Gaji Rp1,2 Juta Sehari, Tapi Menyesal Pernah Kerja di Tempat Ini


TOKYO – Seorang pekerja berusia 63 tahun yang tinggal di Takahama, perfektur Fukui mengingat kembali peristiwa sekitar tahun 2009. Saat itu seorang supervisor mengatakan kepadanya, “jangan lupa supaya datang mulai besok ya.”

Ternyata pekerja itu harus menggantikan kerja seorang pekerja lain yang terpaksa harus “disingkirkan” akibat terkena radiasi parah di tubuhnya saat bekerja di PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) Mihama, di perfektur Fukui.

Pekerja yang harus “disingkirkan” tersebut, tulis wartawan Asahi baru-baru ini, harus menyerah kepada keadaan karena tubuhnya “hancur” dengan sel darah putih yang meningkat drastis, dampak dari terkena radiasi.

Dia telah bekerja selama 15 tahun di bagian paling rendah yang sering berdekatan dengan bagian radiasi di PLTN tersbeut.

Pekerjaannya terutama dilakukan kalau terdengar mulai ada inspeksi ke PLTN tersebut, maka dia segera dipanggil, dipekerjakan untuk membersihkan segala sesuatunya di bagian paling bawah sekali pun. Itu bagian paling bahaya. Ini dilakukan agar petugas inspeksi yang datang merasa puas saat melihat semua yang ada di PLTN tersebut bagus, rapi, bersih dan seolah terkelola dengan baik.

Orang yang bekerja seperti dia juga dipasok ke PLTN lain seperti PLTN Oi dan PLTN Fukushima dari agen tenaga kerja yang sama.

Mereka bekerja di bagian pengelasan pipa-pipa, pembersihan bagian paling bawah, pengencangan bagian yang melonggar, di dalam gedung reaktor nuklir yang beradiasi tinggi itu. Kelembaban juga tinggi, dengan temperature udara bisa mencapai 40 derajat Celcius sangat panas.

Karena begitu panasnya mereka kadang mengabaikan unsur kesehatan sehingga melepaskan masker kesehatannya agar bisa terasa lega di bagian mukanya. Dampaknya tentu mengisap udara yang berbahaya dan terkontaminasi radiasi cukup berbahaya meskipun juga menggunakan sapu tangan karet berlapis-lapis dan baju pekerja khusus.

Setelah mengetahui terkontaminasi radiasi biasanya pekerja langsung lari mencuci tangannya dan badannya sampai sedikitnya 30 menit dengan air bersih di sana.

Resiko kerja yang tinggi itu kerap berakibat kecelakaan manusia pula. Tetapi dengan status mempekerjakan anggota Yakuza biasanya semua akan tutup mulut dan tidak ada laporan apa pun mengenai kecelakaan kerja.

Itu karena apabila ada kecelakaan kerja dampaknya akan sangat berat sekali bagi perusahaan pengelola. Penyelidikan sampai detil akan terjadi dan harus diungkapkan kepada publik dan pers. Dampak akhir dapat terungkap semua borok seperti yang terjadi pada bencana PLTN Fukushima akhirnya semua kelihatan, terungkap kepada umum, segala kebohongan pimpinan dan pengurus pengelola PLTN Fukushima, Tepco, tersebut. Berakibat pengunduran diri CEO Tepco belum lama ini.

Pekerjaan di Mihama juga dengan upah sekitar 10.000 (Rp1,2 juta) sampai dengan 20,000 yen (Rp2,4 juta) per hari. Jumlah terbesar diperoleh pekerja nuklir ini setahun tidak lebih dari 3 juta yen setahun. Padahal resikonya sangat besar sekali, dapat cacat seumur hidup terkena radiasi nuklir.

Sindikat kejahatan dan bisnis ilegal ke PLTN memang dalam kondisi yang serba menyulitkan. Masalah itu tidak akan pernah berhenti sampai kapan pun

“PLTN banyak yang dipegang pimpinan yang menutup mata tak mau tahu akan apa yang terjadi di bagian paling bawah. Akibatnya hasl ini akan terus terjadi, pasokan dariYakuza supaya bagian paling beresiko tinggi tetap dapat dikerjakan dengan baik karena memang jarang ada orang umum yang mau bekerja di bagian tersebut,” papar Masahiko Yamamoto, mantan pekerja di PLTN Tsuruga, perfektur Fukui, yang kini berusia 56 tahun. Yamamoto juga merupakan salah seorang yang kini berkampanye menentang nuklir di Jepang.

“Kita telah meminta para kontraktor agar mengikuti hukum yang ada. Termasuk juga agar menjauhkan diri dari para anggota Yakuza. Kita sangat menyesalkan berbagai kasus yang melibatkan anggota Yakuza tersebut. Oleh karena itu kita akan berulang kali mengingatkan para kontraktor agar lebih hati-hati dalam perekrutan tenaga kerja di masa mendatang,” ungkap seorang pejabat PLTN Oi kepada pers belum lama ini.

Seorang mantan pekerja PLTN Takahama yang kini berusia 65 tahun menyesalkan dirinya telah bekerja di PLTN tersebut, “Kita para pekerja PLTN sebenarnya menjadi pemasok listrik yang sangat penting bagi Jepang. Tetapi saya kini merasa lain, seharusnya saya dulu tak bekerja di PLTN. Saya menyesal. Kita merasa sangat dieksploitasi tenaga kerja oleh PLTN dan saya merasa dibuang oleh pengelola PLTN saat ini. Jadi tak usahlah ada PLTN di Jepang,” paparnya lagi.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *