Proyek Kereta Api Indonesia Masih Terbuka untuk Produsen Luar Negeri
dilaporkan: Setiawan Liu

Kendatipun demikian, pemasaran produk kereta api CRRC Tiongkok harus dibarengi dengan sistem operasional, perawatan, manufacturing dan lain sebagainya. “Kalau CRRC hanya jualan, (situasi pasar) susah. Duit (anggaran) negara kan dibagi-bagi, bukan hanya untuk infrastruktur perkeretaapian,” tegas Jumanto.
Delegasi CRRC melakukan kunjungan ke DJKA Kemenhub di gedung Menara Thamrin, Jakarta. Delegasi terdiri dari pejabat setingkat direktur jenderal departemen transportasi kota Ziyang, yakni Chen Kai (ketua delegasi), Zeng Hongguang (direktur transportasi), Zeng Zhong (kehumasan Ziyang). Selain itu, direktur perumahan dan tata kota, Li Zejun juga hadir pada pertemuan dengan jajaran DJKA dan instansi terkait, seperti Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Balai Perawatan & Pengujian Perkeretaapian dan lain sebagainya. Tenaga pemasar produk kereta api CRRC, yakni Casey Han menjelaskan berbagai hal terkait dengan keunggulan produk kereta api CRRC. “Kami juga berharap, jajaran DJKA bisa berkunjung ke Ziyang dan melihat langsung bagaiman proses produksi hulu sampai hilir kereta api teknologi China. Mengingat, produk kami sudah dipasarkan ke berbagai negara termasuk Kamboja, Thailand, Vietnam dan lain sebagainya, saya optimis dengan pasar Indonesia ke depannya,” Casey Han mengatakan kepada Redaksi.

Kebutuhan lain yakni gerbong kereta barang (cargo) yang pasarnya masih sangat terbuka. Pemanfaatan kereta barang masih seputar satu persen. Tetapi produk kereta api CRRC selama ini juga sudah dikenal dengan berbagai keunggulan wagon, gerbong dan lain sebagainya. “Tapi kami terus ingatkan bahwa produsen luar negeri termasuk CRRC China harus investasi juga. CRRC bisa juga joint operation (kerjasama) dengan BUMN Indonesia seperti yang sudah dilakukan PT KCIC (Kereta Cepat Indonesia China; untuk rute Jakarta – Bandung). Kalau KCIC kan skala besar, kl CRRC mungkin nggak terlalu besar. Sehingga CRRC tidak perlu joint operation dengan kumpulan (konsorsium), tapi beberapa saja (BUMN Indonesia),” tegas Jumanto. (SL/IM)















