Panel Diskusi dengan Wakil Menteri Pendidikan Nasional RI


Dunia pendidikan di Indonesia mengalami perubahan cepat dan mendasar, seiring dengan akselerasi dinamika dunia yang berlari cepat (sebagaimana sosiolog terkemuka Anthony Giddens, menyebut dunia kita saat ini sebagai “run away world”)

Agar Indonesia tidak tercecer di dunia yang berlari sangat cepat itu, ada 5 nilai operasional yang mutlak perlu bagi Indonesia, yaitu profesionalitas, dedikasi, keterbukaan, konektifitas, dan hidup yang berintegritas.

Pendidikan karakter Bangsa perlu diabdikan sepenuhnya untuk mempromosikan kelima nilai itu ke dalam mainstream Indonesia, sehingga terjadi ledakan kreativitas Indonesia.

Pendidikan karakter di Indonesia harus mampu membangun semangat, mentalitas dan etos generasi muda yang progresif, moderat, pluralis, terus giat menangkap peluang, dan tidak dikekang oleh berbagai kecurigaan teori konspirasi yang selama ini membuat kita hanya akan mencapai 40 % potensi bangsa.

Padahal jika kita meninggalkan berbagai energi negatif tersebut (yaitu sentiment anti-ini dan anti-itu, sinisme, takut perubahan, paranoia terhadap dunia luar), Indonesia akan menjadi salah satu ekonomi unggul yang sangat kompetitif di Asia, serta mampu beradaptasi dan mengambil keuntungan dari arus globalisasi.

Demikian rangkuman pandangan Wakil Menteri Pendidikan Nasional Prof. Fasli Jalal, pengamat pendidikan Tonny Sumartono, Alternate Executive Director World Bank Irfa Ampri PhD, peneliti East West Center Endy Bayuni, peneliti National Institute of Health Pahala Simamora PhD, expert Atlantic Council Courtney Kline, peneliti Carnegie Institution of Washington Kadek Hemawan PhD, editor Voice of America Naratama Rukmananda, instruktur National Foreign Affairs Training Center Ellin Willard, pengamat pendidikan Julio Manik PhD, alumni George Mason University Darius Tirtosuharto PhD, expert Microsoft Gerald Pangaribuan, instruktur Foreign Service Institute Alex Pechler, mahasiswa American University Karina Sigar, dan Ketua Professional Club Partogi Samosir, dalam Panel Diskusi mengenai Pedidikan Karakter Bangsa yang diadakan oleh Professional Club di Washington, D.C., Rabu 4 Mei 2011.

Pendidikan karakter di sekolah harus dilakukan melalui semua mata pelajaran yang diajarkan. Nilai-nilai karakter luhur itu tidak diajarkan tetapi dikembangkan melalui proses belajar, kata Wakil menteri.

Menanggapi hal itu, Endy Bayuni yang adalah mantan Pemimpin Redaksi Jakarta Post menilai, ada perbedaan antara pendidikan karakter dan pendidikan agama. Orang dapat belajar agama, tetapi dia belum tentu belajar karakter. Siswa bukan sekedar diberitahu, tapi pengetahuan agama itu harus terekspresi dalam sikap dan perilaku.

Dalam konteks itulah pentingnya pendidikan nasional berkiblat hanya kepada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yaitu Pancasila, tegas pelayan di Washington Oikumene Masyarakat Indonesia (WOMI), Joe Wahjudi.

Partogi Samosir
Counselor

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *