IN MEMORIAM DR HAN HWIE SONG


Terkejut dan turut berdukacita kami, suami istri, menerima berita

meninggalnya Dr Han Hwie Song. Dari lubuk hati kami menyampaikan

belasungkawa kepada istri dan seluruh keluarga beliau. Semoga arwahnya

diterima di sisi Tuhan Y.M.E. Mengharapkan serluruh keluarga yang

ditinggalkan tabah menghadapi kepergian Dr Han.

Dr. Han kami kenal baik. Pernah suatu ketika kami diajak makan bersama

oleh beliau bersama istri dan mengadkan tukar fikiran yang luas. Dari

tulisan-tulisan beliau dan percakapan tulus ikhlas dan bersahabat sesama

Indonesia, ketika itu, kami memperoleh kesan mendalam mengenai sikap dan

pandangan Dr Han terhadap pembangunan bangsa dan tanah air Indonesia,

terhadap suku etnis Tionghoa Indonesia, serta peranan positif yang harus

dilakukan oleh etnis Tionghoa di Indonesia dalam pembangunan nasion

Indonesia, kemakmuran berama dan kokohnya Republik Indonesia.

Di satu fihak Dr Han menyadari dan memahami dirinya sebagai bagian dari

nasion Indonesia. Di segi lain, sebagai asal etnis Tionghoa, beliau

merasa bangga atas hasil-hasil dan kemajuan Republik Rakya Tiongkok

dewasa ini.

Ketika mengenangkan Dr Han baik kiranya dalam kesemaptan ini, membaca

kembali salah satu tulisan beliau dalam bahasa Belanda, yang berjudul DE

CHINEZEN IN INDONESI, 2008.

Di bawah ini dikutip sebagian kecil dari tulisan beliau itu yang secara

bebas diterjemahkan dalam bahasa Indonesai, a.l sbb:

“. . . . Kita di Indonesia selalu mendengar bahwa kekuasaan (kolonial)

Belanda, memberikan hak istimewa, fasilitas dan keuntungan kepada

orang-orang Tionghoa. Tetapi sejarah menunjukkan bahwa hal itu tak

benar. Orang-orang Tionghoa sangat dibatasi dalam kesempatan dan

kebebasan bergerak, mobilitas dan berdagang. . . . . Saya ingin

menegaskan kembali bahwa setiap orang Tionghoa yang akan bepergian, yang

hendak meninggalkan daerah orang Tionghoa, harus mendapat izin dair

penguasa Belanda, dan harus dicatat kemana ia mau pergi, dan bahwa ia

harus kembali ke tempatnya pada jam yang ditentukan. Bila ia bepegian

tanpa izin penguasa maka ia bisa ditangkap polisi.

Hal ini merintangi orang-orang Tionghoa melakukan kegiatan dagangnya.

Dengan izin perjalanan ini bisa kita analisa betapa sulitnya bagi kaum

pedagang untuk menentukan harga barang dagangan mereka dan melakukan

pemasaran melakukan kegiatan organisasi mereka. Contoh kedua

diskriminasi yang dilakukan oleh penguasa Belanda terhadap orang-orang

Tionghoa terletak di bidang pendidikan. Bagi orang-orang Tionghoa kaya

dan anak-anak opsir Tionghoa, major, kapitan, letnan, (yaitu orang-orang

Tionghoa yang diangkat oleh penguasa Hindia-Belanda untuk mengatur

kehidupan orang-orang Tionghoa, mereka diberi pangkat militer tetapi

bukan militer) timbullah kemungkinan untuk mengunjungi sekolah-sekolah

Barat yang swasta. Pemerintah samasekali tak peduli dengan pendidikan

orang-orang Tionghoa, sedangkan bagi anak-anak autochton sejak 1871

diadakan pendidikan khusus.

“. Demikian a.l tulis Dr Han dalam bukunya.

Pada akhir karyanya itu Dr Han menutup dengan alinea sbb:

“Sebagai penutup artikel ini, orang bisa bertanya apakah suatu problim

di kalangan masyrakat Tionghoa, apakah itu semata-mata merupakan problim

bagi orang-orang Tionghoa saja — ataukah ia merupakan problim bagi

seluruh negara dan bangsa Indonesia?

Jelas ini adalah masalah bagi seluruh negara dan bangsa Indonesia.

Dalam periode reformasi dewasa ini Indonesia akan menuju ke arah suatu

negeri yang demokratis, stabil dan makmur. Dan ini hanya mungkin

direalisasi bilamana seluruh bangsa, termasuk golongan etnis Tionghoa

melakukan kerjasama aktif dan kreatif dengan semua golongan etnis

lainnya di Indonesia. Hanyalah dengan kreativitas dan efisiensi ekonomi

bisa menjadi dinamis. Kemajuan materiil ekonomi berhubungan erat dengan

ketrampilan orang-orangnya. Oleh karena itu saya berharap Indonesia

berani memberdayakan orang-orang yang intelegent, tanpa membeda-bedakan

asal ras apa mereka itu.”

Pemikiran dan saran-saran kongkrit Dr Han dalam rangka pembangunan

nasion Indonesia sungguh realis dan mendalam. Juga menunjukkan

kepedulian beliau yang selalu — untuk tercipatanya suatu Indonesia

yang demokratis, adil dan makmur.

Dr Han sudah meninggalkan kita. Tetapi beliau akan selalu dikenang

sebagai seorang Indonesia asal etnis Tinghoa yang patriotik . Maka ia

merupakan salah satu suri teladan bagi siapapun.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *