Manuver Amin Rais, Traumatis PKB dan PDIP


PONTIANAK-Ketua Majelis Pertimbangan Partai Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais,menggalang kekuatan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), untuk mencalonkan figur Calon Presiden dari basis Islam. Ini sangat menarik dicermati.

Dengan penuh percaya diri Amien Rais, mengklaim, bisa mempersatukan kekuatan partai politik berbasis Islam yang tahun 1999 dinamakan poros tengah yang usai pencoblosan tanggal 9 April 2014 dinamai poros Indonesia Raya. Akan tetapi wacana koalisi partai berbasis Islam, untuk bisa mengusung Calon Presiden sendiri, pada Pemilu Presiden tanggal 9 Juli 2014 mendatang, sepertinya masih membutuhkan perjuangan panjang. 

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PKB, MuhaiminIskandar, di Jakarta, Sabtu (12/4), secara diplomatis menjawab, koalisi partai berbasis Islam, terkendali belum ada figur yang sesuai harapan.Pada hari yang sama di Jakarta, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, menanggapi dengan sangat hati-hati poros Indonesia Raya yang diwacanakan Amin Rais, karena dalam takaran tertentu bisa menimbulkan dikotomi.

Berdasarkan catatan SH, faktor Amies Rais dan manuver politisi PAN di tingkat nasional, telah membuat partai politik berbasis Islam dan nasionalis, trauma secara politik menghadapi macana koalisi partai politik berbasis Islam. 

Manuver politik licik dan tidak cerdas politisi PAN ini, telah menyebabkan Megawati Soekarnoputri, gagal menjadi presiden di dalam sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1999. Padahal, PDIP dalam Pemilu 1999, dicatat peraih suara terbanyak dalam Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). PDIP merasa ditikam dari belakang oleh kekuatan poros tengah Amien Rais.

Menanggapi terpilihnya K.H. Abdurachman Waid selaku Ketua Umum DPP PKB sebagai presiden terpilih, sehingga Megawati Soekanoputri selaku Ketua Umum DPP PDIP hanya puas sebagai Wakil Presiden, salah satu fungsionaris PAN, Andi Mahapatang Fatwa, dengan enteng menyindir, “Kami tidak mendukung Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden, karena ternyata dikelilingi kelompok oportunis minoritas.”

Anehnya, belum genap satu satu Presiden K.H. Abdurahman Wahid menjadi Presiden, tiba-tiba Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), melakukan manuver menikam dari belakang secara politik. 

Kekuatan Amien Rais berhasil melengserkan Abdurahman Wahid sebagai presiden dan Megawati Soekarnoputri kemudian menjadi Presiden Indonesia tahun 2001. Dengan demikian, Amien Rais yang merupakan salah satu petinggi PAN, memiliki dosa politik dengan PKB dan PDIP.Atas dasar itu, dalam hal-hal prinsip ketatanegaraan, banyak pihak sudah tidak percaya lagi dengan figure Amien Rais. Dalam banyak hal Amien Rais, bagaikan politisi kutu loncat, dan selalu menabung gendang sesuai kebutuhan pragmatis.

Amien Rais dikenal pula, tidak taktis di dalam membuka wacana konsep kenegaraan yang bersifat sensitif. Amin Rais nyaris menjadi korban amukan massa kaum penganut unitaris (penganut negara kesatuan) ketika tiba-tiba gencar mengeluarkan wacara merubah bentuk negara kesatuan menjadi negara federal di Makassar, Senin, 22 Nopember 1999. 

Kekuatan kelompok republiken (unitarisme), tergambar di dalam dialog Ketua MPR Amien Rais dengan ratusan mahasiswa di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Senin, 22 Nopember 1999. 

Kesediaan Amien Rais menandatangani persetujuan tertulis di hadapan mahasiswa, agar di dalam Sidang Umum MPR yang segera digelar diperjuangkan perubahan bentuk negara kesatuan ke federal, tiba-tiba ricuh.  Belum sempat menandatangani pernyataan tertulis yang disodorkan mahasiswa, Amien Rais, harus dievakuasi aparat keamanan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

Kapolda Sulawesi Selatan yang ketika insiden terjadi tanggal 22 Nopember 1999 dijabat Brigjen (Pol) Mudji Santoso memutuskan membawa Amien Rais ke Bandara Hasanuddin dengan kendaraan taktis untuk mencegah kemungkinan di sepanjang jalan. 

Ikut mendampingi di dalam kendaraan lapis baja, Gubernur Sulawesi Selatan, Zainal Basri Palaguna, Wakil Ketua MPR Nazri Adlany, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Abustan, dan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional Sulawesi Selatan Nadjamuddin Madjid. 

Nah, mari kita lihat hasil manuver yang dilakukan Amien Rais selanjutnya.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Manuver Amin Rais, Traumatis PKB dan PDIP

  1. Pandova
    April 21, 2014 at 12:28 am

    Partai2 Islam apa tdk merasa rugi krn mengikuti strategi Amien Rais yang nota bene partainya telah terbukti tdk menjadi partai pilihan rakyat Indonesia krn hanya sbg partai kecil yg makin melorot dari kancah politik indonesia. PKB akan paling rugi kalo mengikuti strategi Amien Rais yg berusaha cari harapan2 dari partai lebih besar dr partainya. Amien Rais adalah orang licik yang selalu mengambil keuntungan dr pihak lain ato kebesaran dr partai lain meski partainya mulai redup saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *