Sinergitas Berantas Narkoba, Pengawasan Pelabuhan
dilaporkan: Setiawan Liu
Jakarta, 21 April 2020/Indonesia Media – Deputi BNN (Badan Narkotika Nasional) Arman Depari meyakini ada sinergitas positif antara upaya pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika dengan tugas dan tanggung-jawab sebagai komisaris di salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara). BNN mencatat, 85 persen peredaran narkoba masuk melalui jalur perairan laut Indonesia, salah satunya di Banten. “Saya yakin bisa bersinergi (tugas di BNN) dengan tugas pokok dan fungsi sebagai komisaris di Pelindo (PT. Pelabuhan Indonesia) 1 (satu). Karena di berbagai pelabuhan serta fasilitas seperti terminal laut, memang sangat rawan menjadi jalur transportasi pengedaran narkotika,” Arman mengatakan kepada Redaksi.
Pengalaman nyaris 20 tahun menangani kejahatan tindak pidana narkoba membuatnya paham cara kerja para gembong narkoba. Kiprah jenderal berambut gondrong itu pun terbilang moncer sejak memimpin Dirtipid Narkoba Bareskrim Polri hingga BNN sekarang. “Pengedaran narkoba dari dalam negeri, antar pulau, antar negara, bahkan antar benua. Saya tetap fokus pada BNN, karena basic nya saya (sebagai) polisi anti narkotika. Sepanjang saya diperlukan dan bermanfaat untuk masyarakat, saya tetap bekerja,” tegas Arman.
Banyak aktivis gerakan anti narkoba menilai belum adanya sosok pengganti Arman dalam upaya pemberantasan narkotika. Selain tak kenal ampun terhadap gembong narkoba, ia juga dinilai gencar memberantas peredaran narkoba di tempat hiburan malam. “Jabatan baru saya sebagai komisaris Pelindo, tidak mewajibkan saya masuk (beraktivitas di kantor) setiap hari. Kepercayaan pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) tentunya sebuah penghargaan. Saya dipercaya sebagai dewas pengawas di Pelindo 1,” tegas Arman.
Pelindo sebagai BUMN yang berusaha Perusahaan Persero Tertutup; Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Selain, permasalahan dan hambatan teknologi, organisasi, personalia BUMN tentunya harus ditopang dengan management professional. “Ketika kita organize sampai eksekusi, (saya) sudah memulai (kemampuan) dari awal penugasan sebagai perwira polisi. Sehingga otomatis, pada penugasan baru sebagai komisaris, (saya) memiliki pengetahuan terutama management, baik dari segi keilmuan dan pengalaman. Memimpin beberapa organisasi, termasuk menjabat Kapolda Kepulauan Riau (2014 – 2016) tentunya saya yakin saya dapat melakukan. Dalam kurun waktu 30 tahun masa dinas di kepolisian, saya melewati itu (hambatan, penugasan) melalui proses management,” tegas Arman
Baginya, selama 30 tahun merintis karir sebagai polisi, semuanya punya tantangan sendiri. Artinya suka duka di setiap tempat dan jabatan pasti ada. Semuanya sangat tergantung individu, termasuk dirinya menghadapi. “Bagaimana kita menjalani?, saya juga pernah tugas di Papua, pernah tugas di perbatasan Aceh, menjadi pasukan perdamaian PBB. Tahun 1991, saya ditempatkan di Kamboja, dan tahun 1996, (penugasan) di negara bekas Yugoslavia, Bosnia, Kroasia. Semuanya ada suka dan duka,” tegasnya.
Hal lain, yakni mengenai anggapan bahwa jabatan sebagai Kapolda sebagai sesuatu yang prestigious. Ia mengaku, bahwa ia sering ditanya saat masih menjabat direktur reserse narkotika di Mabes Polri. Mengingat, masa paling lama (menjabat) sebagai direktur reserse narkotika Mabes Polri, ia melihat upaya pemberantasan narkoba sangat membantu masyarakat dan pengabdian. “Saya selalu ditanya ‘kapan jadi kapolda.’ Dalam hati saya, ‘Kapolda tidak selalu berarti berbuat lebih banyak kepada masyarakat. Kapolda bukan berarti, (perwira) lebih banyak mengabdi kepada masyarakat.’ Saya yakin bahwa menjabat sebagai direktur reserse narkoba justru menyelamatkan nyawa orang terutama dari penyalahgunaan kejahatan narkotika. Jabatan kapolda dianggap prestigious, saya kan hanya mencari apa (berguna) terhadap masyarakat,” tegasnya. (sl/IM)
Related Posts
