Pekan Depan Jokowi Tagih Kapolri Ungkap Kasus Novel Baswedan, 3 Alasan Ini Bikin Pengamat Pesimis


PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) akan menagih penyelesaian kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan, kepada Kapolri Jenderal Idham Azis, awal pekan depan.

“Nanti saya jawab setelah dapat laporan dari Kapolri.”

“Senin (9/12/2019) akan saya undang Kapolri,” ujar Jokowi seusai meresmikan Jalan Tol JORR II ruas Kunciran-Serpong di Gerbang Tol Perigi, Kota Tangerang Selatan, Banten, Jumat (6/12/2019).

Jokowi meyakini, Polri dapat menuntaskan kasus Novel Baswedan, dan mengungkap pelaku utama penyerangan.

“Saya yakin, insyaallah terungkap,” ucap Jokowi.

Saat Idham Azis menjadi Kapolri, Jokowi memberikan waktu untuk mengungkap kasus Novel Baswedan hingga awal Desember 2019.

“Saya sudah sampaikan ke Kapolri yang baru, saya beri waktu sampai awal Desember. Saya sampaikan awal Desember,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (1/11/2019).

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio pesimistis, meski pertemuan antara Jokowi dan Idham Azis bakal digelar untuk membahas kelanjutan kasus tersebut.

Ada tiga alasan terkait sikap pesimistis Hendri.

“Pertama, pertemuan seperti ini (membahas kasus Novel Baswedan) sudah sering dilakukan sebelumnya antara Presiden dan Kapolri.”

“Walaupun saat ini pejabatnya beda,” ujar Hendri ketika dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (7/12/2019).

Alasan kedua, lanjutnya, kasus tersebut terbukti tidak mengganggu elektabilitas Jokowi dalam Pilpres 2019.

Jokowi juga pernah menjanjikan akan mengungkap pelaku kasus tersebut, dengan memerintahkan Kapolri terdahulu, Jenderal Pol (Purn) Tito Karnavian.

“Kedua, secara politis kasus ini terbukti tidak mengganggu elektabilitas Presiden Jokowi yang kembali terpilih sebagai presiden,” ulasnya.

Alasan terakhir, kata Hendri, aparat tidak bertindak meski banyak orang meragukan kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan.

Salah satunya adalah Dewi Tanjung yang melaporkan dugaaan rekaya kasus Novel Baswedan ke Polda Metro Jaya.

“Jadi saya tidak terlalu optimis dengan hasil pertemuan kelak antara Presiden dan Kapolri tentang kasus Novel.”

“Namun kita harus ingat bila kita menelaah kasus Novel, harus kita bedakan antara mengkaji dari sisi politik dan sisi hukum.”

“Walaupun hingga saat ini keduanya masih tampak suram,” tuturnya.

Sebelumnya, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menegaskan, tidak ada rekayasa dalam kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

“Soal kasus Novel (Baswedan), yang mempertanyakan apakah Novel itu disiram atau enggak?”

“Itu faktual yang ditemukan oleh Komnas HAM (serta) yang ditemukan oleh kepolisian.”

“Itu adalah penyiraman, jadi jangan ditanya-tanya lagi,” tegas Choirul di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Rabu (4/12/2019).

Oleh karena itu, ia meminta agar polemik benar atau tidaknya penyerangan terhadap Novel Baswedan disudahi.

Terlebih, pihak kepolisian juga membenarkan adanya penyerangan itu.

Choirul meminta semua pihak fokus mengawal pengungkapan kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan.

Dibandingkan, kata dia, mempertanyakan benar atau tidaknya luka yang diderita Novel Baswedan.

“Sehingga kalau ada yang menanyakan apakah ini rekayasa atau tidak, kok mukanya enggak hancur?”

“Kalau dibandingin dengan yang lain, menurut saya polemik soal rekayasa penyiraman tersebut kami kira disudahi, (sekarang) fokus kepada bagaimana menyelesaikannya,” tutur Anam.

Sebelumnya, Dewi Ambarwati alias Dewi Tanjung, melaporkan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan ke Mapolda Metro Jaya, Rabu (6/11/2019) sore

Laporan terkait dugaan penyebaran berita hoaks soal penyiraman air keras yang dialami Novel Baswedan.

Dewi menuding penyiraman itu tidak masuk akal dan merupakan hasil rekayasa.

“Saya melaporkan Novel Baswedan penyidik KPK, terkait dugaan rekayasa kasus penyiraman air keras,” kata Dewi kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Menurutnuya, ada beberapa hal yang janggal dari semua hal yang dialami Novel Baswedan.

“Apa yang dialami janggal, mulai dari rekaman CCTV dia, dari bentuk luka, dari perban, kepala yang diperban tapi tiba-tiba mata yang buta, gitu kan,” tuturnya.

Dewi mengaku lulusan seni, dan menduga ada rekayasa-rekayasa yang dilakukan oleh Novel Baswedan.

“Saya orang seni, saya juga biasa beradegan.”

“Orang kalau sakit itu, tersiram air panas, reaksinya tidak berdiri, tapi akan terduduk jatuh terguling-guling.”

“Itu yang saya pelajari, dan tidak ada di situ reaksi dia membawa air untuk disiramkan,” papar Dewi.

Dewi mengatakan seharusnya Novel Baswedan menyiramkan air mineral seusai disiram air keras untuk menetralisir air keras itu.

Namun, Novel Baswedan tidak melakukan hal itu. Dia juga mencurigai luka yang diterima Novel Baswedan adalah tidak benar atau rekayasa.

Menurut Dewi, seharusnya kulit Novel Baswedan juga ikut terluka dan terbakar saat disiram air keras dan tidak hanya matanya saja.

Saat berada di rumah sakit, dia juga curiga karena mata Novel Baswedan tidak diperban.

“Faktanya kulit wajah Novel kan enggak apa-apa, hanya matanya.”

“Yang lucunya kenapa hanya matanya. sedangkan kelopaknya, ininya, semua tidak rusak,” urai Dewi.

Menurut Dewi, jika seseorang melakukan ekstensi mata, maka bulu mata orang tersebut akan ikut rontok, karena kelopak mata sensitif.

Dia menyebut Novel Baswedan yang disiram dengan air keras, tidak mengalami kerusakan pada kulitnya, termasuk kelopak matanya.

Dewi juga meragukan hasil rekam medis Novel Baswedan.

Dia meminta tim dokter independen dari Indonesia ikut mengecek Novel Baswedan. Dia juga berharap polisi segera menyelidiki kebenaran kasus tersebut.

“Saya hanya ingin kebenaran aja. Keyakinan saya ingin buka fakta kebenaran dan ini semua demi kebaikan rakyat,” papar Dewi.

Dalam pelaporan, Dewi membawa bukti berupa rekaman video Novel Baswedan saat berada di rumah sakit di Singapura.

Juga, rekaman kejadian penyiraman, rekaman saat Novel Baswedan keluar dari rumah sakit, hingga foto-foto Novel Baswedan yang diperban di bagian kepala dan hidung.

Dewi melaporkan Novel Baswedan dengan pasal tentang penyebaran berita bohong melalui media elektronik. Laporan polisi itu tertuang pada nomor LP/7171/XI/2019/PMJ/Dit. Krimsus.

Pasal yang dikenakan yakni Pasal 26 ayat (2) junto Pasal 45 A Ayat (2) UU 19/2016 tentang ITE dan atau Pasal 14 A ayat 1 UU 1/1946 tentang peraturan hukum pidana.

Sebelumnya, beredar video Novel Baswedan selepas menjalani operasi mata di Singapura.

Video yang diunggah akun Twitter @AdellaWibawa pada Senin (4/11/2019) itu, menarasikan Novel Baswedan baik-baik saja pasca-terkena siraman air keras.

“Mata novel baswedan saat baru ditayangin di NET TV 18 april 2017..!?dia kaget dg tiba2 kemunculan wartawan NET,liat matanya dan pipi mulus pdhl baru kasus penyiraman,” cuit akun tersebut.

Lantas apa pengakuan Novel Baswedan?

Ia mengaku video itu memang diambil di Singapura. Novel Baswedan hanya bisa mendoakan pihak-pihak yang berburuk sangka kepadanya.

“Saya sedang pengobatan di Singapura, kalau ada yang bilang mata saya baik-baik saja, saya anggap doa, Aamiin kan saja,” ujarnya ketika dikonfirmasi perihal video viral itu, Selasa (5/11/2019).

Novel Baswedan sekaligus menepis adanya tudingan yang menyebut video itu rekayasa.

Ia menceritakan video itu diambil sebelum dirinya menjalani operasi mata osteo-odontokeratoprosthesis, yaitu metode operasi bagi pasien dengan cedera kornea.

Novel Baswedan mengatakan, saat itu, dokternya, Donald Tan, sedang mengupayakan memulihkan matanya dengan motede sel punca atau stem cell.

Caranya, dengan memasang selaput membran plasenta pada kedua matanya, untuk menumbuhkan jaringan yang sudah mati akibat siraman air keras.

Pada Agustus 2017, metode itu tak berhasil memperbaiki kondisi penglihatan Novel Baswedan.

Dokter memperkirakan, bila tak segera dioperasi dalam enam bulan, kedua mata Novel Baswedan bisa buta total.

Maka dilakukanlah operasi OOKP yang membuat matanya dalam kondisi seperti saat ini.

“Diperkirakan 6 bulan setelah kejadian kedua mata akan tidak bisa lihat sama sekali,” jelas Novel Baswedan.

Novel Baswedan mengatakan bila orang melihat kondisi matanya sebelum operasi, pasti akan menganggap matanya baik-baik saja, tidak berwarna merah seperti sekarang dan bening seperti kelereng.

“Tapi sebenarnya selnya justru sudah banyak yang mati dan fungsi melihatnya sangat kurang,” terang Novel Baswedan.

Ia mengatakan, pegawai KPK yang menemaninya menjalani perawatan selama di Singapura, mengetahui kondisi matanya yang sebenarnya.

Ia mengatakan kondisi matanya juga selalu dikabarkan kepada pimpinan KPK.

Di dalam video unggahan @AdellaWibawa, terlihat Novel Baswedan yang memakai pakaian biru dan berkursi roda, didorong seorang di sebuah rumah sakit.

Kemudian ada seseorang menanyakan kondisi mata Novel Baswedan. Video itu merupakan video milik Net TV, yang dipenggal kemudian diviralkan di media sosial.

Novel Baswedan terlihat berbincang dengan orang tersebut. Ia menjawab semua pertanyaan yang diajukan dari orang itu.

Novel Baswedan juga terlihat sesekali melihat ke arah orang yang merekam video itu.

“Pak Novel sehat pak, gimana kabarnya? Mata sekarang bisa lihat enggak, pak? burem gitu,” ucap wartawan dalam video itu.

“Belum dilakukan pemeriksaan, pak?” Tanya orang itu lagi.

“Setiap hari, kata dokter menunggu proses karena harus bertahap ya,” jawab Novel sembari terus didorong mengunakan kursi roda.( WK / IM )

 

 

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Pekan Depan Jokowi Tagih Kapolri Ungkap Kasus Novel Baswedan, 3 Alasan Ini Bikin Pengamat Pesimis

  1. Perselingkuhan+Intelek
    December 7, 2019 at 9:50 pm

    minggu depan tetap tidak berhasil selesai maka resiko di Pecat di Mutasi, akan menjadi Kapolri yang terpendek masa jabatannya

Leave a Reply to Perselingkuhan+Intelek Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *