Sekelompok anak merusak belasan makam Kristen di Solo. Polisi masih menyelidiki dugaan doktrin intoleransi pada anak-anak yang berujung pada tindakan intoleran ini.
Andreas hanyalah salah satu keluarga dari 12 makam yang nisannya dirusak.
Lurah Mojo, Margono mengungkapkan seorang warga memergoki sekelompok anak merusak nisan makam-makam tersebut dan kini polisi telah menangkap sebagian pelaku. Namun penyelesaian kasus dilakukan secara kekeluargaan dengan alasan pelaku masih di bawah umur.
“Ya anak- anak itu usianya SD, paling tua usia 12 tahun. Sekolah dan orang tua mereka sudah menyanggupi melakukan perbaikan makam yang dirusak. Kami tidak akan melanjutkan kasus ini lebih jauh karena pelaku masih anak-anak. Berhubung ada intoleransi di dalam kasus ini, pengrusakan yang mengakibatkan 12 makam dari Nasrani, sekarang sudah masuk ke ranah kepolisian”, ungkap Margono.
Dari pantauan VOA di lokasi kejadian, belasan makam yang dirusak tersebar di kompleks pemakaman tersebut. Nisan warga Kristiani dirusak dengan cara dipukul hingga patah. Puing-puing patahan nisan berserakan. Sejumlah warga mencoba memperbaiki nisan yang patah itu.
Doktrin Intoleransi
Anak-anak yang menjadi tersangka pelaku itu berasal dari lembaga pendidikan yang sama di salah satu lokasi. Polisi masih menelusuri dugaan motif doktrin yang salah pada anak-anak itu. Iptu Ahmad Ridwan Prevoost mengatakan sedang memeriksa orang tua dan pimpinan lembaga pendidikan tersebut.
“Sampai saat ini masih kita dalami, proses pemeriksaan. Mereka kan masih anak di bawah umur, kita masih memanggil wali atau orang tua maupun sekolahnya. Mereka mendampingi anak itu. Kita masih dalami apakah ada doktrin-doktrin intoleransi, doktrin yang salah, masih kita dalami,” ujar Prevoost.
Pemkot Solo Siap Tutup Lembaga Pendidikan Intoleran
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka tidak dapat menyembunyikan kegeramannya ketika mengunjungi lokasi makam yang dirusak itu. Ia menegaskan tidak akan segan-segan menutup lembaga pendidikan anak-anak tersebut, jika terbukti mengajarkan sikap-sikap intoleran.
“Segera kita proses, ini tidak bisa dibiarkan. Pendidikan anak-anak yang masih kecil ini harus diperbaiki. Semua harus diproses, anak-anak dibawah umur itu harus mendapat pembinaan. Aksi mereka sudah kurang ajar sekali. Ini bentuk intoleransi dan ngawur banget. Ya sekolahnya tutup saja, sudah nggak benar ngajarin anak-anak seperti ini,” tegas Gibran.
Pengrusakan makam seperti ini bukan yang pertama. Pada tahun 2019 terjadi pengrusakan makam di beberapa kota, antara lain di Magelang, Jawa Timur dan Tasikmalaya, Jawa Barat. Dalam kedua kasus itu, pelaku pengrusakan puluhan makam itu berhasil ditangkap dan diproses hukum.
Hingga laporan ini disampaikan VOA belum berhasil mendapatkan keterangan dari lembaga pendidikan anak-anak tersebut.( VOA / IM )