Cruise Asia Kedua Special Edition # 40
Rabu, 4 Maret 2020, Tokyo Kamata Medical Center
Menunggu “Godot” bernama hasil test PCR kedua Senin lalu diteruskan.
Masih ingat cerita saya mau tukarin USD saya ke Yen dan para perawat
ketakutan? 🙂 Takut sering membuahkan hasil, kemarin pagi-pagi ada
satu dos isi Bikkle tinggal ambil saenake udele di ruang tamu rumkit.
Jadi perut saya akan sekuat Kumbakarna lagi. Ternyata selain si MoTe
Romo Katolik gila wayang, satu dua warga milis WA kita juga ada yang
demikian. Halo Lissy, siapa jagoanmu :-), mulai sekarang Ontoseno yah.
Buku adalah guru saya dan komik salah satunya. Banyak pelajaran
filsafat kehidupan bisa kita timba dari komik termasuk cerita wayang.
Semoga pemerhati pemirsa serial ini memperoleh manfaat setiap hari
tekun beberapa menit memirsa dongengan Bang Jeha di ponsel iPad atau
laptop kompimu. Kita tak pernah berhenti belajar di yang namanya
unversitas kehidupan dan si wabah virus Covid-19 ini akan menjadi
salah satu guru kita. Apa yang penting apa yang utama di dalam hidup,
so pasti bukan harta dunia meski bisa bermanfaat. Lihat 2700an manusia
tak perduli dia pangkat derajatnya apa, tak ada kekecualian, apa elo
berani lawan Jepang, mesti dikarantina selama (saya persis) sebulan.
Anda pernah tinggal di daerah Mangga Besar Hayam Wuruk Kota di tahun
1950an dan mendadak engga ba engga bu listrik di rumahmu mati semua?
Sekering di jalanan putus? Itu bisa jadi gara-gara si Jos Botak sohib
kami pakar main layangan yang lagi ngumpet di rumahnya di belakang
restoran Sam A, gang Lo Su Fan. Sebab dia baru saja lari udak layangan
putus sambil bawa-bawa galah. Ketika layangan itu mau mampir dekat
kawat listrik rumahmu, supaya dia menang kompetisi lawan anak-anak
sekampung yang juga lagi uber layangan putus itu, ia sikat pakai
galah bambunya dari sudut yang salah, kena kawat listrik dulu …
jeleterrr, kedua kawat beradu, keluar api lelatu, Jos Botak kaburrrr.
Kalau Anda belum tahu siapa, dia engga bisa ngumpet, dulu bos di Radio
Sonora dan sekarang udah pensiun tapi tetap ente bisa perkarain kalau
cukup bukti-buktinya. Si Panjul anakmu yang lahir 9 bulan kemudian
setelah listrik mati itu palanya jadi panjul karena ente teburu-buru
eksyen ML-nya, aduin si Botak ke pengadilan a la Abunawas Indonesiyah.
Tiada yang lebih asyik dari melamun dan Jos sohibku senang banget
memirsa dongeng seri yang lalu, ada banyak hobi kami yang bersamaan
dimana kami dibesarkan di Kampung Betawi yang belum jadi Venetia :-).
Seperti saya, ia juga masuk kepanduan. Itu salah satu sebabnya sampai
hari ini saya gila kemping dan dapat jodoh yang kompak (sudah lulus
test, lihat foto pendamping ketiga :-)). Karena kemping saya yang
pertama adalah di muka Biara Santa Clara di Sindanglaya, Cipanas
bersama anak-anak kepanduan Katolik Lo Pa Hong. Setelah itu saya masih
kemping puluhan kali di Indo dan kemudian ratusan kali di Planit Bumi.
Di seri yang lalu saya syer kemping bersama anak CC kelas 3A PasPal di
Megamendung dimana kita sempat urunan beli daging kebo pas semua
ransum bawaan dari Jakarta habis, termasuk rendang babenya si Udin.
Karena lulusan “kolam renang” Kali Ciliwung saya kalau mandi mah engga
pakai celana renang segala alias bugil. Nah, begitu juga di pancuran
warga kampung di seberang sungai. Akibatnya saya diprotes orang
sekampung 🙂 dan harus berjanji engga boleh lagi telanjangan, kalau
tidak mau disunat.
Ngelamun adalah hobi saya maupun Cecile. Itu sebabnya kami betah
berhari-hari kemping duaan saja, saya baca, ia mancing ngelamun main
ayunan dhewek (hammock a la bule). Melamunkan sesuatu yang membawa
banyak kebahagiaan seperti cruising bersama Diamond Princess, mulai
20 Januari 2020 di Tokyo Yokohama, wekwekwek membuat ‘neuron-neuron’
sel syaraf yang pating ‘firing’ di otak kita, persis sama ketika
mengalaminya saat terjadi. Saat ketika hepi melihat isteriku menikmati
kue favoritnya, ‘cheese cake’ hampir tiap malam. Hepi ketika main
bridge ‘bid 7NT’ dan masuk! 🙂 Hepi ketika jalan-jalan di Kagoshima
ketemu Santo Fransiskus (fotonya). Bahagia ketika menyantap tempura
bersama Warti dan ngopi ngobrol bersama Linda di Shibuya, Tokyo.
Di seri lalu saya syer ngajarin ketakutan kepada satu anak UKI Toronto
yang mau ke Collins Inlet Georgian Bay, sudah 10 kali saya kesana dan
rencana 12 Agustus yad. Yuk! Iya bukan hari libur tapi permisi bolos
ambil ‘sick days’mu :-). Ada waktu ngumpulin duit, ada waktu rekreasi
bro en sis.Jangan sampai kau lapor dan ditanya nanti ama Santo Petrus:
“Udah pernah lihat Perseid meteor shower bersama Bang Jeha?” Wekwekwek
sejak masuk Tribune News diwawancara sana-sini, terutama mereka yang
tadinya engga pernah doa sekarang jadi khusus pakai puasa, Santo
Petrus mulai kenal hamba. “Belum Oom Petrus, barusan teksek kena
serangan jantung pas mau beli masker diminta penjual Rp 500 ribu
satunya,” jawab si Aida anak Bang Bo’ing :-). “Nah kau belum waktunya
mati kalau begitu nak, sono balik lagi dan ikut trip canoeing Bang
Jeha,” sambung Santo Petrus mengusir si Aida pulang lagi ke dunia. 🙂
Foto terakhir adalah salah satu kahyangan di Planit Bumi, OSA Lake 🙂
dimana hampir mustahil bisa dapat ‘booking campsite’ di danau itu
sebab dijaga keasriannya, hanya ada 4 campsites di danau seluas
beberapa km persegi tsb. Oleh sebab itu saya sering cuma ‘day trip’,
dayung pulang hari yang biasanya dari danau di sebelahnya, Killarney
Lake yang relatif lebih mudah bookingnya, asal 5 bulan persis sebelum
hari-H dan pas teng jam 7 pagi saat kantor cagar/website buka. Sedikit
bangga adalah ketika saya dan Cecile guide satu pasutri bule pencinta
alam ke Killarney dengan ‘day trip’ ke OSA dan saya labuhkan canoe di
pinggiran teluk itu, salah satu tempat pemandangan tercantik dan air
danau terbening tuk direnangi. “Thank you very much Use-knee, we are
Canadians and yet we do not know there is such a beautiful place like
this in our country,” kata si suami dan isterinya manggut. Ape gue
bilang, “Where are your eyes?” :-). Ngelamun memang paling oke punya.( Jusni H / IM )
… (bersambung) …