Survei: 44 Persen Warga Singapura Lelah Dengan Aturan Untuk Cegah Penyebaran Covid-19


Tujuh dari 10 warga Singapura mengatakan wabah Covid-19 berlangsung lebih lama dari yang mereka antisipasi, orang-orang menjadi lelah dengan berbagai aturan untuk mencegah penyebaran virus, menurut survei terhadap 1.000 orang yang dilaksanakan Sunday Times.

Aturan-aturan ini termasuk melarang perkumpulan lebih dari lima orang, dan perlunya memakai masker jika berada di luar rumah.

Menurut para ahli seperti Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock Universitas Nasional Singapura (NUS), Profesor Teo Yik Ying, kelelahan karena virus corona itu alamiah.

“Memakai masker setiap kita keluar rumah merupakan kebiasaan yang sungguh tak normal bagi kita,” ujarnya, dilansir dari The Straits Times, Minggu (16/8).

Namun, para ahli juga sepakat pihak berwenang perlu mengatur hal ini untuk memastikan pedoman kolektif Singapura untuk melawan virus corona tidak dilanggar.

Survei daring, yang merepresentasikan populasi penduduk Singapura berusia 16 tahun ke atas, dilaksanakan perusahaan penelitian pasar daring Milieu Insight, menunjukkan 44 persen warga Singapura lelah mengikuti berbagai aturan kesehatan. Dari mereka yang disurvei, 27 persen mengatakan memakai masker adalah aturan yang paling melelahkan.

Satu dari lima orang memandang pemeriksaan dengan SafeEntry sebagai hal yang memuakkan, sementara 14 persen tak senang ada pembatasan perkumpulan dengan teman-teman dan keluarga.

Orang-orang juga tak senang tak bisa bepergian ke luar negeri, berbagai kegiatan dibatalkan atau ditunda, dan masuk ke fasilitas publik dibatasi. Stadion, tempat renang dan gym dibatasi kapasitasnya hanya 10 meter persegi untuk setiap orang.

Hampir empat dari 10 orang percaya berbagai aturan dan pembatasan tersebut “sedikit ketat, tapi beralasan”, sementara 5 persen berpendapat sangat berlebihan.

Kendati kelelahan, kebanyakan responden mengatakan mereka memahami alasan di balik aturan tersebut dan mengikutinya.

Terkait masker, 76 persen mengatakan mereka memakainya dengan baik sepanjang waktu, sementara 20 persen mengatakan sering memakai masker walaupun tak ada pemerintah yang mengawasi.

 

 

Kepatuhan terhadap jaga jarak sosial lebih rendah, dengan 43 persen mengatakan mereka selalu menjaga jarak dari orang lain bahkan ketika tidak ada pihak berwenang. Sementara itu, 43 persen lainnya sebagian besar mematuhi, dengan sesekali melanggar, sementara 10 persen jarang melakukannya.

Survei juga menemukan anak muda lebih banyak bersosialisasi dengan lebih banyak kelompok di luar rumah mereka setiap pekan sejak fase kedua pembukaan kembali Singapura dimulai pada 19 Juni, dibandingkan dengan mereka yang berusia 35 tahun ke atas.

Melalui langkah-langkah jarak aman yang ketat, Singapura baru-baru ini berhasil menurunkan jumlah infeksi baru setiap hari hingga di bawah 90, dengan kasus komunitas yang tersisa dalam satu digit. Sementara langkah-langkah ini harus tetap dilakukan di masa mendatang, para ahli mengatakan kelelahan akibat virus adalah masalah serius yang harus ditangani pihak berwenang.

“Masyarakat secara keseluruhan perlu mengakui dan mengatasi adanya kelelahan,” kata Prof Teo, percaya bahwa itu adalah kunci bagi pihak berwenang untuk terus berkomunikasi secara jelas dengan publik tentang kebutuhan dan alasan tindakan tersebut.

Dia mengatakan kebijakan wajib memakai masker di Singapura mungkin tampak “memaksa”, tetapi juga menyoroti mengapa hal itu berguna. Negara-negara yang hanya merekomendasikan penggunaannya cenderung mengalami penurunan pemakaian masker dari waktu ke waktu; di Singapura, ada denda 300 dolar atau sekitar Rp 3,2 juta untuk pelanggaran pertama.( MDk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

2 thoughts on “Survei: 44 Persen Warga Singapura Lelah Dengan Aturan Untuk Cegah Penyebaran Covid-19

  1. pengamat
    August 16, 2020 at 1:42 pm

    Kalau singapura butuh obat dan vaksin buat mengatasi covid 19, sudah bisa pesan ke kementrian kesehatan RI.

  2. Perselingkuhan+Intelek
    August 16, 2020 at 10:43 pm

    Warga Singapore sudah Lelah Pencegahan Covid-19, lah semua Negara di Dunia sudah Lelah, hanya Indonesia yang Tidak Lelah sebab Tidak Ada Covid-19. Negara Besar macam Russia, Tiongkok, Amerika dan Negara Eropa lainnya Tidak Gegabah Vaksin dan Obatnya sudah siap meski sudah dicoba ke Manusia, tapi mereka baru merencanakan Beredar Awal Tahun 2021, mereka Tidak Gegabah spt Indonesia hanya ingin Pamor Dunia saja, hasilnya…….??? keampuhan obat umum saja belum dpt menandingi obat buatan LN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *