PDI-P Tak Koalisi Dengan Demokrat Bukan Karena Hubungan Dingin SBY-Mega

Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyinggung hubungannya yang dingin dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri, bukanlah alasan utama tak adanya hubungan di antara kedua partai itu.

Seperti diungkap Politikus PDI-P yang duduk di Komisi V DPR, Ian Siagian, belum cairnya hubungan Mega dan SBY tak mempengaruhi kemungkinan koalisi antara PDIP dan Demokrat.

Dia menekankan PDI-P siap membangun koalisi dengan partai lain menjelang pemilu 2014, dengan syarat ideologi sejalan dengan partai banteng merah itu.

“PDI-P akan berkoalisi dengan partai yang menerima ideologi PDI-P,” kata Ian saat dihubungi wartawan di Jakarta, Selasa (11/3).

Lebih jauh, Ian menjelaskan tujuan utama PDI-P adalah untuk memperbaiki negara yang hampir 10 tahun dinilai telah salah urus. Karena itu penting bagi PDI-P untuk menegaskan bahwa sikap berkoalisi bisa dilakukan dengan parpol manapun asal tujuannya sama, yaitu untuk Indonesia sejahtera.

“2,5 tahun negara ini dipimpin oleh Ibu Megawati, sangat beda dengan 10 tahun dipimpin oleh Pak SBY. Saat Ibu Mega berkuasa, utang kita tidak sebanyak sekarang. Pembangunan yang nyata ada, sebut saja tol Cipularang, jembatan Suramadu, Pulah Nipah di perbatasan dengan Singapura,” kata Ian.

“Jangan lupa, jaman Bu Mega, dibentuklah KPK. Hanya sayang, beliau hanya memimpin 2,5 tahun saja.”

Sebelumnya, SBY menyatakan Megawati sebagai kakak. Dia mengatakan, belum cairnya hubungan dengan Mega selama ini adalah bagian dari sejarah masa lalu. SBY sudah tidak mengingat lagi.

“Belum cair benar, hubungan dengan Ibu Megawati. Tidak apa, tetapi Ibu Megawati adalah kakak saya,” kata SBY saat berdialog dengan kalangan wartawan di Jakarta, Senin (10/3).

Pada kesempatan itu, SBY tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai penyebab retaknya hubungan pada media.

Meskipun demikian, dia mengaku respek pada Mega, yang pernah menjadi atasannya pada Kabinet Gotong Royong.