Perjalanan Mahardika Argha menuju Banjarmasin kali ini tak semulus yang ia bayangkan. Pria asal Solo itu mengatakan pesawat yang ditumpanginya terbang lebih lama dari biasa, sebelum akhirnya mendarat di Bandar Udara Syamsudin Noor, Banjarmasin.
Senin (14/9/2015) malam, Dika, sapaan akrabnya tiba di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta pukul 19.00 WIB. Tiket pesawat sudah dalam genggamannya. Ia pun berjalan santai untuk melakukancheck-in, sebelum memasuki area boarding.
“Saya naik Lion Air JT 520. Biasanya pukul 19.30 sudah on boarding, tetapi kok belum ada pemberitahuan apa-apa waktu itu. Berselang 15 menit kemudian, saya mendengar informasi pesawat itu mengalami delay operasional (keterlambatan),” ujarnya saat dihubungi Tribun Jateng (Tribunnews.com Network)melalui sambungan telepon, Selasa (15/9/2015) malam.
Masih menunggu, tepat pukul 20.00 WIB, Dika dan penumpang lainnya mendapat informasi pengambilan makanan ringan, sebagai wujud kompensasi maskapainya terhadap keterlambatan itu. Selang 30 menit lamanya, akhirnya pesawat yang dimaksud siap lepas landas.
“Saya lepas landas dari Yogyakarta pukul 20.30. Biasanya estimasi waktu perjalanan dari Yogyakarta menuju Banjarmasinitu satu jam 10 menit. Saya perkirakan tiba di Banjarmasin pukul 22.40 Wita. Saya merasa perjalanan waktu itu lebih lama dari biasanya. Saya teringat, sebelum berangkat ada kabar kalau diBanjarmasin ada penutupan bandara karena kabut asap. Saya mulai cemas,” ungkapnya.
Pria yang bekerja sebagai Pelaksana KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) wilayah Tanjung itu merasa pesawat hanya berputar-putar di angkasa. Ia pun tak menyadari berapa lama waktunya melayang-layang. Awak maskapai pun tak memberitahukan informasi terkait kepastian waktu pendaratan.
“Pikiran saya mulai tenang saat mendengar kru pesawat akhirnya menginformasikan pesawat segera mendarat. Saya mendarat tepatnya pukul 23.15 Wita. Selisihnya ada 35 menit dari perkiraan sebelumnya yakni 22.40 Wita,” paparnya.
Setibanya di Bandara Syamsudin Noor, Dika dan puluhan penumpang lainnya pun disambut aroma kayu terbakar dan kabut asap cukup pekat. Jarak pandangnya tidak begitu jauh.
“Yang penting bisa mendarat sukses. Meski estimasi waktunya cukup membuat gelisah,” ucapnya.
Terpisah, Direktur Airport Service Lion Air, Daniel Putut mengatakan fenomena kabut asap di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan cukup memengaruhi operasional beberapa maskapai, termasuk Lion. Daerah penerbangan Lion Air yang terpengaruh yakni Jambi, Pekanbaru, Palembang, Pontianak, Palangkaraya dan Banjarmasin.
“Saat ini, kami masih beroperasional tetapi sistemnya buka tutup. Tergantung visibility (jarak pandang). Kalau pendek ya penerbangan ditutup, kalau masih standar ya beroperasi. Fenomena kabut asap ini tidak dapat diprediksi. Sewaktu-waktu bisa berubah,” ujarnya.
Berbicara soal kerugian, Daniel mengakui maskapainya termasuk mengalami rugi. Namun, hingga sekarang pihaknya belum dapat merinci jumlah kerugian itu.
“Kondisi ini sudah berlangsung sejak tanggal 2 September lalu,” jelasnya.( Trb / IM )