Pertemuan AHY dengan Gibran, Signal Menyerahnya SBY?


unnamedBerita di sekitar pertemuan antara Agus Harimurti Yudhoyono, yang adalah anak SBY, mantan presiden ke 6 Indonesia dengan kesuksesan menjabat selama dua periode, dengan Gibran Rakabuming Rakha, yang adalah anak presiden ke 7 Indonesia, Bapak Joko Widodo, sangat ramai dengan beragam opini di dalamnya.

Semua opini mencoba melihat dari sudut pandangnya dengan segala argumentasi dan juga dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang menulis opini secara netral, ada yang mengkritisi dan ada juga yang mendukung pertemuan mereka. Dan tulisan inipun akan mencoba mengintip sisi lain pertemuan dua  anak presiden dan mantan presiden itu. Penulis menduga bahwa SBY hendak mundur teratur dari hasrat besarnya menjadikan anaknya, AHY, menjdi presiden.

Karena dua orang yang bertemu itu ada di sekitaran dunia politik yang sedang bergejolak, maka tidak bisa dihindari bahwa nuansa politis sangat mendominasi opini pertemua dua orang tersebut. AHY adalah anak SBY, sang penguasa Demokrat, partai yang memenangkan SBY untuk menjadi presiden selama dua periode, sementara Gibran adalah anak Jokowi, presiden sekarang ini.  Akibat dari keberadaan kedua orangtuanya, ditambah dengan prestasi kegagalan AHY menjadi gubernur DKI, maka perjumpaan mereka akan selalu menarik perhatian.

Untuk Gibran juga demikian karena dia adalah anak Jokowi yang semua kemunculannya selalu menghadirkan kontras, kekaguman dan sekaligus kenyinyiran tingkat akut. Kagum bahwa dari seorang yang tidak punya “rekam jejak” bangsawan namun mampu membabat semua yang berdarah bangsawan. Kagum akan keberanian, ketenangan dan juga keseriusannya membangun Indonesia.

Kembali ke soal pertemuan AHY dengan Gibran. Petemuan mereka kembali menampilkan kontras yang hebat. AHY dengan gaya dandanan bangsawan atau priyayi, sementara Gibran, dengan gaya dandanan anak awan, anak ndesa,gaya bebas yang juga sebagai symbol keberaniannya melawan arus bahwa dia adalah anak seorang presiden namun bebas bergaya sesuka hatinya namun masih dalam etika yang sewajarnya.

imageSaat sebuah media mewawancarai AHY terkait pertemuannya dengan Gibran, dan AHY menjawabnya dengan sangat santai.

“Tadi dijamu makan siang dan disuguhi bubur gudeg yang disiapkan langsung oleh Putra (Presiden Jokowi) beliau, Mas Gibran,” ujar AHY saat peluncuran The Yudhoyono Institute di XXI Ballroom Djakarta Theater Jakarta Pusat, Kamis 10 Agustus 2017 ( sumber)

Menurut putera sulung SBY ini, pertemuan tersebut untuk bangun persahabatan baik dengan Jokowi ataupun dengan Gibran.

“Ini persahabatan, kita bangun dengan baik seluruh elemen bangsa dengan pemimpin bangsa. Insyaallah Indonesia sejuk, Indonesia akan semakin produktif karena kita selalu berpikir ke depan,” jelas Agus.

Sangat menarik mengamati komentar AHY saat peluncuan The Yudhoyono Institute ini, karena di dalamnya sama sekali tidak ada nuansa politik. AHY hanya ingin membangun Indonesia karena dia dan Gibran adalah bagian dari elemen bangsa. Ada semangat dan energy positif dihembuskan AHY bahwa dengan suasana rukun akan menghadirkan kesejukan dan kesejukan akan menghadirkan produktifitas yang tinggi. Itulah jiwa prajurit dari AHY yang meskipunpernah dicabut dari kesatuannya namun jiwa prajuritnya masih membara. Dan juga patut dicermati adalah cara AHY memanggil Gibran, meski dia bergaya bangsawan dengan segala tatanan kebangsawanannya, namun AHY memanggil Gibran dengan panggilan “mas Gibran”, sebuah cara hormat yang hebat.

Terkait perjumpaan Gibran dan AHY ini jika dirunut sejarahnya juga menarik. Mereka bisa bertemu karena kedua orangtua mereka.  Awalnya AHY “Disuruh” SBY, bapaknya untuk meminta restu dari Jokowi. Hal ini menimbulkan banyak opini bahwa SBY sepertinya meremehkan  Jokowi, karena untuk restu yayasan yang ada namanya hanya mengutus anaknya. Dan kemudian, saat Jokowi juga hanya mengutus Gibran, maka  masyarakat kembali heboh, bahwa itulah cara Jokowi membalas perlakuan SBY.

Benar atau tidaknya adanya saling balas aksi tersebut, namun kedua anak itu, AHY dan Gibran nampak menikmati  pertemuan mereka, meskipun gaya kaku AHY  nampak jelas karena dibandingkan dengan gaya super cuek Gibran. Dan semakin jelas ketika awak media mewawancarai AHY bahwa memang itu adalah acara perjumpaan untuk membangun  persahabatan, merekatkan tali silaturahmi dan bukan acara politik.

Nah dari peristiwa tersebut bisa jadi itu adalah cara atau strategi SBY untuk mundur teratur dari hasrat besarnya melemparkan AHY ke panggung politik. Desas-desus pencalonan AHY untuk pilpres 2019 sudah seakin nyaring  dan nampaknya SBY juga sadar bahwa peluang AHY sangat berat. Jangankan presiden, gubernur saja KO ronde pertama.

Jadi dengan menyuruh AHY meminta restu ke Jokowi terkait peluncuran The Yudhoyono Institute, itu bisa saja sebagai tanda atau symbol bahwa SBY sudah mulai mengiklaskan hasratnya lenyab dibawa kabut politik yang dihembuskan Jokowi. Itu semua semakin menunjukan tanda jelas saat Jokowi juga menanggapinya  dengan hanya  meminta anaknya Gibran untuk menemui AHY. Maka yang terjadi adalah “deplomasi anak” dan justru di dalamnya terjadi dialog yang akan membuka pintu relasi mereka berdua. Siapa tahu setelah perjumpaan ini, AHY ingin join mengembangkan martabak kota barat..hahaha

Hal berikutnya yang bisa dijadikan alat untuk mengukur dugaan penulis terkait menyerahnya SBY adalah diluncurkannya The Yudhoyono Institute. Dengan diluncurkannya yayasan ini maka SBY mau tidak mau harus membagi fokusnya ke TYI (The Yudhoyono Institute) yang juga berarti fokusnya ke panggung politik akan berkurang. Logika ini bisa untuk menebak arah politik Demokrat dengan AHY, lha wong disupport sepenuhnya saja gagal total, apalagi ini cuma sebagian energy.

Akhirnya, dari pertemuan dua anak mantan dan presiden ini, ada sedikit harapan bahwa suhu politik di sekitar pilpres 2019 tidak akan semembara dugaan orang dan ke depan akan semakin focus untuk membangun Negara demi kemajuan bersama dan tidak sibuk saling hantam dan sikut demi ambisi politik orang-orang yang tidak mencintai Indonesia dengan setulus hati.

Selamat Melanjutkan persahabatan Gus, Bran………………………………Khusus koe Gus, bapakmu ajaken dadi wong apik..nyedak pakde Jokowi mbagun negara, ora ngrusak negara..( sWRD / im )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Pertemuan AHY dengan Gibran, Signal Menyerahnya SBY?

  1. Perselingkuhan+Intelek
    August 11, 2017 at 9:14 pm

    mau tidak mau si SBY memang seharusnya Nyerah deh kepada Pemerntahan yang Sah dan mengakuinya, memangnya mau terus menentang ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *