My learned Friends,
Berkaitan dengan berita diberikannya medali penghargaan kota Paris kepada Pak Umar Said baru baru ini, terbit sebuah issue mengenai istilah
“Keturunan”. Sebagian orang kurang setuju dengan sebuah kalimat yang mencatat bahwa “Umar Said keturunan Indonesia”, menurutnya, istilah “Keturunan” hanya dapat dipakai kalau orangtua Pak Umar berasal dari Indonesia dan ia sendiri dilahirkan di Paris. Seterusnya, ditambah contoh nyata misalnya: istilah “Keturunan Tionghoa” di Indonesia.
Nah, contoh “Keturunan Tionghoa” ini yang agak membingungkan saya. Karena, jika ditarik dari definisi penulis, konklusinya; Mereka yang orangtuanya berasal dari Tiongkok, tapi mereka sendiri di lahirkan di Indonesia dikategorikan sebagai “Keturunan Tionghoa.” Ini tentunya membuat kita berpikir, yang namanya “berasal” itu apa? Lalu bagaimana dengan mereka yang orangtuanya, bahkan grandparents atau great grandparents juga dilahirkan di tanah Indonesia, dan mereka sendiri juga dilahirkan di Indonesia, apa masih dapat juga dikategorikan sebagai “Keturunan Tionghoa?”
Mengambil contoh keluarga saya pribadi, menurut pengetahuan, dari pihak keluarga ayah yang lahir di tanah Indonesia sudah dari great-great-grandparents. Namun dengan pedigree demikian, di Indonesia saya masih dikategorikan sebagai “Keturunan Tionghoa.”
Sebaliknya, di Singapura dimana saya sudah lama menetap dan memperoleh citizenship, saya secara sah diakui sebagai warganegara. Namun dalam lingkungan kehidupan non official saya masih sering dianggap sebagai “Orang Indonesia.” Hahaha kalau di Indonesia saya “Keturunan Tionghoa” sedangkan di Singapur, saya jadi “Orang Indonesia.”
Maka dalam semua buku buku May Swan tercatat sebagai Indonesian born Singaporean writer. Tegas, singkat dan tepat. Bagaimana pandangan para sahabat Indonesian born yang sudah berdiam dan menjadi warganegara ( citizens?) di luar negeri hampir setengah abad dalam melihat masalah ini? Ini sebuah pertanyaan yang neutral, tidak beragenda apapun, sekedar menambah pengetahuan umum; general knowledge.
Terima kasih,
May Swan —Indonesian born Singaporean writer