CATATAN


Dengan tidak terasa telah meninggalkan rumah tiga bulan,

dan perjalanan masih akan berlanjut sebulan lagi. Alasan

pertama perlu keluar rumah karena tempat tinggal apartment

akan menjalankan major renovation. Waktu yang diperlukan

seharusnya tidak lebih dari enam minggu, tapi karena

beberapa alasan yang tadinya tidak tersangka perjalanan perlu

diperpanjang dari bulan ke bulan lagi hingga hari ini.

Agaknya satu hal yg sering dialami dalam perjalanan adalah

terjadinya perbandingan antara beberapa tempat yang dilalui.

Perbandingan itu datang dengan sendiri tanpa direncanakan

sebelumnya. Tentunya banyak sekali yang dapat diambil

sebagai bahan, tapi yang paling terasa dan menyolok adalah

pengalaman ketika berinteraksi dengan taxi driver di masing

masing kota. Pelayan hotel dan taxi driver berupa orang orang

pertama yang paling banyak berhubungan dengan para turis.

Thailand misalnya, para pekerja di service industry termasuk

karyawan hotel, pelayan toko, pelayan rumah makan dan taxi

driver rata rata sedikit sekali yang dapat berbahasa Inggeris.

Ini agak mengejutkan karena Thailand adalah negeri tujuan

bagi banyak turis internasional. Umumnyai taxi driver, terlebih

pula yang terkait dengan pelayanan hotel sangat professional

dengan semboyan “We aim to please”, mengingatkan kita

kepada semboyan partai politik menjelang PEMILU. Taxi driver

di Bangkok kesadaran politiknya cukup tinggi. Mereka dapat

memberi uraian dan pandangan sendiri mengenai

perkembangan politik di dalam negerinya, termasuk orientasi

partai politik yang berlawanan, biasa dibedakan dengan

sebutan Baju Merah dan Baju Kuning. Mereka umumnya

sangat informatif mengenai tempat tempat perbelanjaan dan

atraksi tourist object dikotanya. Dalam pembicaraan selalu

terbayang rasa bangga dengan sejarah dan budaya negerinya,

sekalipun diucapkan menggunakan bahasa Inggeris ala

Thailand yang dirangkai menurut peraturannya sendiri,

seringkali pendengar perlu mnggunakan imaginasi yang

mendalam demi menangkap isi maksud sebenarnya. Kata

kata “I want to please you, madam” atau “I want to make you

happy, madam,” jangan disalah artikan sebagaimana

kedengarannya. Profesional, jujur, teratur, sopan santun dan

bersih lingkungan hidup adalah kesan yang tercatat selama di

negeri yang biasa disebut “Land With A Thousand Smiles”.

Kesan ini termasuk juga ketika berada di Phuket dan Chiang

Mai dengan pemandangan pantai dan perjalanan island-

hopping dari satu pulau ke lain pulau yang sangat menarik.

Nyemplung berenang di air biru bening ketika kapal berlabuh

di tengah laut. Thailand Tourist Board sangat berhasil

menggunakan keindahan alam yang mereka miliki, pantai laut,

sungai, kanal, budaya dan sejarah negerinya semua dijadikan

tourist object demi membangun menunjang tourism. Tidak

terlepas juga kulinernya yang terkenal sedap, exotic dan

sangat murah. Makan di restoran mewah di Bangkok hanya

sekitar seperempat harga dibanding makan di restoran

Singapura yang bersamaan taraf. Hanya setelah makan Tom

Yam Kung saban hari selama empat minggu berturut turut,

rasanya cukup lah. Sudah waktunya move on keluar.

Bandung adalah kota kesayangan, selalu mendapat tempat

tersendiri dalam hati. Daerah Cipaganti dengan deretan

rumah rumah peninggalan Belanda menggunakan bangunan

architecture yang bersahabat dalam rangkulan nyamannya

alam Priangan, pohon pohon mahagoni besar rindang berusia

ratusan tahun berdiri tegak sepanjang tepi jalan. Berjalan

santai disekitar, terasa seakan menjelajahi lembaran sejarah.

Museum Konperensi Asia Afrika terletak di Jalan Asia Afrika

mengingatkan kita kepada jaman keemasan bangkitnya

perjoangan kemerdekaan bagi rakyat Asia Afrika. Bibit jiwa

perjoangan yang telah berhasil merobah peta politik dunia.

Semar semar seakan terdengar alunan lagu “Bandung Selatan

di Malam Hari”. Bandung oohh Bandung engkau hidup dalam

kenangan sepanjang masa.

Seminggu di Pulau Bangka, tinggal di Novotel Hotel Pangkal

Pinang, sebuah hotel bintang 5 harganya semalam kalau

dibanding hanya setengah dari budget hotel tidak berbintang

di Singapura. Pantai Matras di Sungailiat, Pantai Gopang dan

Pantai Tikus di Belinyu adalah sebagian objek wisata yang

terkenal dengan pandangan pasir putih dan batu batu goa

besar, entah dari mana mula datangnya. Di Pangkal Pinang

sudah banyak bangunan modern dan bangunan perumahan

mewah dengan pekarangan luas. Sangat terkesan rumah

rumah baik yang di kota maupun di daerah perkampungan

hampir seluruhnya tidak berpagar. Mencerminkan betapa baik

keamanan lingkungan hidup di Bangka. Rumah perkampungan

Melayu dan Tionghoa bersebelahan tanpa ada pembagian

divisi daerah, masyarakat berbilang bangsa dan agama hidup

damai berdampingan dari dulu kala. Percentage masyarakat

etnis Tionghoa di Bangka tercatat sekitar 35%, ini cukup tinggi

dibanding dengan daerah lain di Nusantara. Di mana-mana

terdapat warung / restoran makanan Tionghoa yang selalu

penuh sesak dengan para tamu. Gaya hidup cukup santai,

pemilik toko atau restoran jam sebelas pagi baru buka, dan

jam sembilan malam sudah tutup. Penghasilan dari tambang

timah, kayu hutan, perkebunan kelapa sawit, sahang dan

perikanan telah membuat banyak warga Bangka Belitung

hidup nyaman, sebagian menjadi kaya raya. Belum lagi

penghasilan dari sarang burung walet yang banyak permintaan

dari China, Hong Kong dan Asia Tenggara. Maka ada yang

mengatakan masyarakat Bangka Belitung sangat dimanjakan

alam, mereka dapat penghasilan dari tambang timah, dari

tanah perkebunan, dari produk laut, bahkan juga dari langit,

artinya dari burung walet yang terbang dari langit. Sayangnya

banyak usaha pertambangan timah ilegal yang meninggalkan

kerukan tambang tanpa menimbun kembali dengan pasir

galiannya. Akibatnya banyak parit berlobang besar berserak

mencemarkan lingkungan. Ini tampak tegas dari ketinggian

pesawat ketika berada diangkasa pulau Bangka.

Lebih dari sebulan berdiam di Jakarta. Bagi banyak orang

di luar negeri, mengenal Jakarta hanya sebagai kota penuh

dengan kemacetan lalu lintas, banjir dan debu. Sesungguhnya,

semua itu banyak benarnya. Kemacetan lalu lintas dan banjir

telah berupa fenomina abadi, sebaliknya pada musim kering,

udara tercemar polusi. Namun dengan segala kekurangan,

terasa adanya kekuatan synergy dalam bidang sosio ekonomi,

budaya dan politik. Potensial perkembangan kehidupan di

Indonesia umumnya dan Jakarta khususnya tidak terhinngga

luasnya. Terasa adanya perkembangan yang sangat vibrant

dalam kehidupan di Jakarta. Sudah tentu, kuncinya terdapat

pada political management. Nah, ini kembali kepada generasi

muda, generasi penerus yang akan mengambil alih kepimpinan

negara dan menjuruskannya kearah yang mementingkan

rakyat banyak. Disini teringat kata kata yang selalu diserukan

oleh Benny G Setiono dari INTI “Hari depan adalah milik

generasi muda. Namun jangan lupa, priviilege datang

bersamaan dengan tanggung jawab.”

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *