Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memilih dalam posisi netral menanggapi berbagai perkembangan politik di Tanah Air jelang Pemilihan Presiden Juli mendatang. Sebab dua ‘bos’ nya kini menjadi musuh bebuyutan yang akan berlaga di Pilpres Juli mendatang.
Bos pertama adalah capres Gerindra, Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa. Seperti diketahui, Ahok merupakan kader Gerindra yang baru bergabung sejak 2012 lalu tepatnya saat diusung menjadi wakil gubernur di Pilgub DKI periode 2012-2017.
Sedangkan bos satunya adalah capres Joko Widodo yang berpasangan Jusuf Kalla. Ahok menjadi wakil Gubernur Jokowi, sapaan Joko Widodo, di pemerintahan provisi DKI. Pada Pilgub DKI 2012 lalu, pasangan Jokowi-Ahok menang melalui dua kali pemungutan suara.
Sebagai bawahan dua calon presiden itu, Ahok memilih tak menunjukkan keberpihakannya. Dalam berbagai kesempatan, dia selalu menunjukkan sikap tak mendukung siapa pun yang jadi presiden, yang penting membuat Indonesia lebih baik.
Berikut bentuk sikap netral Ahok menanggapi persaingan Jokowi vs Prabowo di Pilpres:
“Aku kan enggak ada di tim sukses,” kata Ahok di Balai Kota, kemarin.
Khusus DKI, tim pemenangan akan dipimpin oleh Ketua DPD Gerindra Jakarta M Taufik.
“Iya jadi pejabat daerah jadi tim sukses, kecuali DKI yang ketua timnya hanya Taufik karena saya sudah wakafkan,” jelas Ahok.
“Citranya (Prabowo) udah baik apa yang mau diurus? Kalian itu salah tahu nggak. Kalau kita bicara strategi politik, Pak Prabowo udah nggak perlu dibela, kenapa? Karena beliau sudah dicaci maki diserang dari 5-10 tahun lalu.
Meski kader Gerindra, dan akan tinggal Jokowi, Ahok tak melarang langkah mantan wali kota Solo itu. Meskipun, dia mengaku kaget dengan pencapresan Jokowi.
“Sebagai wakil beliau, harus tetap dukung, apapun keputusannya, apapun partainya. Saya kira siapapun yang ingin memperbaiki negara ini, apalagi dengan rekam jejak teruji bisa jadi presiden yang baik, saya wajib mendukungnya,” kata Ahok.
Ahok mengaku juga enggan ditarik menjadi cawapres oleh Jokowi jika maju dalam Pilpres 2014 mendatang. Ahok tak ingin meninggalkan Jakarta.
“Kita berandai-andai, apa jadinya Jakarta kalau ditinggal dua orang. Kalau ditinggal salah satu gak apa-apa,” terang Ahok.
“Rekam jejak yah, yang diberikan hari ini kan bukan, yang penting pintar ngomong atau janji macam-macam, kita butuh rekam jejak itu yang dijual kan kepada masyarakat,” ujar Ahok.
Ahok menambahkan, masyarakat sekarang sudah cerdas dalam memilih siapa yang nanti menjadi pemimpinnya. Menurutnya, masyarakat sudah jenuh dengan pemimpin yang tak mengedepankan kepentingan masyarakat.
“Kan masyarakat menonton dari pagi sampai malam itu pemimpin. Jadi stigma masyarakat tentang pemimpin enggak bekerja keras lagi sudah gugur gitu loh,” ucap Ahok.
“Saya kira berdua ini, kalau memperbaiki negara ini kita dukung maksud rakyat Indonesia memilih siapa. Rakyat Indonesia ini tidak bodoh,” jelas Ahok.
“Selanjutnya tinggal nunggu nasib, pak Jokowi atau pak Prabowo yang jadi presiden. Pilihannya itu luber dong? Kan kotak suara, (tagline pemilu) langsung, umum, bebas dan rahasia,” ujarnya.
betul Ahok netral saja lah dari pada nanti salah……maju kena mundur kena kan ruwet rumit tuh …
Tindakan2 dan perbuatan2 berbunyi lebih nyaring daripada manusia2 keji tetapi berkedok. Dirgahayu
pak Jokowi benar2 pahlawan sejati pembela rakyat Indonesia tanpa pamer bintang2 di bahunya and uang2 haram bermilyar2. Pak Jokowi hanya
pamer kan keadilan, konsekwen dengan prinsip Pancasila, Bhineka Tunggal Ika sejak berdirinya
Republik Indonesia angkatan 45. MERDEKA dengan kepribadian Indonesia tanpa Arabisasi!
Semua fitnahan2 selalu mengobor sentimen2 yang telah membuat negara kita terluka batin dimana para pemimpin 2 bobrok menggunakan agama , sukuisme, rasisme. Semua manusia tidak ada yang asli semuanya umat manusia adalah ciptaan Allah baik putih, kuning maupun hijau sudah bercampur baur. Jangan memakai dalih tidak rasionil tetapii pilihlah pemimpin2 yang terbukti canggih, efficient, success menerobos segala koruptor2 penghalang, antek2 kekejaman yang sudah chronis, keenakan menggunakan kuasa. Keteguhan, focus, prinsip, toleransi, perikemanusiaan Pak Jokowi telah membuktikan ke tulusan beliau untuk masyarakat Indonesia. Didalam kesederhanaannya beliau bercahaya memecahkan berbagai rintangan. Rakyat Indonesia tidak bodoh lagi. Kami melihat semua bukti karya dan perjuangan mu.