Lagenda Bangsa American Indian Apache – Asal Usul Api.


Pada jaman dahulu kala binatang dan pohon bisa berbicara satu sama lain, tetapi pada waktu itu tidak ada api. Rubah adalah binatang yang paling pandai dan dia mencoba memikirkan cara untuk membuat api untuk dunia. Pada

Eddy Djaja - penulis

suatu hari dia memutuskan untuk mengunjungi para Angsa. Dia ingin belajar bagaimana caranya dia bisa menirukan jeritan mereka.. Mereka berjanji akan mengajarnya jika dia bersedia terbang bersama mereka. Oleh sebab itu mereka menyusun cara untuk membubuhkan sayap kepada badan si Rubah, tetapi memperingatkannya untuk tidak membuka matanya sewaktu terbang bersama..

Setiap kali Angsa terbang Rubah juga ikut terbang bersama mereka untuk berlatih  menirukan jeritan mereka. Pada suatu ketika sewaktu mereka sedang terbang diatas sebuah desa kunang-kunang tiba-tiba terjadi kegelapan. Cahaya kerlap kerlip yang menyilaukan dari kunang-kunang menyebabkan si Rubah lupa.Dia membuka matanya  dan dengan seketika sayapnya kempis! Kejatuhannya pun tidak dapat dihindari lagi. Dia jatuh kedalam sebuah benteng desa kunang-kunang, di mana api terus-menerus menyala di tengah benteng tersebut..

Dua ekor kunang-kunang datang menghampir si Rubah yang jatuh. Mereka

Rubah putih

memberi  sehelai kalung yang terbuat dari buah beri. Si Rubah membujuk kedua ekor kunang-kunang itu untuk mengatakan kepada dia bagaimana caranya untuk keluar dari benteng tersebut. Mereka membawanya ke pohon cemara yang kata mereka bisa membungkuk menjulur keluar tembok jika dia perintahkan..

Sore itu si Rubah menemukan sumber air di mana kunang-kunang mendapatkan air mereka. Di sana juga dia menemukan tanah berwarna, yang kalau dicampur dengan air bisa dibuat cat. Dia memutuskan mengcat dirinya sendiri menjadi putih. Sekembalinya mereka ke desa mereka si Rubah memberi saran kepada kunang-kunang untuk mengadakan sebuah pesta dimana mereka bisa menari pada irama musik yang akan dimainkannya.

Angsa sedang terbang

Semuanya setuju itu akan sangat menyenangkan dan mereka mengumpulkan kayu untuk membuat api yang besar.. Diam-diam si Rubah mengikatkan sepotong kulit kayu cemara pada ekornya. Lalu dia membuat drum (tambur), mungkin yang pertama kali dia pernah membuatnya. Lalu dengan bersemangat dia memukul drum itu dengan sebuah tongkat  Kunang-kunang pada menari. Lambat laun dia bergeser lebih dekat dan lebih dekat ke api.

Si Rubah berpura-pura merasa lelah dari memukul genderang.

Kunang kunang

Diamemberikannya kepada beberapa kunang-kunang yang mau menolongnya membuat musik. Si Rubah dengan cepat mendorong ekornya ke dalam api, menyalakan kulit kayu cemara yang diikatnya dan berseru, “terlalu hangat di sini bagi saya, saya harus menemukan tempat yang lebih sejuk.”

Langsung si Rubah berlari  ke pohon cerema sambil berseru “membongkoklah hai pohon cemara….membongkoklah untukku” Lalu pohon cemara itu membongkok dan dipegang oleh si Rubah untuk membawanya naik melewati dinding benteng itu. Dia terus berlari dengan diikuti oleh

Bangau terbang

kunang kunang. Sewaktu si Rubah berlari semak-semak dan kayu-kayu dikiri kanan jalan yang dilaluinya ikut terbakar dari sepotong kayu yang diikatkanya pada ekornya.

Si Rubah akhirnya merasa kelelahan dan memberikan potongan kayu yang terbakar itu kepada burung Elang yang meneruskannya ke burung Bangau berbulu coklat. Bangau itu lalu terbang jauh ke selatan menyebarkan kilatan api di mana-mana. Ini adalah bagaimana awalnya api menyala di dunia ini.

Kunang-kunang terus mengejar si Rubah ke liangnya dan mengatakan “hai

Api untuk menghangatkan

Rubah, hukuman yang akan anda dapat karena telah mencuri api kami bahwa untuk selamanya anda tidak akan pernah dapat memakainya.”

Bagi bangsa Indian Apache ini juga merupakan mulainya api bagi mereka. Segera mereka belajar mempergunakannya untuk memasak makanan dan menghangatkan badan di cuaca yang dingin.(disadur/dirangkum dan diterjemahkan dari kisah kehidupan bangsa American Indian Apache)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *