Dr Adrian Khu, sosok dokter yang berhati mulia (bagian II dari dua tulisan)
Jakarta, 27 Juli 2022/Indonesia Media – Saya melihat sendiri ketika menyempatkan diri berkunjung di kliniknya di jalan Sutrisno No.131 kota Medan yang dikunjungi oleh banyak pasien dari berbagai kalangan. Adrian Khu selalu melayani dengan ramah semua pasien tanpa membeda bedakan dari kalangan berada atau sederhana. Ketika saya bertanya mengapa Dokter bisa bersikap begitu ramah terhadap pasien yang berasal dari kalangan sederhana?, Adrian Khu dengan tersenyum menjawab “karena yang membuat saya terkenal adalah mereka. Saat pertama kali buka praktek sebagai dokter di tahun 1994, yang menjadi pasien saya adalah mereka yang berasal dari kalangan sederhana. Saya tentu ingin membalas kebaikan yang saya terima dengan memberikan pelayanan sebaik mungkin terhadap mereka”.
Adrian Khu juga menyampaikan pentingnya bersikap profesional dalam berkarya dalam sebuah perumpamaan sebagai berikut “kita harus seperti pilot yang senantiasa siap menerbangkan pesawat dalam kondisi cuaca apapun. Selain itu profesi kita harus seperti emas artinya pekerjaan kita harus mulia, berharga dan dapat dipercaya oleh siapapun”.
Kesibukan nya ternyata bukan hanya berpraktek sebagai Dokter spesialis tulang, namun siap memajukan taraf hidup para suster yang sekolah di akademi keperawatan Columbia Asia serta di STIKES (Sekolah Tinggi Kesehatan Langsa) yang didirikan bersama koleganya dalam naungan Yayasan Gleni. “Saat saya sekolah di kota Kuala Lumpur, saya melihat suster bekerja dengan membawa mobil pribadi. Di Kota Medan, para suster pulang pergi kerja naik kendaraan umum. Saya termotivasi untuk meningkatkan kualitas ilmu dan taraf kesejahteraan hidup mereka. Lulusan di akademi ini akan langsung dapat pekerjaan di rumah sakit yang saya pimpin”.
“Saya ingin Akademi keperawatan Columbia Asia menjadi Akademi yang menghasilkan perawat vokasional yang berharga, mulia dan terpercaya dengan unggulan dalam bidang keperawatan bedah yang mampu bersaing secara nasional. Sedangkan STIKES (Sekolah Tinggi Kesehatan Langsa) dalam proses menuju Universitas” demikian penjelasan Adrian Khu penuh semangat saat ditanya apa motivasinya membuka akademi keperawatan dan sekolah tinggi kesehatan ini.
Selama bersama Adrian Khu, saya banyak belajar tentang wejangan dan pengalaman hidupnya yang memberikan inspirasi untuk selalu optimis, rendah hati, berbuat baik, berkarya dan percaya akan kekuatan doa dalam menghadapi tantangan yang menerjang hidup kita. Memang di saat kesulitan, kepemimpinan seseorang diuji untuk melewati masa-masa sulit dan menjadi sukses di kemudian hari. “Semua tantangan adalah ujian bagi saya. Jadi tidak ada rumus gagal. Gagal artinya pesimis dan negatif. Saya yakin ada pelajaran terbaik di balik setiap tantangan. Kita harus tetap optimis agar bisa lulus setiap ujian yang ada”, nasehatnya penuh aura optimis.
Adrian Khu bercerita tentang contoh sebuah tantangan saat mengikuti ujian kedokteran yang ditempuhnya. Berkali kali gagal dalam ujian kedokteran hampir membuatnya menyerah. Di saat sedang terpuruk itulah, ia bersama istri tercinta berdoa mengharapkan adanya ‘keajaiban’.
Doa nya adalah sebagai berikut “seandainya memang jalan menjadi dokter bukan pilihan hidupnya, tutuplah jalan ini. Namun seandainya diizinkan berkesempatan jadi dokter dalam kehidupan saya, bukalah jalan ini”. Ternyata…, setelah berdoa kepada Tuhan, akhirnya terbuka lebar jalan menuju kesuksesan. Ia berhasil lulus menjadi Dokter spesialis tulang. Filosofi hidupnya juga so simple yaitu untuk Tuhan, keluarga dan pelayanan. “Untuk apa kita sombong, manusia itu seperti embun pagi yang cepat menghilang seketika. Terutama saat terjadinya covid, membuktikan betapa rapuhnya manusia. Untuk itu kita harus selalu membina komunikasi serta relasi harmonis dengan orang lain. Kekayaan yang kita miliki, harus bisa digunakan untuk banyak orang”, sebuah opini yang inspirasi diutarakan pada saat kami duduk santai seusai melihat “mini zoo” di Deli Park Mall luxurious mall di kota Medan yang dibangun Grup Agung Podomoro.
Rumus sukses Adrian Khu sederhana saja. “Kita hidup harus simple. Manusia yang menderita adalah yang hidupnya ruwet. Hidup harus memiliki arti dan selalu berpikir positif. Jalani hidup seperti naik sepeda. Selalu Move on. Jangan pernah berhenti. Apabila berhenti, kita jatuh. Selain itu jauhin rasa dendam dalam diri kita. Hati yang gembira adalah obat mujarab”, sebuah filosofi hidup yang mencerminkan kebijaksanaannya. Saya sungguh beruntung mendapat kesempatan mendengar langsung perjalanan hidupnya yang penuh dengan perjuangan, tantangan dan keberhasilan. Semua orang yang mengenalnya setuju bahwa Adrian Khu adalah sosok pribadi yang tidak berhenti berkontribusi bagi kemanusiaan khususnya dibidang kesehatan tulang / osteoporosis, kesejahteraan perawat serta aktivitas sosial lainnya seperti menjadi advisor kegiatan Tzu Chi Medan di bidang kesehatan. Adrian Khu memberikan tips menjaga kesehatan tulang kita dengan rajin olahraga yang harus disesuaikan umur dan kemampuan. Paling bagus adalah olahraga berenang dan jalan kaki. Setiap pagi Adrian Khu selalu jogging bersama teman teman di kompleks perumahan mewah yang di huninya saat ini. Saat ini Dr Adrian Khu sudah memiliki segalanya. Kesehatan yang prima, keluarga bahagia dengan dikarunia istri dan dua anak yang berbakti, rumah mewah, profesi mulia, popularitas dengan reputasi yang harum, networking luas dengan banyak pengusaha dan pejabat terkenal. Tiba tiba saya ingin mengajukan pertanyaan seperti ini.
Dok, seandainya diizinkan mengajukan permohonan permintaan yang pasti dikabulkan, apalagi yang Dokter inginkan?. Di luar dugaan saya, Dr Adrian Khu langsung menjawab “saya ingin agar memiliki wisdom dalam hidup saya. Manusia yang memiliki wisdom pasti akan mampu menyelesaikan semua masalah yang dihadapi.” Sebuah jawaban yang mengakhiri perbincangan kami. Kami pun tertawa hangat ketika saya mengingatkan nya akan sebuah lagu mandarin yang berjudul ‘Ciu Kan Than Boi Bo’. Ternyata Adrian Khu pun mengenal baik lagu mandarin legendaris yang sarat dengan wisdom perjuangan hidup menuju kesuksesan. “Semoga banyak pasien yang sembuh di tangan Adrian Khu, semoga banyak suster yang terangkat kesejahteraan hidup berkat akademi keperawatan Columbia Asia dan STIKES (Sekolah Tinggi Kesehatan Langsa). Terakhir, semoga wisdom Adrian Khu senantiasa meningkat hari demi hari… …”, sebuah doa tulus dari seorang Setia Widjaja mengakhiri tulisan ini. (Setia Widjaja)