar jenis Cricula sp. Hal itu berdasarkan hasil pengamatan ahli tekstil asal Denpasar IGN Arsawan, Sabtu (16/4) kemarin di wilayah serangan ulat bulu, Banjar Biok desa Tumbu, Karangasem.

Ikut meninjau serangan ulat, Kadis Pertanian Tanaman Pangan Bali, Ir. I Made Putra Suryawan, dan sejumlah staf termasuk Kabid Perlindungan Tanaman Pangan Ketut Polih, SP. serta Kasi Pengendalian Hama Distan Karangasem.

Arsawan mengatakan sebaiknya ulat bulu itu tak dibasmi, tetapi dibiarkan. Soalnya, ulat berbulu kepala, pantat dan kaki merah itu tak membahayakan. Ulat bulu abu-abu itu tak menyebabkan gatal kalau mengenai kulit.

Bahkan, tanaman yang daunnya habis dimakan ulat tak bakal mati. Hanya daunnya dimakan ulat, setelah daunnya habis, ulat menjadi kepompong dan kemudian dari kepompong keluar kupu-kupu yang di Bali disebut kupu-kupu barong berwarna indah. ”Pada musim berbuah, pohon mete atau kedondong kembali berbunga bahkan buahnya bisa lebih lebat,” kata Arsawan.

Hal itu dibenarkan seorang warga Tumbu Ni Wayan Ririg. Dia mengatakan sengaja membiarkan ulat bulu yang menyerang pohon kedondong besar yang sedang berbuah lebat. Soalnya, kata Ririg dia merasa kehadiran ulat yang memang pada serangan kali ini begitu banyak bakal mendatangkan rezeki baginya. Ririg mengatakan, serangan ulat itu sudah biasa, namun memang tahun ini dirasakan jumlah ulat lebih banyak.

Kadistanpan Putra Suryawan mengatakan, di Yogyakarta, ada pengusaha sutra sengaja mengembangkan ulat jenis itu seluas puluhan hektar. Kepompong ulat sutra emas bisa dipintal menjadi benang sutra emas, karena warnanya keemasan dengan harga yang mahal. Kepompong ulat itu juga bisa dibuat hiasan penjepit rambut yang harganya cukup mahal.

Sejumlah warga di Tumbu, kemarin setelah mendapatkan informasi seperti itu merasa rugi dan kasihan karena ulat itu malah sudah dibasmi dengan penyemprotan. Bahkan ada yang sudah dibakar sampai ludes sekaligus dengan pohon metenya. ”Kami tak tahu, ternyata kehadiran ulat itu bisa jadi berkah, bukannya musibah,” ujar warga yang menyesal telah bertindak gegabah membakar ulat itu

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *