Sederet Alasan NATO Tak Bisa Bantu Ukraina Hadapi Invasi Rusia


Pakta Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO/The North Atlantic Treaty Organization) tak bersikap banyak dalam membantu Ukraina menghadapi invasi yang dilakukan oleh Rusia sejak tiga hari lalu.
Padahal, keputusan penyerangan itu memanas usai Ukraina bersikap dan menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan NATO.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan mengungkapkan kekecewaannya dan merasa negaranya diabaikan oleh Amerika Serikat dan NATO selama invasi yang kian meluas berlangsung.

“Kami dibiarkan sendiri untuk mempertahankan negara kami,” kata Zelensky dalam pidato yang direkam video, dikutip dari AFP, Jumat (15/2).

Tidak terlibatnya NATO dalam konflik tersebut bukan tanpa alasan. Sejauh ini, NATO hanya mengerahkan NATO Response Force (NRF) ke wilayah negara anggota mereka untuk menjaga kedamaian dan mencegah serangan meluas.

I Newspaper, media berbasis di Inggris, memberitakan bahwa eskalasi dan ketegangan dapat meningkat apabila NATO terseret dalam konflik tersebut.

Oleh sebab itu, hampir seluruh kekuatan pada blok Barat melakukan segala cara agar NATO tak terlibat. Pasalnya, hal tersebut dinilai dapat memicu perang dunia baru.

“Pasukan Inggris tidak akan dikirim untuk berperang melawan Rusia,” kata Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace sebagaimana dikutip dari I Newspaper, Sabtu (26/2).

Belakangan, sejumlah negara anggota NATO, seperti Polandia dan Prancis, dikabarkan mulai membantu dengan mengirimkan persenjataan ke Ukraina. Setidaknya 27 negara lainnya juga dilaporkan siap mengambil langkah serupa.

Peneliti institut Penelitian Perdamaian dan Kebijakan Keamanan Universitas Hamburg, Ulrich Kuhn, sempat mengatakan bahwa mempersenjatai pasukan Ukraina juga bisa jadi skenario lain yang bisa memicu eskalasi secara tak sengaja terjadi.

“Dapat menyebabkan pertempuran kecil antara personel Rusia dan NATO,” ucap dia.

Lebih jauh, anggota senior Institute Hudson Bryan Clark mengungkapkan bahwa situasi Perang Dunia III tak dapat terhindarkan apabila NATO kolektif melakukan intervensi secara langsung dalam konflik tersebut.

Dia yang merupakan mantan Direktur Naval Operations Strategic Studies Group menilai bahwa konflik antara Ukraina dan Rusia dapat menjadi awal konfrontasi global yang memicu konflik di wilayah lain.

“Rusia dapat mengelola operasinya di Ukraina untuk menjaga agar konflik tidak meningkat di luar kendali,” ucap dia sebagaimana dikutip dari VOA, Sabtu (26/2).

“AS, NATO dan Uni Eropa telah berdamai untuk tidak melakukan intervensi militer,” tambah dia.

Selain itu, Ukraina bukan anggota NATO sehingga blok itu tak punya dasar untuk menggerakkan pasukan.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menjelaskan bahwa negara-negara yang tergabung dalam NATO memerlukan legitimasi tertentu untuk berhadapan dengan Rusia.

Hal tersebut berbeda apabila Ukraina merupakan bagian dari NATO. Maka, serangan tersebut dapat dimaknai dilakukan terhadap seluruh anggota NATO.

“Jadi kalau bukan karena pertahanan kolektif atau dimandatkan oleh DK PBB maka tidak ada basis bagi negara Eropa Barat dan AS membantu Ukraina untuk melawan Rusia,” ucap Hikmahanto saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Menurutnya, Rusia juga memiliki ancaman serius apabila NATO mengintervensi serangan tersebut tanpa basis yang kuat. Rusia, kata dia, telah siap dengan senjata nuklirnya sehingga membuat NATO tak dapat berbuat banyak.

“Ujung dari serangan Rusia dugaan saya adalah menangkap dan menurunkan Volodymyr. Lalu menggantikannya dengan Presiden yang pro-Rusia,” tambah dia.

Terpisah, Pengamat Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan (UPH) Aleksius Jemadu sependapat bahwa terdapat banyak risiko apabila NATO terlibat dalam konflik itu.

Presiden Rusia, Vladimir Putin dinilai memiliki tujuan untuk mengamankan Ukraina agar tak bergabung dengan NATO dibalik invasi yang dilakukan.

“(NATO) Mereka tidak melihat adanya urgensi untuk konfrontasi secara langsung dengan Rusia,” jelas dia.

Kelompok tersebut menggunakan sanksi ekonomi sebagai alat yang dianggap paling tepat dan proporsional dalam menghadapi invasi tersebut. Selain itu, risiko yang timbul juga terkendali.

Pasalnya, kata dia, Putin tak memiliki ambisi untuk melakukan ekspansi ke Eropa Barat. Sehingga cara pemberian sanksi ekonomi merupakan salah satu hal yang dapat diupayakan oleh NATO saat ini.

“Kalau ada konfrontasi langsung dengan NATO itu berbahaya karena akan muncul dua variabel baru yaitu ketidakterpisahan AS dengan NATO dan peluang penggunaan nuklir oleh kedua pihak jika ada provokasi yang tak terkendali,” jelasnya.

Salah satu cara meredam konflik itu ialah membiarkan dunia internasional melakukan tekanan kolektif agar gencatan senjata dilakukan. Kemudian, Ukraina dan Rusia dapat melakukan negosiasi melalui jalur diplomasi. ( CNN / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

2 thoughts on “Sederet Alasan NATO Tak Bisa Bantu Ukraina Hadapi Invasi Rusia

  1. Perselingkuhan+Inelek
    February 28, 2022 at 12:35 am

    barin perang dunia ke~3 pakai nuklir semua agar manusia berkurang terlaklu penuh 7 milyar jiwa

    1. pengamat
      March 3, 2022 at 11:38 am

      konflik harus diselesaikan dengan kepala dingin, jangan terbawa emosi. Ikuti saja dulu kemauan rusia, jaminan keamaman secara hukum dari NATO. Lagian mereka sudah mengalah 30 tahun yang lalu dengan membubarkan sovyet dan pakta warsawa. Kali ini giliran NATO yang harus mengalah. Perang hanya akan membawa kerugian dan malapetaka buat seluruh dunia apabila diluar kendali, lihat itu berapa banyak manusia yang kehilangan harta benda, jatuh miskin jadi gembel bahkan kehilangan nyawa sia-sia. Segera tulis surat suruh mereka setop perang.

Leave a Reply to Perselingkuhan+Inelek Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *