“Tahu Diri”


Sewaktu masih duduk di bangku kelas I SMA, saya dan teman-teman seangkatan saya mesti

mengambil keputusan untuk menentukan jurusan akademis pendidikan menengah atas kami: fisika (A1),

biologi (A2) atau ilmu sosial (A3). Tiap-tiap siswa/i mesti benar-benar mempertimbangkan pilihan

mereka ini sesuai dengan kemampuan akademis mereka dan cita-cita mereka. Bagi yang nilai fisika dan

matematikanya kuat atau yang ingin jadi insinyur maka mereka harus memilih jurusan A1, untuk jadi

dokter bisa A1 atau A2, dan untuk yang tidak kuat di bidang Mafia (matematika, fisika, kimia) dianjurkan

untuk memilih jurusan A3 yang dinilai “lebih mudah” dibandingkan 2 jurusan akademis lainnya.

Saya bukanlah seorang pelajar yang kuat di bidang Mafia. Saya sadar akan hal itu dan tahu diri.

Saya tahu kalau saya memaksakan masuk ke program A1 atau A2 nilai-nilai rapor saya akan sangat pas-
pasan, dan bisa-bisa malah membuat saya tidak naik kelas.

Pada paruh akhir bulan Desember 2013 yang lalu Chris John mengundurkan diri menjadi atlet

olahraga tinju professional. Setelah selama 10 tahun sukses meraih dan mempertahankan gelar juara tinju

WBA kelas bulu (ditambahkan titel “Super” karena sukses mempertahankan lebih dari 10 kali berturut-

turut) Chris John menggantung sarung tinjunya. Ia menyebut alasan kemampuan fisik yang menurun

dan faktor usia yang telah mencapai 34 tahun, disamping kekalahan pertamanya dalam karier tinju

profesionalnya, sebagai pertanda waktu yang tepat bagi dirinya untuk menyelesaikan kariernya sebagai

petinju professional.

Di waktu yang tidak berjauhan Rhoma Irama mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden

(capres) RI untuk pemilu 2014 melalui kendaraan politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Rhoma

percaya diri maju menjadi capres karena menurutnya ia akan mampu menyatukan umat Islam Indonesia.

Ia merasa bahwa nama Rhoma itu adalah ikon Islam dan terjadinya keresahan di dunia politik sehingga

ia terdorong untuk mencalonkan diri jadi orang nomor satu di Indonesia (situs DetikNews 2 Desember

2012).

Kasus Chris John dan Rhoma Irama di atas ditampilkan sebagai perbandingan antara sikap

tahu diri yang 180 derajat bertolak-belakang satu dengan yang lain. Sementara Chris John tahu diri atas

keterbatasan kemampuan dirinya, Rhoma Irama terkesan memandang remeh tantangan dan beban jabatan

kepresidenan RI dengan salah menilai dirinya sendiri baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Tiap-tiap warga negara Indonesia berhak untuk maju mencalonkan diri sebagai presiden RI.

Namun, permasalahan kompleks yang sedang dihadapi Indonesia saat ini dan tantangan-tantangan masa

depan Indonesia yang semakin berat membutuhkan pemimpin yang benar-benar berkualitas. Konflik

horisontal berdasarkan SARA, korupsi, kolusi dan nepotisme yang merajalela, ancaman integritas negara

dari luar negeri melalui politik, hankam dan budaya, dan yang lainnya – semua masalah ini adalah

masalah berat yang tidak bisa diselesaikan dengan dukungan sentimen agama saja.

Sejauh yang saya tahu Rhoma tidak memiliki latar belakang pendidikan maupun pengalaman

dalam pemerintahan yang sesuai dengan bentuk dan ciri khas negara Indonesia yang Bhinneka Tunggal

Ika. Ia adalah seorang artis dengan jutaan penggemar – Raja Dangdut begitu gelar yang diberikan

kepadanya. Dan ia juga diberikan beberapa posisi di berbagai organisasi masyarakat (ormas) yang

berafiliasi dengan agama tertentu atas dasar kemampuan dakwah dan pengaruh sosialnya. Ia memperoleh

gelar Doktor Honoris Causa dari American World University, sebuah institusi pendidikan yang tidak

terakreditasi dan ditutup oleh pemerintah negara bagian Hawaii karena dianggap sebagai diploma-mill,

yaitu institusi pendidikan tinggi yang menjual ijazah.

Apakah hal-hal di atas memberikan gambaran bahwa Rhoma adalah kandidat yang tepat untuk

memimpin negara Indonesia? Para pembaca bisa menarik kesimpulannya sendiri. Yang pasti dengan

hadirnya pertanyaan ini membuktikan bahwa persona dalam pembicaraan memang dipertanyakan (baca:

diragukan) kualitas dan kemampuannya untuk bahkan saat mengajukan diri sebagai calon presiden.

Fenomena di atas bukan hanya eksklusif milik sang raja dangdut. Tetapi fenomena politik ini

telah merasuki sendi-sendi kehidupan politik Indonesia bahkan hingga pada tingkatan yang paling rendah,

[Type text]

seperti calon anggota legislatif DPRD. Banyak sekali orang awam yang kurang tahu diri akan kualitas

dan kemampuan dirinya berlomba-lomba mencoba menjadi wakil rakyat di badan legislatif. Padahal

mereka sendiri tidak tahu pentingnya fungsi legislatif untuk menghasilkan produk-produk perundang-

undangan yang berkenaan dengan hidup orang banyak. Alhasil, seperti yang saat ini bisa dilihat dengan

jelas di Indonesia, banyak sekali produk perundang-undangan yang tidak berkualitas yang membuat orang

mempertanyakan keadilan, kepastian dan manfaat hukum.

Saat Chris John menyatakan bahwa dirinya pensiun dari ring tinju, tidak ada pesta upacara

pelepasan yang menghabiskan dana ratusan juta atau miliaran rupiah. Hanya secuil liputan media massa

saja bagi pahlawan olahraga nasional yang selama 10 tahun berturut-turut mengharumkan nama bangsa di

berbagai penjuru dunia. Sementara pelantikan gubernur dan wakil gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT)

yang merupakan propinsi termiskin di Indonesia menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Dan orang

belum tahu bagaimana performa kedua pemimpin propinsi tersebut.

Di Hari Natal 2013 dan Tahun Baru 2014 ini saya menyertakan satu doa pengharapan agar

semua orang yang mencalonkan diri mulai dari lurah hingga presiden di Indonesia tahu diri. Maksudnya,

agar semua orang ini berani secara jujur dan obyektif melakukan evaluasi diri terlepas dari nafsu

materialisme. Mereka harus sadar bahwa jabatan yang mereka kejar itu memiliki konsekwensi yang besar

karena berkenaan dengan hidup orang lain. Semoga semangat bertarung dan prestasi Chris John bisa juga

mengispirasi para calon pemimpin bangsa ini. Saya berharap dengan demikian semakin sedikit kasus-

kasus yang ditangani oleh KPK, Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung.

Selamat Hari Natal dan Tahun Baru! Semoga damai menyertai kita semua dan kondisi Indonesia

semakin lebih baik di tahun 2014. Amin! (RO – Twitter: @iamwongkampung)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *