“Karena sekarang Maluku sudah semakin aman dan nyaman, maka hidup masyarakat pun semakin sejahtera. Jika pada tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Maluku sebesar 4.31 persen, pada tahun 2010, telah meningkat menjadi 6.47 persen.
Dan, pertumbuhan ekonomi Maluku 2010 ini lebih tinggi, dari rata-rata pertumbuhan ekonomi propinsi lainnya di Indonesia. Itu pula sebabnya sejak 3 tahun yang lalu, para pelajar SD, SMP dan SMU di Maluku dapat sekolah tanpa membayar uang sekolah, karena pemerintah provinsi memberikan subsidi seluruh biaya pendidikan itu.
Realitas ini semakin memotivasi kami untuk bekerja lebih keras guna lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat Maluku,” demikian respons Gubernur Karel A. Ralahalu atas pertanyaan yang diajukan oleh Adam Latulola, Pierre Jacobs, Victor Pattianakota, Joe Wahyudi, Budi Utama, dan
Henderika Wattimena-Karinda pada acara “Sharing with Gubernur Maluku”, Senin, 4 Juli 2011 di House of WOMI, Maryland.
“Selain membukakan realitas tersebut, pada Konferensi Marketing Investment Indonesia, di Washington D.C. 1 Juli 2011 yang lalu, saya juga mengajak puluhan industriawan dan pengusaha Amerika Serikat untuk melakukan investasi di sektor energi, gas, emas, nikel dan juga perikanan, karena sejak tahun lalu, Maluku dikenal sebagai lumbung ikan nasional,” imbuh Gubernur Karel A. Ralahalu.
Menanggapi hal tersebut, peneliti CSIS Washington D.C. yang kelahiran Ambon, Nathanael Santoso mengusulkan agar infrastruktur dijadikan tujuan utama investasi, karena jalur transportasi dan sarana ekonomi lainnya menjadi faktor penentu stabilitas dan percepatan kemakmuran Maluku.
Sementara itu, Partogi Samosir, selaku moderator sekaligus pemrakarsa acara menghimbau agar, kerjasama sister city yang sudah terjalin antara provinsi Maluku dengan beberapa kota di luar negeri, harus difungsionalkan, supaya membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan Maluku.
Related Posts
